Puasa Manusia Dalam Buka Bersama

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Islam sebagai agama yang dianut kebanyakan penduduknya tersebut banyak memengaruhi dalam budaya interaksi keseharian, dari mulai penggunaan istilah keagamaan, hingga kebiasaan dalam menjalankan ibadah. Kebiasaan-kebiasaan tersebut ternyata bukan murni berasal dari syariat agama, namun banyak dipengaruhi oleh budaya setempat. Umat Islam di berbagai belahan dunia memiliki budaya yang berbeda-beda dalam menjalankan ibadah. Di antaranya dalam melaksanakan ibadah salat, wanita di Asia selalu menggunakan perlengkapan mukena, sedangkan di daerah Timur Tengah kebanyakan menggunakan pakaian yang sesuai syariat. Kebiasaan menggunakan mukena tersebut merupakan salah satu penyesuaian prinsip agama Islam dengan budaya setempat saat menyebarkan agama Islam. Kebiasaan-kebiasaan umat Islam di berbagai daerah membentuk suatu budaya baru yang khas tanpa melanggar prinsip agama Islam itu sendiri. Begitu pula dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, umat Islam di Indonesia memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan negara lainnya termasuk negeri Arab yang merupakan tempat lahirnya Islam.

Budaya Puasa Manusia

Indonesia sebagai salah satu negara dengan umat Islam terbanyak memiliki budaya tersendiri ketika menjalankan ibadah pada bulan Ramadan. Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang dijalani umat Islam sebelum merayakan hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Pada bulan Ramadhan umat Islam menahan hawa nafsu dari mulai terbit matahari hingga terbenamnya matahari, yang salah satu contoh hawa nafsu adalah makan dan minum. Pada saat Ramadhan umat Islam harus menahan lapar dan haus dari mulai terbit matahari hingga terbenam matahari, Orang-orang yang kurang beruntung dalam segi ekonomi telah merasakan menahan lapar dan haus dalam kesehariannya.

Bulan Ramadan merupakan bulan yang dipenuhi keberkahan dan keistimewaan didalamnya, antusiasme umat muslim seluruh dunia, serta keingintahuan generasi baru  kaum muda menyebabkan meningkatnya perilaku konsumtif. Dipengaruhi oleh keadaan saat puasa yang mengharuskan menahan lapar dan dahaga, sebagian besar memilih menjadikan waktu berbuka puasa sebagai ajang untuk “balas dendam”. Saat menahan lapar, seseorang cenderung ingin memiliki semua makanan yang dilihat, meskipun tidak tahu menahu akan rasanya dengan hanya melihat tampilan visual di media sosial.

Bulan Ramadhan merupakan bulan suci yang penuh berkah dan menjadi kesempatan terbaik untuk beramal serta menuai pahala yang berlipat ganda. Bulan Ramadhan menjadi salah satu bulan yang ditunggu-tunggu kehadirannya, dimana pada bulan Ramadhan seluruh anggota keluarga lebih sering berkumpul untuk melakukan buka bersama maupun sahur bersama.

Efek Buka Bersama

Buka puasa bersama sudah menjadi tradisi rutin setiap bulan Ramadhan yang dilakukan oleh instansi, masyarakat, keluarga bahkan terkadang komunitas individu. Adapun dampak manfaat dari tradisi buka bersama dalam bulan Puasa Ramadhan, terdiri dari tiga faktor; yakni:

1. Faktor Beragama, bahwa Bulan Ramadhan merupakan bulan yang baik untuk beramal shaleh agar mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Salah satu amal shaleh yang umum dilakukan adalah memberi makan kepada orang yang sedang berpuasa. Di bulan puasa tentunya banyak individu atau kelompok yang mengadakan kegiatan amal dengan cara memberi makan kepada orang-orang yang sedang berpuasa, baik di jalan umum maupun di panti asuhan. Buka puasa bersama biasanya diadakan banyak pihak saat bulan Ramadhan. Selain untuk membina silaturahmi, memberikan makanan untuk berbuka puasa juga sangat bermanfaat. Pahala memberi makan orang yang berpuasa sama dengan pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang diberi makan. Padahal, pahala tetap didapat meski hanya bisa memberi kurma atau seteguk air. Namun tentunya yang lebih penting adalah bisa memberikan makanan yang cukup dan mampu mengenyangkan perutnya. Fenomena berbagi takjil saat Ramadan di seluruh negara dan Indonesia. Bahwa adanya fenomena berbagi takjil saat Ramadan oleh masyarakat di Indonesia berdampak positif bagi masyarakat yang menerima takjil dan memiliki banyak keutamaan serta manfaat untuk pemberi takjil baik dalam hubungan hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia) maupun dengan hablumminallah (hubungan makhluk dengan sang pencipta).

2. Faktor Berjumpa, Bulan Ramadan merupakan bulan yang baik untuk beramal shaleh agar mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Salah satu amal shaleh yang biasa dilakukan yakni memberi makan orang yang berpuasa. Selama bulan puasa, tentu banyak sekali individu ataupun kelompok yang menyelenggarakan kegiatan bersedekah dengan memberi makan orang yang berpuasa, baik ketika di jalan umum ataupun di panti asuhan. Buka puasa bersama lazim diselenggarakan banyak pihak di masa Ramadhan. Selain menggalang silaturahim, memberi makan untuk berbuka puasa amat besar pahalanya. Pahala memberi makan kepada orang yang berpuasa adalah sebesar pahala orang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang diberi makan itu.

3. Faktor Bersama, bahwa Bulan Ramadan, orang-orang Indonesia biasa berkumpul untuk berbuka bersama, baik dengan keluarga, kerabat maupun teman-temannya. Kegiatan buka puasa bersama tersebut sering disebut dengan ‘bukber’, yang merupakan akronim dari ‘buka bersama’. bahwa orang-orang Indonesia suka berbuka puasa dengan minuman dan penganan yang manis, seperti teh manis, kue bolu, kolak, dan lain sebagainya. Biasanya orang-orang Indonesia saling berkunjung untuk silaturahim dan berbuka puasa bersama dalam  rasa kekeluargaan yang dimiliki orang Indonesia. Dengan rasa kekeluargaan tersebut, orang-orang Indonesia tetap berusaha untuk bisa berkumpul bersama meski tidak dapat bertemu secara langsung. Rasa kekeluargaan tersebut budaya khas bagi orang Indonesia, sehingga bagaimanapun situasinya mereka tetap menjunjung rasa kekeluargaan tersebut.

Akhirnya, bahwa puasa ramadhan merupakan ibadah yang mempunyai makna satu kesatuan yang saling keterkaitan dalam setiap aktivitas ibadahnya. Karena manusia-manusia yang menjalankan ibadah puasa, tidak hanya memperbanyak ibadah amalan sunnah (hablumminallah) berhubungan dengan Allah SWT, tetapi juga merekat kuat silaturahim, kebersamaan dan kekhusyukan dalam berhubungan dengan sesama manusia (hablumminanas) agar supaya mampu mewujudkan nilai-nilai kebaikan, kedamaian dan keadaban dalam menjaga martabat kemanusiaan dalam segala aspek kehidupan.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال