Karakteristik dan Tradisi Peradaban Dinasti Safawi

Penulis: Azka Tahyati*

Dinasti Safawi (1501-1736) merupakan dinasti Islam yang memerintah Persia (sekarang Iran) selama lebih dari dua abad. Didirikan oleh Ismail I, dinasti ini terkenal dengan beberapa tradisi unik yang membedakannya dari dinasti-dinasti lain di kawasan tersebut. Berikut beberapa karakteristik tradisi dan peradaban Dinasti Safawi:


Penganut Madzhab Syiah Ja’fariyah

Tradisi paling menonjol dari Dinasti Safawi adalah penerapan Madzhab Syiah Ja’fariyah sebagai mazhab resmi negara. Hal ini menandai pergeseran besar dari Sunni yang sebelumnya dianut mayoritas penduduk Persia. Penerapan Syiah Ja’fariyah ini diiringi dengan berbagai kebijakan, seperti:

Penyelenggaraan upacara-upacara Syiah seperti Muharram dan Nisfu Syaban.

Contoh: Upacara Muharram: Upacara Muharram adalah tradisi tahunan yang memperingati syahidnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad. Upacara ini melibatkan pawai, pembacaan doa, dan pertunjukan drama yang menceritakan kisah kematian Imam Husain.

Pembangunan tempat-tempat suci Syiah seperti Masjid Syaikh Lotfollah dan Masjid Imam Ali di Isfahan.

Tradisi ini memiliki dampak besar pada budaya dan masyarakat Persia, dan masih terasa hingga saat ini. Ismail sebagai raja pertama secara sah Dinasti Safawi merupakan orang yang menetapkan Syiah sebagai ideologi resmi dari Dinasti safawi. Sehingga insiatif dari raja tersebut mendatangkan ulama-ulama Syiah yang memiliki tradisi yang kuat seperti irak, Bahrain, terutama jabal amil libanon. 

Di bawah pimpinan Ismail pula semua masjid di konversi dari Sunni ke syiah, cara salat Sunni di ubah ke mazhab Syiah, dalam setiap ceramah salat jumat di wajibkan menyebut nama 12 imam dan para ulama di perintahkan untuk menyebarkan Syiah. 

Alasan Dinasti Safawiyah Menganut dan Memjadikan Syiah sebagai Agama Resmi Negara Keputusan Dinasti Safawiyah menjadikan Syiah Ja'fariyah sebagai agama resmi negara pada abad ke-16 merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Ada beberapa alasan kompleks di balik keputusan ini, yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor:

 Faktor Politik: Konsolidasi Kekuasaan: Safawiyah, yang baru saja mendirikan dinasti, ingin menggunakan agama sebagai alat untuk menyatukan rakyat dan memperkuat kekuasaan mereka. Syiah, yang pada saat itu merupakan agama minoritas di Persia, menawarkan basis dukungan yang kuat bagi Safawiyah, terutama di kalangan Turkmen dan Azerbaijan. Membedakan Diri dari Lawan: Safawiyah berkonflik dengan Kekaisaran Ottoman Sunni, dan menjadikan Syiah sebagai agama resmi membantu mereka mendefinisikan identitas mereka secara berbeda dari Ottoman dan membangun rasa persatuan di antara rakyat Persia.

Faktor Agama: Keyakinan Sejati: Penguasa Safawiyah, terutama Ismail I, adalah penganut Syiah yang taat dan ingin menyebarkan keyakinan mereka di seluruh Persia. Mereka melihat Syiah sebagai agama yang lebih murni dan otentik dibandingkan Sunni. Legitimasi Keagamaan: Safawiyah mengklaim bahwa mereka adalah keturunan Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW. Menjadi pemimpin Syiah membantu mereka memperkuat legitimasi mereka sebagai penguasa dan mendapatkan dukungan dari para ulama Syiah.

Faktor Sosial: Ketidak puasan Terhadap Sunni: Saat itu, banyak orang Persia yang tidak puas dengan kepemimpinan Sunni, yang mereka anggap korup dan tidak adil. Safawiyah menawarkan alternatif dengan mempromosikan Syiah sebagai agama yang lebih adil dan egaliter. Keberpihakan Kaum Sufi: Safawiyah memiliki hubungan yang kuat dengan ordo Sufi tertentu, seperti Safaviyah, yang juga menganut Syiah. Dukungan Sufi membantu Safawiyah dalam menyebarkan pengaruh mereka dan mendapatkan dukungan rakyat.

Dampak Keputusan Safawiyah: Perubahan Budaya dan Masyarakat: Keputusan Safawiyah menjadikan Syiah sebagai agama resmi negara memiliki dampak yang mendalam pada budaya dan masyarakat Persia. Syiah menjadi bagian integral dari identitas Iran, dan tradisi-tradisi Syiah mulai dipraktikkan secara luas. Ketegangan Sektarian: Keputusan ini juga memicu ketegangan sektarian dengan negara-negara Sunni lainnya, seperti Ottoman. Ketegangan ini berlangsung selama berabad-abad dan berkontribusi pada konflik di kawasan tersebut. (Aji Cahyono, 2022).

Seni dan Arsitektur

Dinasti Safawi mendukung perkembangan seni dan arsitektur secara signifikan. Isfahan, ibukota Safawi, menjadi pusat seni dan budaya yang terkenal di dunia. Yang mana pada masa kepemimpinan shah Abbas I memiliki kemajuan yang sangat pesat terutama pada bidang arsitektur. Berbanding dengan kepemimpinan sebelumnya. Shah Abbas I membangun kota isfahan sebagai ibu kota Yanga mana kota tersebut menciptakan kota yang nyaman dan strategis. 

Adapun karakteristik arsitektur islami di masa Dinasti safawi yakni: lengkungan (Iwan), megah, kubah, courtyard, dekorasi ukiran, banyak pilar dan simetris. Beberapa contoh tradisi seni dan arsitektur Safawi:

Miniatur: Seni miniatur Persia mencapai puncak kejayaannya di era Safawi, dengan gaya yang khas dan penuh warna.

Arsitektur: Bangunan-bangunan Safawi terkenal dengan kubah biru yang indah, mosaik yang rumit, dan kaligrafi yang indah. Contoh: Masjid Syaikh Lotfollah: Masjid Syaikh Lotfollah adalah masjid indah di Isfahan yang terkenal dengan kubah birunya yang mencolok dan mosaik yang rumit. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Shah Abbas I dan merupakan salah satu contoh terbaik arsitektur Safawi.

Karpet: Karpet Persia Safawi menjadi terkenal di seluruh dunia karena kualitas dan keindahannya. Karpet Persia Safawi terkenal dengan kualitas dan keindahannya. Karpet ini sering ditenun dengan desain yang rumit dan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi. Karpet Persia Safawi masih dihargai hingga saat ini dan menjadi salah satu ekspor utama Iran. 

Tradisi seni dan arsitektur Safawi ini meninggalkan warisan yang kaya dan masih dihargai hingga saat ini. (Mhd Abrori, 2023).

Toleransi Beragama

Meskipun Safawi menganut Syiah Ja’fariyah, mereka tetap toleran terhadap agama lain. Seprti Kristen, dan Yahudi, Diizinkan untuk hidup dan beribadah dengan bebas.

Toleransi ini berbeda dengan banyak dinasti Islam lainnya pada masa itu, di mana agama minoritas sering dianiaya. Kebijakan toleransi Safawi membantu menarik para pedagang dan cendekiawan dari berbagai agama ke Persia, yang berkontribusi pada kemakmuran dan kemajuan negara.

*) Seorang Wanita yang bercita-cita menjadi wanita sholihah dunia dan akhirat

Sumber: 

Cahyono, Aji dan Muchamad Ridwan. “Islam dalam pusaran konflik: Syiah dan Sunni era Dinasti safawi”, journal of Integrative International Relations, Vol. 7, No. 1, 2022.

Abrori, Mhd dan Icha Aulia. “kemajuan bidang arsitektur pada masa peradaban Dinasti safawiyah”, Advances In Humanities and Contemporary Studies, Vol. 4, No. 2, 2023.


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال