Masa Depan Kemajuan Dunia Islam Modern

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Saat ini, banyak pakar-pakar intelektual muslim' menulis tentang standar negara-negara muslim, kota-kota muslim, faktor-faktor keterbelakangan dan kemunduran umat Islam dan sebagainya. Nah, saat ini perlu ada kajian-kajian lebih serius, mendalam dan kompleks terkait standar keadaban, dan kemajuan dunia Islam modern. Dengan kata lain, intelektual-intelektual, pakar-pakar muslim atau cendekiawan yang perhatian terhadap kondisi umat atau dunia Islam perlu untuk merekonstruksi menyusun kembali faktor-faktor keadaban dan kemajuan Islam melalui analisis topik-topik yang murni, radikal, dan kritis dengan mengacu kepada nilai-nilai dalam Al-Qur'an, hadits dan kajian intelektual muslim.

Saat ini, banyak pakar-pakar intelektual muslim' yang menulis standar kemajuan atau kemunduran umat Islam, berdasarkan faktor bidang. Aspek sosial, ekonomi, pendidikan agama, politik dan budaya. Ada yang menulis kemajuan atau kemunduran Islam dari aspek akhlak, karakter atau etos warga yang malas, tak pendidik, bar-bar, despot diktator, dan tak kreatif, dll. Ada yang menulis kondisi Umat Islam dari relasional penguasa/kekuasaan dan ulama/tokoh agama, relasional cendekiawan intelektual dengan masyarakat. Ada yang menganalisis pengaruh umat Islam dari faktor-faktor internal dan eksternal, kajian interdisipliner dan multidisipliner.

Akhirnya, setiap pakar-pakar atau intelektual muslim/pemerhati Islam yang menulis standar-standar atau faktor-faktor kemajuan atau kemunduran umat Islam tersebut sesuai dengan latar bidang kajian keilmuannya masing-masing dan melalui kajian historis yang sudah dilakukan para intelektual sebelumnya, juga meneliti umat Islam menggunakan latar historis yang sudah dilakukan dihasilkan masyarakat kebudayaan Islam pada zamannya, lalu menganalisis faktor-faktor dominan yang memberikan dampak signifikan untuk kemajuan suatu kebudayaan tertentu, lebih-lebih kebudayaan Islam.

Saat ini perdebatan tentang kebudayaan atau peradaban Islam adalah terkait standar atau faktor-faktor kemajuan kemunduran umat Islam tersebut. Terkait gagasan yang baru, gagasan kebaruan atau gagasan solutif apa yang di tawarkan. Apakah hanya sebatas pengulangan wacana-wacana sebelumnya ribuan thn lalu, atau ada faktor lainnya.

Jika kita baca-baca literatur Islam, kebudayaan atau peradaban Islam. Semua pakar-pakar intelektual muslim menawarkan gagasan seperti itu. Seperti menulis Standar-standar, faktor-faktor, atau langkah-langkah yang dilakukan umat Islam. Mulai dari intelektual ulama yang radikal, fanatik dan moderat. Misalnya, Sayyid Qutb, Muhammad Qutb, Yusuf Qardhawi, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan seterusnya.

Masalah Kemunduran Umat Islam

Memang semuanya di mulai dari individu masing-masing dalam memahami ilmu dan menerapkan pengetahuan tersebut d lingkungan sekitar.

Tapi, yang kita bicarakan ini adalah terkait kondisi kebudayaan atau peradaban Islam. Artinya, terkait hajat hidup masyarakat muslim di Indonesia, dan negara-negara muslim di dunia membutuhkan banyak pihak terkait untuk memahami standar dasar pijakan gerakan kemajuan Islam, lalu tersebar pemahaman kepada umat sebagai pemicu dalam memperjuangkan nilai-nilai kebudayaan Islam tersebut ke seluruh dunia.

Pertanyaan akhirnya, Apakah kita umat Islam perlu menulis kembali atau merekonstruksi kembali faktor-faktor dasar keadaban dan kemajuan umat Islam/dunia Islam masa kini berdasarkan dari Al-Qur'an, hadits, risalah nabi, dan analisis intelektual/cendekiawan tersebut.

Islam adalah agama yang sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk senantiasa berpikir yang merupakan sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, salah satu ciri dari dunia Islam adalah penguasaan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat hingga mencapai suatu puncak kejayaan. Dalam bahasa lain, dunia Islam mejadi kiblat ilmu pengetahuan. Islam merupakan agama yang paling banyak mengalami konflik internal. Sejak awal, sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW, konflik dan kekerasan hampir tidak pernah mereda dan menjadi fenomena sejarah, serta terus berlanjut sepanjang era peradaban.

Secara umum, umat Islam telah mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sejak zaman dahulu. Hal ini terbukti dengan kontribusi besar para ulama seperti al-Khawarizmi, al-Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Haitham dan masih banyak lagi yang lainnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Namun kejayaan tersebut mengalami masa kemunduran atau penurunan karena faktor tertentu. Diantaranya adalah pola pikir umat Islam, perpecahan, perluasan kekuasaan dan kolonialisme serta ketergantungan pada kekuatan besar. Selain itu juga dipengaruhi oleh unsur Kolonialisme, sistem pemerintahan, sistem pendidikan dan perekonomian umat Islam.

Menjawab pertanyaan mengapa umat Islam terjerumus penderitaan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, adalah kiprah Chapra dalam buku ini. Dengan menggunakan model analisis dinamika sosial ekonomi Ibnu Khaldun, ia mulai membaca dan menelusuri sejarah umat Islam. Akhirnya ia menjabarkan beberapa faktor utama penyebab kemunduran Islam, yaitu: gerakan tasawuf yang tidak berjalan sesuai jalur asal usulnya, rendahnya apresiasi terhadap peran perempuan, dan menurunnya kualitas pendidikan. Kemunduran terjadi karena otoritas politik, lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya, terutama dalam menegakkan keadilan dan syariah, menjamin kemudahan bagi umat, dan mewujudkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Menurutnya, solusi mendesak harus segera dilakukan oleh umat Islam yang sedang menggerakkan kebangkitan (kebangkitan) Islam dengan salah satu programnya menganalisis secara kritis apa yang datang dari Barat agar sesuai dengan pandangan dan nilai-nilai dunia Islam. Seruan untuk mengembangkan ekonomi Islam hanyalah salah satu untaian gerakan revivalisme Islam.

Kondisi demikian telah menyadarkan para pemuka atau pakar-pakar islam untuk mengintrospeksi “penyakit” umat islam dalam segala aspek kehidupannya, baik dalam bidang agama, politik, budaya, ekonomi, dan lain-lain. para pemuka islam tersebut melancarkan “gerakan pembaharuan islam.” mereka menitik beratkan pada pemikiran bahwa kemajuan islam harus dimulai dengan memurnikan aqidah nya. Aqidah yang murni adalah pangkal tolak timbulnya etos kerja, keberanian dalam berjuang dan kemerdekaan individual. Gagasan ini dikemukakan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Pemikiran lain untuk membawa kemajuan islam harus dimulai dengan keberanian berpikir secara rasional melalui apa yang dikenal dengan istilah ijtihad. Tertutupnya pintu ijtihad menyebabkan umat islam stagnan. Gagasan ini, antara lain dikemukakan oleh Al-Tahtawi, Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal. Selain itu, gagasan bahwa kunci kemajuan umat islam itu terletak pada upaya pembaharuan pendidikan islam. gagasan ini dapat di jumpai pada pemikiran Rashid Ridha dan Muhammad Abduh.

Dalam kenyataannya, dunia Islam masih berada dalam kondisi kemiskinan dan kebanyakan Negara-negara Islam dieksploitasi oleh Negara-negara Barat maju. Bantuan-bantuan luar negeri untuk menjadikan Negara yang sedang berkembang itu maju, dalam kenyataannya tetap bahkan semakin miskin, sebab bantuan berupa utang luar negeri jumlah bunganya sangat tinggi. Terjadinya keterbelakangan umat Islam disebabkan beberapa faktor, di antaranya dekadensi, sikap fundamentalisme dan konservatisme, dan keterbelakangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ghirah Kemajuan Umat Islam

Saat ini, sudah banyak pakar-pakar intelektual atau ulama yang menulis standar atau faktor dampak fenomena umat Islam. Namun, masih dalam perdebatan atau klaim egoisme intelektual, Tidak ada standar baku sebagai panduan pedoman dlm aktivitas kehidupan masyarakat beragama dan bernegara. Karena itu, penting untuk merekonstruksi faktor-faktor pemicu gairah untuk meraih keadaban dan kemajuan umat Islam modern dan masa depan nanti. Adapun faktor-faktor tersebut, yakni;

1). Agama, umat Islam perlu memahami agama Islam sebagai gama kebebasan, kebaikan, kedamaian, keadaban, kemuliaan dan kemajuan untuk seluruh umat manusia didunia. Agama tidak hanya menggugurkan kewajiban, siap yang paling mengunjungi mesjid, rumah ibadah dan sebagainya. Agama bukan hanya sebatas pamer simbolitas identitas tetapi minim jiwa tulus menolong dan spiritualitas kebaikan. Beragama Islam bukan membuat manusia merasa paling digdaya, berbuat sewenang-wenang menindas dan merendahkan sesama, bukan saling mengejek, menghina atau marah menakut nakuti dan mengekploitasi entar sesama. Beragama Islam memang pada dasarnya adalah menjalani ibadah ritual kepada Allah SWT seperti ibadah sholat, puasa, zakat, haji. Dan sebagainya. Ibadah ritual tersebut dinilai bermanfaat atau berdampak buat aktivitas umat beragama dan bermasyarakat. Melalui tolong-menolong gotong-royong, berinfaq dan memberdayakan literasi dan lingkungan sosial. Beragama Islam mengutamakan hakikat, jiwa raga diri atau spiritual etika akhlak mulia, selalu belajar meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan terkait subtansi jiwa islam, menjadi yang terbaik dan berbuat kebaikan dalam kondisi apapun meskipun kecil untuk menolong sesama kemanusiaan. Karena manusia berbuat kebaikan untuk sesama pada dasarnya berbuat baik untuk dirinya sendiri. Perbuatan kebaikan sekecil apapun akan tetap dinilai bermanfaat dan mulia dihadapan Allah SWT dan disenangi oleh setiap manusia. Meski kerapkali tak dihargai oleh manusia-manusia berkarakter buruk dan jahat.

Selain itu, kondisi agama atau masa depan agama Islam dan dunia Islam yang menentukan kemajuan umat Islam di masa kini dan masa depan nanti adalah bergantung penuh kepada kondisi, perilaku dan kebijakan yang dilakukan oleh para pemimpin tertinggi disebut negara, kebijakan dan keberpihakan pejabat-pejabat publik di suatu negara atau wilayah tersebut. Karena berkat dari arah kebijakan pemimpin pemerintah atau pejabat publik tersebut yang akan mampu menggerakkan seluruh perangkat sistem berpikir dan pergerakan masyarakat dalam meraih kebajikan, kedamaian dan kemajuan seluruh aktivitas warga masyarakat dan negara. Jika, pemimpin-pemimpin pemerintahan atau pejabat publik yang mempunyai pandangan islami, memahami gama Islam dengan baik, dan berpihak kepada nasib Islam dan umat Islam Seluruhnya, maka segala sesuatu kegiatan aktivitas belajar anak-anak remaja dan kaum muda menjadi generasi-generasi yang berkualitas radikal, kritis cerdas dan edukatif progresif, bekerja dan berkarya masyarakat semakin bergairah menciptakan karya kreatif inovasi untuk kebajikan dan kemajuan dalam masyarakat.

2). Pendidikan, pembaharuan merupakan suatu proses atau cara pembaharuan yang menghasilkan perubahan dalam penyesuaian situasi dan kondisi. Pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda (pembentukan individu) untuk menjalani hidup (sebagai khalifah) dan memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien berdasarkan sumber-sumber Islam berupa al-Quran, sunnah, dan ijtihad. Reformasi pendidikan Islam merupakan tuntutan kebutuhan dunia pendidikan Islam saat ini. Melihat keterbelakangan dan ketertinggalan umat Islam saat ini, maka hakikat reformasi pendidikan Islam adalah berusaha meninggalkan pola pikir lama yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman (future oriented) dan berupa perolehan aspek-aspek yang mendukung untuk beradaptasi. terhadap kemajuan zaman. Pendidikan Islam yang hakiki adalah seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, seimbang antara ilmu yang diwahyukan dan ilmu yang diperoleh, seimbang antara keimanan dan ketakwaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sehingga menghasilkan kesejahteraan rohani dan materil.

Dalam artikel tersebut ditemukan bahwa: (1) sosial politik Islam pada abad pertengahan terjadi pada akhir masa pemerintahan Abbasiyah dan Bani Umayyah II yang pada saat itu politik terus bergejolak, (2) faktor-faktor yang melatar belakangi kemunduran Islam. Islam pada abad pertengahan merupakan konflik internal umat Islam dan konflik eksternal akibat serbuan negara lain, (3) perdebatan filsafat dan mistisisme yang mempunyai satu kecenderungan. Sehingga tidak terjadi keseimbangan dalam beragama. Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Jatuhnya Baghdad dan Cordoba membawa kemunduran besar dalam pendidikan Islam. 2. Kemunduran pendidikan Islam disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. 3. Pendidikan Islam pada masa kemunduran ditandai dengan hancurnya peradaban Islam, lenyapnya lembaga pendidikan, hancurnya perbendaharaan teks perpustakaan Islam, dan merosotnya fungsi lembaga pendidikan Islam, madrasah, dan masjid.

3). Politik kekuasaan, masa Bani Abbasiyah merupakan puncak kejayaannya yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya Al-Maksum. Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran dan kehancuran ketika muncul invasi Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 H. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah dan kebudayaan Islam mencapai kejayaannya pada masa Dinasti Abbasiyah yang menekankan pada pengembangan peradaban dan kebudayaan Islam dibandingkan perluasan wilayah. Faktor penyebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Dinasti Abbasiyah mengalami masa keemasan, unggul dalam bidang penerjemahan, ilmu pengetahuan, ekonomi, agama, sosial, militer, dan juga politik. Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh 2 faktor yaitu internal dan eksternal. Dari faktor internal kemunduran Dinasti Abbasiyah, pengaruh yang paling dominan terhadap kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah umat Islam meninggalkan ajaran agamanya.

Saat ini, dunia Islam atau negara Islam sedang mengalami gejolak akibat ancaman serangan dari negara-negara lain, yang ingin menguasai kawasan negara arab timur Tengah, menguasai bidang sosial politik budaya dan ekonomi negara tersebut dengan menggunakan kekuasaan pengaruh atau intervensi kebijakan yang menjangkiti kebijakan negara tersebut. Jadi, setiap negara-negara muslim kerapkali mudah pecah belah, tak bersatu dalam mengambil kebijakan atau keputusan krusial yang dihadapi oleh sesama negara muslim.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال