Kasih Sayang Islam Terhadap Perempuan


Oleh: Lutfia Azzahra*

Islam hadir mengangkat harkat dan martabat perempuan. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan Rasulullah terhadap perempuan, seperti membela hak-hak perempuan, memberi ruang untuk perempuan dalam berpolitik hingga peperangan. 

Betapa asihnya Rasulullah terhadap perempuan bukan? Meskipun perempuan hingga saat ini masih mengalami diskriminasi. Seperti yang dirasakan oleh perempuan Afghanistan, yang tidak diberi dalam kebebasan pada ruang publik.

Perempuan tidak boleh menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi, hal itu berarti telah merenggut separuh hidup perempuan. Akibatnya, Islam di cap sebagai agama yang mendiskriminasi perempuan, padahal hadirnya Islam menjunjung harkat dan martabat perempuan. 

Serta tidak ada ayat maupun hadis yang mendeskreditkan perempuan, justru Islam sangat melarang adanya diskriminasi terhadap salah satu gender.

Perempuan Harus di Bela?

Pembelaan sendiri tidak mengenal status gender. Yang perlu di bela mereka yang tertindas lagi lemah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sayyid Sabiq mereka yang tertindas, diantaranya perempuan dan anak yatim piatu. 

Indonesia sendiri memiliki Undang – Undang (UU) yang mengatur tentang pemberdayaan perempuan dan anak. Harapan dengan adanya UU ini mampu memberi payung hukum terhadap orang-orang yang lemah lagi tertindas.

Sebagaimana yang tercantum dalam surah Al-Ma’un ayat 7, yang enggan memberi pertolongan terhadap orang yang tertindas. Allah telah memberi peringatan melalui surah tersebut untuk mengasihi sesama. Ini diperkuat pula dalam hadis yang di riwayatkan Imam Bukhari 2103 dan 61777. 

Tentang, merendahkan orang lain yang berisi, bahwa laki-laki seharusnya tidak merendahkan perempuan, begitu pula perempuan tidak merendahkan laki-laki. Serta melarang adanya kekerasan dan kebencian, sehingga munculnya akhlak yang mulia. 

Seperti halnya istri yang berbakti terhadap suami, yang mana suami mendapat pelayanan dari istri yang shalihah dan istri yang mendapatkan keberkahaan dari suaminya. Sehingga adanya prinsip kesalingan pada istri dan suami. Begitu asihnya Islam terhadap orang yang lemah lagi rendah. Supaya saling membela untuk memperoleh haknya.

Perempuan dan Penerimaan Wahyu Rasulullah

Rasulullah begitu memuliakan perempuan seperti membela hak terhadap perempuan hingga keseharian hingga menyenangkan hati perempuan, hingga saat penerimaan wahyu pun bersama seorang perempuan. Hal tersebut termuat dalam hadis Shahih Bukhari.

عن عائشة رضي الله عنها، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لأم سلمة: «لاَ تُؤْذِينِى فِى عَائِشَةَ، فَإِنَّ الْوَحْىَ لَمْ يَأْتِنِى، وَأَنَا فِى ثَوْبِ امْرَأَةٍ إِلاَّ عَائِشَةَ». رواه البخاري في صحيحه، رقم الحديث: 2620، ، كتاب الهبة، باب مَنْ أَهْدَى إِلَى صَاحِبِهِ وَتَحَرَّى بَعْضَ نِسَائِهِ دُونَ بَعْضٍ.

“Dari Aisyah RA, bahwa Nabi SAW bersabda kepada Umm Salamah RA, ”janganlah sakiti saya tentang Aisyah, karena wahyu turun pada saya justru ketika berada dalam selimut Aisyah.”

Dari perkataan Rasulullah, dalam buku 60 Hadis Shahih Faqihuddin Abdul Khoir. Dalam hadis tersebut untuk tidak untuk tidak mengejek istri Rasulullah. Serta himbauan terhadap stigma negatif terhadap perempuan yang menjauhkan diri dari Allah SWT. 

Banyak spekulasi yang masih berpandangan bahwa perempuan dapat menganggu ibadah. Hal ini senada dengan sahabat yang tidak berkeinginan menikah karena menganggap perempuan dapat menganggu ibadah. 

Namun spekulasi tersebut ditepis oleh Rasulullah, bahwa hal itu termasuk sunnah. Perilaku diskriminatif terhadap perempuan itu bagian dari Jahiliah, sementara Islam mengajarkan perilaku menyayangi dan simpati terhadap sesama manusia.

Kita Itu Setara

Marjinalisasi dan penomorduaan perempuan sering perempuan alami. Contohnya dalam forum rapat dimana pendapat yang diutarakan sering diabaikan serta ketika tampil di ruang publik penampilan perempuan sering menjadi sorotan. 

Utamanya dalam iklan, ya, sering kita dapati perempuan diharapkan mengenakan pakaian yang mungkin tidak membuatnya nyaman, karena hanya untuk memperindah iklan.

Meskipun perempuan sering mendapat perlakuan tersebut. Pada faktanya kita itu setara. Hal ini sebagaimana dalam hadis yang berbunyi:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ». رواه أبو داود.

Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW Bersabda, “perempuan itu saudara kandung laki-laki." Diriwayatkan oleh Sunan Abi Dawud.

Dalam hadis tersebut kata kembaran dapat diartikan sebagai sederajat. Karena sederajat berarti sama sama memiliki kesempatan yang setara. Setara dalam berpendapat, poitik dan beragama. 

Laki-laki dan perempuan memang memiliki perbedaan, namun bukan berarti untuk ajang membedakan. Melainkan untuk adannya kesetaraan sebagai manusia yang utuh. Karena, setiap penistaan perempuan merupakan kezhaliman. Sementara keadilan bagi perempuan dalam aspek apapun itulah Islam.

Islam itu asih dan asuh, menyediakan ruang untuk seluruh manusia. Anggapan bahwa perempuan itu makhluk yang rendah dan tidak berdaya hanyalah stigma negatif yang mengakar hingga saat ini. Apakah mereka yang mendiskriminasi perempuan dan membedakan layak dipanggil, Islam? Jika kita melihat dari hadis tersebut. Wallahu ‘Alam

*) Mahasiswa UIN Surakarta Prodi Hukum Keluarga Islam Anggota LSO LIRIK UIN Surakarta


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال