Organisasi-Organisasi Otonom dalam Muhammadiyah

KULIAHALISLAM.COM - Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18 November 1912 di Yogyakarta. 

Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang telah menghembuskan jiwa pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia dan bergerak di berbagai bidang kehidupan umat.

Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang besar memiliki beberapa organisasi otonom yang gerak dan tujuannya sama dengan gerak dan tujuan Muhammadiyah. Organisasi itu antara lain adalah;

Hizbul Wathan

Hizbul Wathan (Kepanduan Muhammadiyah) merupakan salah satu organisasi otonom dalam Muhammadiyah. Hizbul Wathan pada awalnya bernama Padvinder Muhammadiyah. 

Didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tahun 1918 M. Pelopornya antara lain Siradj Dahlan dan Sarbini. Atas usulan H. Agus Salim, istilah Padvinder diganti dengan nama "Kepanduan Muhammadiyah."

Pada tahun 1920 atas usul RH Hajdid, Kepanduan Muhammadiyah berganti nama menjadi Hizbul Watan (HW). Ada beberapa tingkatan pada Hizbul Wathan diantaranya, tingkat pertama Athfal untuk usia 8 sampai 11 tahun, tingkat pengenal untuk usia 12 sampai 16 tahun, dan tingkat penghela untuk usia 17 tahun ke atas. 

Dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia Hizbul Wathan banyak memberikan andil dalam mempersiapkan para pemuda untuk menghadapi penjajahan Belanda, antara lain Jenderal Sudirman yang pada tanggal 18 Desember 1945 diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat. Berdasarkan SK Presiden RI No. 238/1961, tertanggal 20 Mei 1961, Hizbul Wathan ditiadakan dan disatukan ke dalam Gerakan Pramuka (Praja Muda Karana).

Organisasi Aisyiyah

Aisyiyah bergerak dalam berjuang di tengah-tengah kaum ibu atau muslimat Indonesia. Aisyiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan Pada bulan April 1917 karena didorong oleh kesadaran bahwa kaum wanita itu sejajar dengan pria dalam berbakti kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

KH Ahmad Dahlan melihat bahwa untuk itu Muhammadiyah harus menyiapkan Wahana untuk membina kaum muslimat sehingga mereka dapat ikut serta dalam bersama kaum pria menjunjung tinggi agama Islam dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.

Organisasi otonom Muhammadiyah tersebut di atas mempunyai tujuan dan maksud yang sama dengan tujuan dan maksud Muhammadiyah. Struktur organisasinya juga bertingkat-tingkat mulai dari ranting, cabang, daerah, wilayah sampai ke pusat dan mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta program sendiri.

Nasyi'atul Aisyiyah

Nasyi'atul Aisyiyah yaitu perkumpulan para putri Muhammadiyah yang bidang garapannya adalah pembinaan remaja putri Islam. Perkumpulan ini pada mulanya bernama Siswa Praja Muhammadiyah. Ketika itu Siswa Praja ini belum merupakan bagian dari Aisyiyah tetapi baru merupakan suatu perkumpulan remaja putri di Kauman, Yogyakarta.

Setelah 5 tahun berdiri Siswa Praja Wanita, pimpinannya dipegang oleh Siti Umniyah. Ketika itu perkumpulan Siswa Praha Wanita telah maju dengan pesat dan telah mampu berdiri sendiri tanpa bantuan Siswa Praja Pria. 

Pada tahun 1929, Siswa Praja Wanita telah menjadi bagian dari Aisyiyah yang dipimpin oleh Siti Zuchriyah. Organisasi ini semakin baik dan berkembang, berdiri dengan cabang-cabang dan ranting-ranting di luar Yogyakarta bahkan di luar Jawa. Setelah itu nama Siswa Praja Wanita diganti dengan nama Nasyi'atul Aisyiyah.

Pemuda Muhammadiyah

Pemuda Muhammadiyah dimaksudkan untuk membina dan menggerakkan potensi para pemuda Islam. Organisasi ini didirikan pada tanggal 2 Mei 1932 M/25 Zulhijah 1350 H berdasarkan hasil keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-21 di Ujung Pandang. 

Pendirian organisasi ini juga dijiwai oleh firman Allah dalam surah Al Kahfi ayat 13 yang artinya adalah:

"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahin mereka dengan petunjuk."

Dalam muktamar Pemuda Muhammadiyah keempat di Jakarta pada tanggal 18 hingga 24 November 1986 dinyatakan bahwa Pemuda Muhammadiyah merupakan pelopor gerakan, penyempurna amal usaha dan perjuangan serta berlangsung kegiatan dan perjuangan Islam.

Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) bertugas untuk Membina dan menggerakkan potensi para pelajar Islam. Didirikannya organisasi ini bermula dari salah satu keputusan Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-1 pada tahun 1956 di Palembang yang isinya adalah;

"Menetapkan langkah ke-8 Pemuda Muhammadiyah tahun 1956-1959 untuk menghimpun para pelajar Muhammadiyah agar menjadi Pemuda Muhammadiyah."

Berdasarkan pemikiran ini, maka pada saat berlangsungnya Konferensi Daerah Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia di Surakarta pada tanggal 18 Juli 1961 secara resmi didirikanlah Ikatan Pelajar Muhammadiyah. 

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bertugas membina dan menggerakkan potensi barang mahasiswa Islam. Secara khusus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan kemasyarakatan dan kemahasiswaan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini didirikan pada tanggal 14 Maret 1964.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah meresmikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada 14 Maret 1964, bertepatan dengan 29 Syawal 1384. Piagam pendiriannya ditandatangai oleh Ketua PP Muhammadiyah KH Ahmad Badawi. Beberapa tokoh pelopornya antara lain: Rosyad Sholeh, Djazman Al-Kindi, Sudibyo Markus. 

Tapak Suci

Tapak Suci juga disebut dengan Persatuan Pencak Silat Putra Muhammadiyah yang pertama kali didirikan di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 31 Juli 1963 dengan mendapat restu dari pimpinan pusat Muhammadiyah. Pelopor pendirian tapak suci ini adalah tiga perguruan pencak silat di Kauman yang telah berdiri semenjak tahun 1925.

Maksud dan tujuan Tapak Suci adalah sebagai berikut. Pertama, Mendidik serta membina ketangkasan dan ketrampilan pencak silat sebagai seni beladiri Indonesia. 

Kedua, Memelihara kemurnian pencak silat sebagai seni beladiri Indonesia yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran Islam sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral. 

Ketiga, mendidik dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah. 

Keempat, melalui seni beladiri menggembirakan dan mengamalkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan Nasional.

****
Seluruh perangkat organisasi Muhammadiyah Amal, usaha dan perjuangan yang dilakukan telah memberikan andil yang cukup besar dalam mencapai dan mengisi kemerdekaan Indonesia. 

Dari segi pendidikan, Muhammadiyah melalui sekolah-sekolahnya telah banyak melahirkan para pemimpin bangsa dan pemimpin masyarakat. Kemudian dari segi dakwahnya, Muhammadiyah telah berusaha dan banyak menghasilkan pemberantasan terhadap ajaran-ajaran yang datang dari luar Islam.

Dari segi santunan sosial, Muhammadiyah juga telah ikut aktif menangani permasalahan yatim piatu dan kesehatan masyarakat melalui panti-panti asuhan dan rumah sakit serta klinik yang mereka miliki. 

Muhammadiyah juga ikut secara aktif dalam memberikan saran dan pendapatnya terhadap suatu undang-undang yang akan ditetapkan oleh pemerintah melalui DPR ataupun MPR yang dimulai dari keikutsertaannya dalam merumuskan Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undang-Undang perkawinan, Undang-Undang pendidikan dan undang-undang peradilan agama.

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang telah tersebar di seluruh pelosok tanah air juga diminati oleh sebagian umat Islam di luar negeri. KH Ahmad Dahlan sendiri pernah mengatakan bahwa "Muhammadiyah ini menjadi Bapak dunia", sebagaimana juga Aisyiyah yang menjadi Ibu dunia. 

Dari berbagai sumber

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال