Seruan Imam Khomaeni Untuk Persatuan Islam


Oleh: Musthafa Kamal*

Perselisihan antara Ahlu Sunnah (Sunni) dengan Syiah telah berlangsung sejak lama. Konflik yang didasari oleh motif kekuasaan antara rezim Umayyah dan Bani Hasyim ini semakin lama berubah menjadi konflik konfrontasi teologi. 

Hal yang sesungguhnya amat disayangkan. Sebab perselisihan ini, umat dengan amat mudahnya mengklaim saudara seagamanya dengan sebutan kafir bahkan ironisnya muncul fatwa halalnya pembunuhan atas dasar perbedaan ini. Imbasnya, perpecahan di kalangan internal Islam tak dapat dielakkan lagi.

Perpecahan di tubuh Islam ini pernah diprediksi oleh Nabi Muhammad SAW beliau bersabda:

تَفَرَّقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى، أَوِ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَالنَّصَارَى مِثْلَ ذَلِكَ، وَتَفَرَّقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَة

"Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, Nasrani terpecah menjadi 71 atau 72 golongan. Dan umatku terpecah menjadi 73 golongan." (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim). Dalam menginterpretasi Hadis ini setidaknya ada tiga pandangan Ulama mengenai Hadis ini.

Pertama, hadits-hadits tersebut digunakan sebagai pijakan yang dinilainya cukup kuat untuk menggolongkan umat Islam menjadi 73 firqah, dan di antaranya hanya satu golongan yang selamat dari neraka, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah. 

Di antara kelompok ini antara lain; Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (Al-Farq bainal-Firaq), Imam Abu al-Muzhaffar al-Isfarayini (at-Tabshir fid Din), Abu al-Ma’ali Muhammad Husain al-‘Alawi (Bayan al-Adyan), Adludin Abdurrahman al-Aiji (al-Aqa’id al-Adliyah) dan Muhammad bin Abdulkarim asy-Syahrastani (al-Milal wan Nihal). Ibn Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (vol-3) menilai bahwa hadits tersebut dapat diakui kesasihannya.

Kedua, hadits-hadits tersebut tidak digunakan sebagai rujukan penggolongan umat Islam, tetapi juga tidak dinyatakan penolakannya atas hadits tersebut. Di antara mereka itu, antara lain; Imam Abu al-Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari (Maqalatul Islamiyyin wa ikhtilaful Mushollin) dan Imam Abu Abdillah Fakhruddin ar-Razi (I’tiqadat firaqil Muslimin wal Musyrikin). 

Kedua pakar ilmu kalam ini telah menulis karya ilmiahnya, tanpa menyebut-nyebut hadits-hadits tentang Iftiraq al-Ummah tersebut. Padahal al-Asy’ari disebut sebagai pelopor Ahlussunnah wal Jama’ah.

Ketiga, Ketiga, hadits Iftiraqul Ummah tersebut dinilai sebagai hadits dla’if (lemah), sehingga tidak dapat dijadikan rujukan. Di antara mereka adalah Ali bin Ahmad bin Hazm adh-Dhahiri, (Ibn Hazm, al-Fishal fil-Milal wal-Ahwa’ wan-Nihal).

Imam Khomaeni sebagai pimpinan tertinggi Iran kala itu sekaligus sebagai imam besar Syiah menanggapi realita ini dengan mengedapankan sikap egaliter di kalangan Islam. Menurutnya, konflik antara Sunni dan Syiah bukan muncul dalam internal Islam melainkan ada propaganda dari pihak luar yang mempengaruhinya. 

Tuduhan ini ia layangkan kepada Amerika sebagai dalang di balik kekacauan Islam saat ini. Imam Khomaeni menuliskan pandangannya ini dalam kitab Al-Istikbar Al-Ameriki halaman 49 sebagai berikut:

 إنه لو وقع خلاف بين الشعب الإيراني وغيره من الشعوب، أو وقع خلاف بين إخواننا من أهل السنة وإخواننا من الشيعة، فإن ذلك لن يكون في صالحنا ولا في صالح المسلمين جميعاً. إن الذين يريدون بث الفرقة ليسوا من أهل السنة ولا هم من الشيعة، بل هم عملاء القوى الكبرى ويعملون تحت إمرتهم. إن أولئك الذين يحاولون بث الفرقة بين الإخوة من أهل السنة والإخوة من الشيعة هم أشخاص يقومون بتدبير المؤامرات خدمة لأعداء الإسلام ويطمعون في تغلب أعداء الإسلام على المسلمين، وهم أتباع لأمريكا

“Jika ditemukan perselisihan antara penduduk Iran dan lainnya atau yang lebih spesifik lagi perselisihan antara saudara kami Sunni dan Syiah. Perselisihan itu bukan lah muncul dari kami apalagi semua umat muslim secara umum. Yang memantik perselisihan itu bukan lah dari kalangan Sunni pun juga Syiah melainkan dari para elit global yang memiliki kekuasaan yang besar. Mereka ini budak yang ingin memenangkan musuh-musuh Islam dengan cara apapun. Siapa lagi mereka kalau bukan Amerika”

Spirit Khomaeni sebagaimana yang diungkapkan dalam karya-karyanya adalah hendak mempersatukan kembali umat Islam. Ia sangat keras menolak hegemoni barat atas negara-negara Islam. 

Menurutnya Islam hadir untuk mempersatukan semua elemen masyarakat di bawah panji keislaman. Sunni dan Syiah memiliki misi yang sama tidak ada perbedaan di antara keduanya. Perbedaan hanya akan muncul dalam hal ketakwaan manusia kepada Tuhannya.

Persoalan perbedaan akidah antara Sunni dan Syiah tidak perlu kiranya diteruskan. Akidah merupakan persoalan individu alangkah baiknya jika saat ini kedua aliran yang sama-sama besar ini mulai memikirkan kembali cara untuk mempersatukan Islam. Kepentingan yang lebih universal ini jangan sampai hancur hanya karena perbedaan akidah.

Seruan-seruan Imam Khomaeni dalam banyak karyanya diperuntukkan kepada Islam sebagai agama bukan sebagai sub-sub aliran yang ada. 

Dengan semangat revolusionernya, ia menaruh perhatian lebih kepada umat muslim yang menjadi korban kejamnya kapitalisme. Modal yang baik ini harus selalu dijadikan pedoman oleh umat muslim dunia. Hal demikian ini semata-mata untuk kebaikan Islam di seluruh dunia.

*) Kader PMII Ashram Bangsa

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال