Mencari Ilmu di Majelis Ilmu


Kita tahu bahwa majelis ilmu adalah cara atau tempat mencari ilmu secara serius, karena mencari ilmu adalah kewajiban umat manusia sekaligus menjadi kebutuhan manusia secara umum dan secara khusus umat Islam. 

Umat manusia dapat mengikis kebodohannya yakni, harus banyak membaca. Orang yang bodoh bagaikan rumah tanpa penerang atau bagaikan mobil jalan di malam hari tanpa penerang. Sebaliknya, orang yang pintar bagaikan mobil jalan di malam hari dalam keadaan terang.

Perumpaman itu tampak jelas pada seseorang yang memiliki ilmu, yakni terang hidupnya dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Kemudian, tidak ada sejarahnya manusia yang melarat kehidupannya, jika iman dan ilmu diperkuat dan diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya. Allah SWT telah berfirman dalam surah Al-Mujadilah:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Suatu waktu, Sahabat Umar bin Khattab RA pernah berkata, “Barangsiapa yang menceritakan suatu ayat atau hadits lalu orang itu mengamalkannya, maka baginya pahala sebesar pahala orang yang mengamalkan amal itu.”

Mengenai keistimewaan belajar dan mengajar Mu’adz bin Jabal RA berkata, “Pelajarilah ilmu! Sesungguhnya mempelajari ilmu karena Allah adalah suatu kebaikan, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menelitinya adalah jihad, mengajarkannya adalah sadaqah, dan mencurahkannya kepada ahlinya dinilai dengan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT. Ilmu menjadi penghibur dikala sepi, teman dikala sendiri, menjadi petunjuk dalam masalah agama, menjadi penyabar dikala senang dan susah. Ilmu bagaikan teman dan pembantu dalam segala situasi dan obor penerang menuju surga.”

Tak hanya itu, dengan ilmu, maka derajat manusia semakin mulia dan menempatkan mereka menuju kebaikan sehingga jejak mereka diikuti dan perilakunya dapat diteladani. Para malaikat melindungi manusia yang berilmu dengan sayap-sayapnya yang membentang. Setiap benda, baik kering maupun basah, hingga ikan-ikan di laut, hewan-hewan buas dan binatang ternak di darat serta burung-burung di udara memohonkan ampunan bagi mereka.

Ilmu dapat menghidupkan hati yang buta, menjadi penerang jiwa dari kegelapan, penguat jasmani dari kelemahan sehingga dapat mengangkat derajat hamba ketingkat golongan orang-orang saleh. Berpikir dengan ilmu sama nilainya dengan pahala puasa, dan mengkajinya sebanding dengan shalat malam.

Begitu pun juga, dengan ilmu, manusia taat kepada Allah SWT, menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, bersikap rendah hati, menyambung dan mempererat tali silaturrahim. Ilmu ibarat seorang pemimpin dan mengamalkannya ibarat pengikutnya. Dengan ilmu manusia meraih kebahagiaan, sebaliknya yang tidak berilmu hanya kesengsaraan.

Majelis ilmu merupakan proses pencarian ilmu pengetahuan, karena di dalamnya memiliki beberapa keistimewaan yang luar biasa. Misalnya, dalam Al-Hadis/atsar para sahabat sebagai berikut;

“Adapun hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan ilmu pengetahuan itu, diantaranya ialah sabda Rasulullah SAW. Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka ia diberikan pemahaman dalam hal ilmu agama dan diilhami olehnya kepandaian dalam hal itu, dan sabda Rasulullah SAW, para alim ulama adalah pewaris Nabi, sudah jelas bahwa tidak ada lagi pangkat yang lebih tinggi di atas pangkat kenabian itu dan tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi di atas pangkat sebagai pewaris Nabi.”

“Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi; Apabila aku didatangi oleh sesuatu hari dan aku tidak bertambah ilmuku pada hari itu yang dapat mendekatkan diriku kepada Allah Azza wajalla, maka tidak ada keberkahan untukku dalam terbitnya matahari pada hari itu. Dan sabda Rasulullah SAW lagi; Keutamaan seorang alim di atas seorang sama dengan keutamaanku dan di atas para sahabatku.”

“Maka perhatikanlah dengan seksama betapa tingginya nilai ilmu pengetahuan itu sehingga dipersamakan seiring dengan derajat kenabian dan betapa rendahnya sesuatu amalan yang sunyi dari ilmu pengetahuan, sekalipun yang beramal ibadah itu tentunya tidak terlepas dari pengetahuan, cara beribadah yang senantiasa dikekalkan mengerjakannya, sebab andaikata tanpa pengetahuan lalu beribadah pasti bukanlah ibadah.”

“Kemudian sabda beliau lagi; keutamaan orang yang berilmu lebih di atas daripada orang yang beribadah, seperti keutamaannya bulan purnama ditengah-tengah bintang yang banyak. Dan Luqmanul Hakim berwasiat kepada anaknya; Hai anakku duduklah selalu bersama dengan ulama dan rapatkanlah lututmu kepadanya, sesungguhnya Allah SWT, menghidupkan hati dengan cahaya hikmah ilmu sebagaimana hidupnya bumi menumbuhkan tanaman dan buah-buahan dengan turunnya hujan dari langit.”

وقال الشيخ زين الذين بن عبد العزيز في ارشاد العباد خير سليمان عليه السلام بين المال والملك والعلم فاختار العلم فاعطى الملك والمال لاختياره العلم 

Al-Syaikh Zainuddin bin Abdul Azis berkata dalam kitab Irsydul Ibad: Nabiyullah Sulaiman AS disuruh memilih antara harta, kerajaan, ilmu, lalu dia memilih ilmu, maka Allah SWT memberikan hadiah kerajaan dan harta karena ilmu yang dia pilih.

Dari sini sudah jelas, bahwa ketika ilmu seseorang sudah tinggi dan mendalam, maka dapat diyakini harta dan tahta akan menjadi pengawal pribadi bagi orang berilmu. Jadi, nanti dikatakan alim jika ilmunya di praktikkan dalam kesehariannya, lalu disampaikan kepada sesamanya dengan penuh rasa ikhlas kepada Allah SWT.

Menurut Islam, ilmu adalah sebuah kata yang kharismatik. Ia mengandung segala kemaslahatan umat manusia. Bahkan dengan ilmu, mereka lebih utama dari pada para Malaikat, dengan ilmu pula mereka berhak menjadi khalifah Allah SWT di muka bumi. Kemuliaan manusia yang sesungguhnya adalah ilmunya.

Tidaklah diwajibkan ilmu, jika sekiranya tidak ada padhilah-nya. Jadi, ilmu itu dapat dirasakan lezatnya, jika dipahami betul dan diamalkan serta disampaikan kepada sesama manusia, misalnya shalat berjama’ah, lima waktu sangat penting. Wallahu a’lam bisshawab.

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf. Alumni Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo. Sekarang nyantri di Ponpes Nurul Jadid, sekaligus kader PMII Universitas Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال