Interaksi Rasulullah dengan Non Muslim


Penulis: Angel Dahagaluh Siswandra*

Umat Islam sekarang sering dipandang sebagai umat yang radikal dan intoleran terhadap pemeluk agama lain bahkan dicurigai sebagai teroris. Hal ini memicu terjadinya konflik antar umat hingga menimbulkan korban. Bahkan pernah terjadi apabila bernama Muhammad, tidak bisa pergi ke Barat. Hal ini berbeda dengan Rasulullah SAW yang juga sebagai Rasul dan pemimpin di Makkah dan Madinah, tetapi sukses dalam membangun kesejahteraan umat dari segi sosial dan ekonomi.

Rasulullah SAW telah membawa Islam ke dunia sebagai rahmat bagi alam dan keberkahan bagi semua manusia. Islam mengatur seluruh kehidupan, mulai tata cara ibadah kepada Allah dan cara bermuamalah kepada manusia. Rasulullah mengajak umat untuk beribadah kepada Allah SWT tanpa memaksa mereka untuk mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. Interaksi yang dilakukan antar individu, individu dengan kelompok, dan interaksi antar kelompok lainnya.

Interaksi yang dilakukan oleh Rasulullah menghasilkan pergaulan yang baik dan kerjasama. Keanekaragaman bangsa, suku, budaya, agama adalah bentuk dari kekuasaan Allah terhadap hamba-Nya. Hal ini diciptakan agar manusia dapat mengambil hikmah dari semua, manusia dapat hidup berdampingan dengan damai dan dapat hidup saling menghargai kepada makhluk demi terciptanya keharmonisan dalam berinteraksi.

Dalam sebuah Hadis, Rasulullah bersabda:   

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Artinya: 
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kesalehan akhlak.”

Hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa hal yang paling penting adalah memelihara perilaku yang baik, meskipun dengan yang berbeda agama berperilaku baik adalah perlu. Perilaku baik akan melahirkan keadilan dan kebaikan. Adil dapat membawa kepada keberhasilan. Kebaikan yang akan membawa ketentraman hidup, kebahagiaan, kebajikan dan kemenangan. 

Tidak ada yang menginginkan permusuhan kecuali pada diri orang itu ada tersirat kebencian dan adanya rasa dendam. Rasulullah sangat mudah bergaul dalam masyarakat. Beliau selalu menjaga diri agar tidak terlibat dengan permusuhan.

Interaksi Rasulullah Dengan Non Muslim Segi Sosial


Rasulullah sangat mudah bergaul dalam masyarakat. Beliau selalu menjaga diri agar tidak terlibat dengan permusuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah adalah manusia yang berstatus makhluk sosial berarti bahwa memerlukan orang lain dan tidak dapat hidup sendiri. 

Kehidupan sosial tidak terlepas dari stratifikasi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berdimensi kemasyarakatan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lain. Interaksi sosial antara umat Islam dengan umat non muslim dan sebaliknya tidaklah selalu berjalan mulus dan berlangsung harmonis. 

Konflik bercorak keagamaan masih terus terjadi, sesuatu yang kontraproduktif dengan nilai dan prinsip ajaran agama. Interaksi sosial umat Islam kepada non muslim diwujudkan dalam sikap saling menghargai dan menghormati yang didasarkan kepada nilai dan prinsip moralitas ajaran Islam berupa saling mengenal (memahami), kompromi, berbuat baik, berperilaku adil dan saling membantu, mematuhi aturan tertulis (dokumen), dan menjunjung tinggi persamaan, nilai dan prinsip tersebut direkomendasikan untuk menjadi perekat sosial dalam membangun kehidupan yang damai ditengah-tengah pergumulan hidup yang multiagama.

Selanjutnya menerima tamu non muslim juga termasuk anjuran dari Rasulullah Saw dan merupakan sendi dari kehidupan sosial masyarakat Islam. Hadis Rasulullah Saw yang berbicara tentang ini diriwayat dari Abi Syuraih al-Ka’bi Rasulullah Saw bersabda :

 حدثنا عبد الله بن یوسف أخبرنا مالك عن سعید بن أبي سعید المقبري عن أبي شریح الكعبي : أن رسول الله صلى الله علیھ و سلم قال : من كان یؤمن باͿ والیوم الآخر فلیكرم ضیفھ جائزتھ یوم ولیلة والضیافة ثلاثة أیام  فما بعد ذلك فھو صدقة ولا یحل لھ أن یثوي عنده حتى یحرجھ.

Artinya : 
“Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan hari kiamat maka hendaklah memuliakan tamu, keharusannya sehari semalam hingga tiga hari, lebih dari itu maka dia termasuk sedekah. Maka tidak boleh menginap di rumahnya hingga memberatkannya”. 

Hadis ini bersifat umum, maka dalam hal menerima tamu tidaklah di bedakan tamu muslim dan non muslim. Sebagian ahli fikih berpendapat : “menerima tamu ahl al-zimmah adalah sunnah.”

Interaksi Rasulullah dalam Segi Ekonomi


Rasulullah dikenal sebagai pedagang yang unggul. Sebelum diangkat menjadi Rasul, beliau bekerja kepada Khadijah sebagai pedagang. Perdagangan yang terjadi pada saat itu sangat berkembang pesat. Ekspor dan impor barang sudah terjadi. Hal ini menjadikan Makkah sebagai pusat perdagangan. 

Kerjasama ini menjadikan ekonomi meningkat dengan pesat. Perdagangan barang tidak melihat kepada agama penjual atau pembelinya. Hal terpenting adalah barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup dan bermanfaat bagi penggunanya, karena setiap negara memiliki barang-barang tertentu yang tidak terdapat di negara lainnya.  

Ada Hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah pernah melakukan transaksi dengan orang kafir. Bunyi Hadisnya adalah:

واستأجَرَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وأبو بكر رجلًا مِن بني الدِّيلِ ، هاديًا خِرِّيتًا، وهو على دينِ كفارِ قريشٍ ، فدفعا إليه راحلتيهما ، وواعداه غارَ ثورٍ بعدَ ثلاثَ ليالٍ ، فأتاهما براحلتَيْهما صبحَ ثلاثٍ

Artinya:
“Rasulullah dan Abu Bakar menyewa seorang dari Bani Ad-Dail dari Bani Adi bin Adi sebagai penunjuk jalan. Padahal ketika itu, ia masih beragama dengan agama orang kafir Quraisy. Lalu, Nabi dan Abu Bakar menyerahkan unta tunggangannya kepada orang tersebut dan berjanji untuk bertemu di gua Tsaur setelah tiga hari.  Lalu, orang tersebut pun datang membawa kedua unta tadi pada hari ke tiga pagi-pagi.” (HR. Bukhari no. 2264)

Rasulullah juga pernah menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi tersebut karena ingin membeli gandum untuk dimakan bersama keluarganya. Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya sebagai berikut :

"Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran ditangguhkan dengan menggadaikan baju besinya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Pola Rasulullah dalam berinteraksi dengan non muslim dari segi sosial sangat mengutamakan pada akhlak yang baik. Keberhasilan dakwah Rasulullah dalam menata bidang keagamaan, sosial dan budaya masyarakat, telah dibuktikan dengan dua fakta sejarah yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. 

Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah menjalin hubungan yang harmonis dengan umat lain yang berbeda keyakinan di Kota Madinah. Bahkan, umat Islam saat itu saling tolong-menolong dalam hal muamalah sehari-hari, bukan dalam masalah akidah dan ibadah. 

Pola Rasulullah berinteraksi dengan non Muslim dari segi ekonomi adalah, Beliau tidak menjadikan perbedaan agama sebagai penghalang dalam kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi bisa kepada pemeluk agama apapun tetapi harus menjaga kehalalan barang yang dijual atau yang dibeli. Muslim tidak boleh membeli dan menjual barang yang diharamkan.Jual beli dibolehkan dari non Muslim untuk memenuhi kebutuhan hidup.

*) Mahasiswa Jurusan Studi Agama-agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال