Tafsir Ibnu Katsir, Memahami Ujian dari Allah SWT

Penulis: Thoha Abil Qasim*

KULIAHALISLAM.COM - Yang menjadi keniscayaan dengan adanya kehidupan adalah masalah. Masalah yang terjadi banyak dengan berbagai macam. Salah satunya masalah itu timbul, adalah dari sesama manusia, baik itu orang dekat maupun yang jauh. Jadi jangan heran ketika orang yang ada di sekitarmu pernah melukaimu.


Sebagai umat muslim, sepantasnya kita punya anggapan bahwa masalah apa pun yang kita alami, itu adalah ujian dari Allah SWT. Dan tanamlah sebuah prinsip, untuk tidak menyakiti sesama makhluk Allah SWT. kalau ada yang menyakiti kita, lebih baik kita tidak membalasnya dengan menyakiti juga. Karena kita harus menyadari bahwa itu merupakan ujian dari Allah SWT.

Dengan demikan nantinya siapa yang lulus ujian itu dengan cara bersabar, maka ia termasuk hamba yang lulus ujian. Karena dengan bersabar ia berarti memahami bahwa kehidupan dengan segala kegilaannya ini merupakan skenario yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

وَمَآ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّآ اِنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَيَمْشُوْنَ فِى الْاَسْوَاقِۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً ۗ اَتَصْبِرُوْنَۚ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيْرًا

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat." (QS. Al-Furqon: 20).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelumMu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Jika diberitahukan tentang para rasul yang terdahulu telah diutus bahwa mereka memakan makanan dan memerlukan gizi, serta berjalan di pasar-pasar untuk mencari mata pencaharian dan berdagang.

Hal itu sama sekali tidak merubah keadaan beliau-beliau dan juga kedudukannya. Karena sesungguhnya Allah telah jadikan kepada diri mereka tanda-tanda yang baik.Yakni, sifat yang terpuji, ucapan yang utama, amal perbuatan yang sempurna, dan mukjizat yang cemerlang serta memukau, juga dalil-dalil (bukti-bukti) yang jelas. Sehingga orang yang mempunyai hati yang sehat dan pandangan yang lurus akan membenarkan apa yang disampaikan oleh mereka itu semuanya dari Allah SWT.

Kemudian memahami dari makna, “Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat.” Muhammad Ibn Ishaq mengaitkan dan menganalogikan ayat tersebut, seolah-olah Allah SWT berfirman “Seandainya Aku menghendaki dunia ini Aku jadikan bersama para rasul-Ku, agar mereka tidak ditentang (tidak memiliki musuk), tentulah Aku dapat melakukannya. Akan tetapi, sengaja Aku menghendaki untuk menguji hamba-hamba-Ku dengan para rasul-Ku, dan Aku menguji para rasul-Ku dengan mereka.”

Dapat kita pahami bahwa manusia menyakiti satu sama lain tidaklah murni dari kehendak dirinya sendiri. Meski secara kasat mata kita diperlihatkan melalui kausalitas dari sebuah peristiwa. Namun semuanya tak lepas dari takdir-takdir Allah SWT yang dalam rangka menguji keimanan hambanya. Maka karena kita telah sadar bahwa ujian itu adalah Allah yang memberikan, maka tugas yang kita jalankan adalah bersabar.

يَقُولُ اللَّهُ: إِنِّي مُبْتَلِيك، ومُبْتَلٍ بِكَ

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, bahwa sesungguhnya Aku akan mengujimu dan menguji (hamba-hamba)-Ku denganmu.” (HR. Bukhari).

Kendati kita mengetahui, di balik cobaan itu tak lepas dari kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, tentu untuk melapangkan hati agar tidak kecewa tidaklah mudah. Dengan demikian Paling tidak kita harus mendidik jiwa kita untuk senantiasa memahami ujian dari Allah SWT dan dengan kita pandai-pandai mengambil hikmah di balik suatu ujian, maka kekecewaan, kemarahan akan terkikis dengan tetap tenang. 

Kita dapat mengambil teladan dari seorang sufi. Sufi melihat dunia, ia selalu terjaga dalam kesadaran saat cobaan didatangkan dari orang-orang terdekatnya. karena ia memahami hatinya akan digoncang dahsyat sehingga dia tidak mau terkecoh. 

Sebaliknya, cobaan yang didatangkan dari orang yang jauh itu cenderung lebih ringan. Jadi, sebagai seorang yang beriman, hendaknya selalu senantiasa memohon perlindungan kepada Allah agar diberi kekuatan dan kemampuan untuk menyeberangi setiap cobaan dengan kebijaksanaan.

*) Pemuda asal Kangean Sumenep, santri Ma'had Aly. 


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال