Qashas Al-Qur'an: Ibrah Bagi Umat Nabi Muhammad dalam Menjalani Kehidupan


Oleh: Zakiyatun Najwa*

Kata qashas merupakan bentuk jamak dari qishah. Secara bahasa, qishah berarti suatu cerita, hikayat atau riwayat. Kata tersebut berasal dari al-qish yang berarti menulusuri atsar (jejak). 

Sedangkan menurut Hasby Ash-Shidiqiy, qishah ialah pemberitaan masa lalu tentang umat serta menerangkan jejak peninggalan kaum masa lalu . Maka qashas Al-Qur'an merupakan kejadian, cerita atau kisah-kisah dalam Al-Qur'an yang menceritakan hal ihwal umat-umat terdahulu. 

Kisah-kisah dalam Al-Qur'an cukup dominan, hampir setiap surat dalam Al-Qur'an disajikan dalam bentuk kisah. Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah yang menceritakan tentang kisah pencarian sapi betina yang berwarna kuning keemas-emasan dalam rangka mengungkap misteri pembunuhan seseorang yang terjadi pada masa Nabi Musa. 

Surah Ali Imran menceritakan kisah keluarga Imran yang saleh. Surah Al-Maidah yang mengungkapkan kisah umat Nabi Isa yang meminta diturunkan makanan dari langit.

Surah Yusuf yang memaparkan perjalanan seorang hamba Allah yang saleh, mulai disingkirkan oleh saudaranya sendiri sampai akhirnya menjadi pemimpin agung yang ditaati oleh kaumnya. Surah An-Nahl menceritakan tentang kehidupan lebah. 

Surah Al-Isra' menyajikan tentang kisah isra mi'raj Nabi Muhammad SAW. Surah Al-Kahfi menceritakan tentang pemuda-pemuda yang keluar dari desa tempat tinggalnya demi menyelamatkan akidah dan keimanan mereka dan ditidurkan oleh Allah dalam sebuah gua selama kurang lebih 300 tahun. 

Surah Maryam yang di dalamnya mengandung kisah kelahiran Nabi Isa. Surah Ar-Rum yang mengisahkan proses kehancuran sebuah negara dan kemenangan Islam. 

Surah Al-Munafiqun mengungkapkan kisah kemunculan orang-orang munafik ketika Islam hampir mencapai kemenangan. Surah At-Takatsur mengandung kisah orang-orang kaya yang suka menumpuk harta kekayaannya. Dan berbagai kisah-kisah dalam Al-Qur'an lainnya. 

Peristiwa dan kisah-kisah tersebut merupakan kisah yang benar-benar terjadi, bukan angan-angan belaka ataupun buatan manusia. 

Qashas dalam Al-Qur'an pun menjadi metode istimewa Allah SWT dalam membentuk umat yang berakal dan berintelektual tinggi, sebab kisah-kisah dalam Al-Qur’an memiliki daya yang kuat bagi jiwa seseorang sehingga mampu menggugah kesadaran atas keimanan dan perbuatan yang sesuai dengan syariat Islam.

Sebagaimana dalam QS. An-Nisa ayat 82 yang artinya: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." 

Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim Al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, profesor fakultas Al-Qur'an Universitas Islam Madinah menerangkan tafsiran dari ayat tersebut, bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mentadabburi Al-Qur'an. 

Ungkapan tersebut sebagai berikut: "Apakah mereka tidak mentadabburi wahyu yang diturunkan kepadamu sehingga mereka menjadi tidak berpaling darinya? Karena dengan mentadaburinya akan tersingkap bukti-bukti kebenarannya dan bersinar cahayanya. Barang siapa yang mengamati makna makna Al-Qur’an niscaya dia akan mendapatinya penuh keselarasan, kebenaran, dan kesempurnaan. Andai kata Al-Qur'an ini bukan dari sisi Allah niscaya mereka akan mendapatinya saling bertentangan dan penuh dengan kedustaan dan kekurangan."

Sejenak mari kita membaca Al-Qur'an dan perhatikan ayat demi ayatnya. Demikian banyak dalam Al-Qur'an yang mengisahkan umat-umat terdahulu. Hal itu bertujuan agar dapat dijadikan ibrah bagi umat manusia. 

Sebagaimana dikisahkan dalam QS. Luqman yang berisi nasihat Luqman kepada anaknya. Dari kisah tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa mempersekutukan Allah adalah dosa besar. 

Kemudian di atas ilmu ada adab atau akhlak. Artinya adab dalam berilmu itu sangatlah penting. Selain itu, kita juga tidak boleh menyakiti hati kedua orang tua, bahkan mengucapkan kata "ah" kepada keduanya. 

Sebab jika kita menyakiti ataupun mengecewakan hati kedua orang tua sekecil apapun itu, Allah tidak akan meridai kita. Seperti yang telah kita ketahui bahwa rida Allah tergantung rida kedua orang tua. 

Dalam Surah Al-Lahab pun menceritakan tentang keadaan salah satu keluarga Nabi Muhammad yang dikenal dengan nama Abu Lahab beserta istrinya ketika di akhirat kelak. Mereka memfitnah dan menentang ajaran beliau bahkan menjelek-jelekkan nama baik Nabi Muhammad SAW. 

Dari kisah tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa tukang fitnah pasti akan celaka. Dan seseorang harus menjauhi sifat takabur dan iri dengki kepada orang lain, sebab Allah akan membalasnya sesuai dengan apa yang pernah dilakukan di dunia pada masa hidupnya. 

Bagitu juga kita sebagai umat Nabi Muhammad, umat terbaik, umat yang telah diberi berbagai keagungan oleh Allah SWT, yang salah satu keagungan terbesarnya adalah berupa diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk dan pedoman hidup di dunia, sangat dianjurkan untuk mentadabburi setiap ayat Al-Qur'an yang telah kita baca, sehingga kita bisa mengambil ibrah dan hikmah dari setiap kejadian umat terdahulu untuk menjalani kehidupan di masa kini.

Tidak hanya itu, dari pengaplikasian qashas Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari akan menumbuhkan kehidupan yang tentram, sejahtera, dan selalu rukun dalam menjaga persatuan antar sesama. 

Bahkan kita akan lebih berhati-hati dan berpikir dua kali sebelum melakukan suatu perbuatan, artinya berpikir sebelum bertindak. Sehingga perbuatan yang akan kita lakukan tidak berakibat buruk bagi kehidupan diri kita sendiri maupun kehidupan orang lain.  

*) Mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Sunan Ampel Surabaya

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال