Sains Untuk Kemanusiaan dan Alam

Sains Untuk Kemanusiaan dan Alam

Oleh: Alif Abdullah Zakaria

KULIAHALISLAM.COM - Manusia sejatinya merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, dikarenakan manusia diberi kelebihan yang dinamakan akal. Melalui kelebihannya diharapkan manusia mampu mengelolah alam semesta dengan efektif dan efisien sebagaimana mestinya. 

Disisi lain manusia juga sebagai perwakilan Tuhan di muka bumi yang memiliki tanggung jawab cukup besar untuk memimpin. Begitu mulianya umat manusia jika ditinjau dari kesempurnaan yang dianugerahkan kepadanya apabila dibandingkan dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan sebelumnya serta beban amanah yang harus dijalankan. 

Akan tetapi, ada kisah yang cukup unik dibalik penciptaan umat manusia. Ketika Tuhan mengemukakan keinginannya untuk menciptakan makhluk bernama manusia, makhluk-makhluk lain yang sudah diciptakan oleh Tuhan melakukan unjuk rasa kepada-Nya. 

Para pendahulu manusia berpendapat bahwa nantinya umat manusia hanya akan menjadi perusak di muka bumi. Kemudian Tuhan menyapa para pengunjuk rasa sembari berkata Aku lebih tahu tentang makhluk ciptaan-Ku. 

Memang benar, Tuhan jauh lebih mengetahui terkait dengan ciptaan-Nya. Melalui firman Allah dalam Al-qur’an surah Al-A’raaf ayat 85 yang berbunyi :

وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ

Artinya: 

Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman. (Al-A’raaf ayat 85)

Berdasarkan firman Allah SWT tersebut, bisa kita simpulkan bahwasanya umat manusia selain dianugerahi suatu kelebihan, ternyata ia juga memiliki peranan sebagai perusak di muka bumi yang notebene tempat tinggal dan berkembang biak umat manusia. 

Sudah banyak sekali kejadian-kejadian yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang telah menciderai bumi beserta isinya. Contohnya saja konflik yang berkepanjangan antara Palestina dengan zionis Israel. 

Sudah berapa banyak dampak yang disebabkan oleh konflik antar umat manusia itu. Dampak dari sisi kemanusiaan, alam, dan lain sebagainya. Sudah banyak sekali korban jiwa yang dihasilkan dari konflik Palestina-Israel, sangat disayangkan. 

Masalahnya tidak sedikit dari korban tersebut merupakan anak-anak yang sejatinya masih panjang jalan hidupnya serta berkesempatan untuk menata kehidupan yang lebih layak dan menggapai cita-citanya. 

Konflik Palestina-Israel-pun juga berdampak pada kondisi lingkungan, begitu banyaknya pepohonan yang mati akibat radiasi bom atau kekeringan akibat peperangan yang terjadi. 

Pohon yang seharusnya kita jaga dan rawat karena menjadi sumber kehidupan manusia, justru menjadi korban dari syahwat yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Atau ketika tragedi banjir bandang yang menimpa Kabupaten Solok pada akhir tahun 2003, telah memberikan duka yang mendalam bagi umat manusia. 

Bencana alam ini terjadi dikarenakan ulah dari manusia itu sendiri yang teramat sangat tamak dalam kehidupannya. Kerusakan hutan yang terjadi akibat pembalakan liar menyebabkan suatu celah sehingga terjadinya bencana yang tidak diharapkan oleh umat manusia. 

Serta contoh-contoh lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Sampai kapan umat manusia akan terus mempertahankan polanya seperti ini, bukannya menjadi pemimpin sejati malahan menjadi perusak sejati.

Padahal umat manusia digadang-gadang mampu menjadi khalifah di muka bumi. Akan tetapi realitasnya justru merusak tempat yang seharusnya kita pimpin, kita sejahterakan, kita manfaatkan dengan bijaksana. 

Kegagalan demi kagagalan dalam mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi, senantiasanya kita perlihatkan dan terus kita pertahankan. Kita sebagai umat manusia hanya mengedepankan syahwat guna mendorong terjadinya suatu kondisi yang kerap dinamakan super power bagi masing-masing individu atau golongan. 

Lantas langkah apa yang harus ditempuh umat manusia agar mampu kembali kepada fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi mewakili Allah SWT. Seharusnya umat manusia mampu memanfaatkan anugerah yang telah diberikan kepadanya untuk kepentingan maslahat dan menjaga kembali amanah yang telah diberikan. 

Bukannya malah digunakan untuk sesuatu hal yang tidak mengarah kepada kemaslahatan. Seharusnya umat manusia mampu memanfaatkan akalnya untuk menciptakan inovasi-inovasi agar mampu menjaga bumi beserta isinya. 

Sampai saat ini akal yang kita miliki belum mampu digunakan secara optimal, sehingga buah dari akal itu justru malah menjadi boomerang bagi umat manusia sendiri. Jika umat manusia bisa dengan bijak dan sabar dalam merawat akal yang telah dianugerahkan kepadanya. 

Sungguh buah manis akan hadir kehadapan umat manusia dan menjadi titik balik bagi kehidupan manusia agar lebih sejahtera. Salah satu tokoh filsuf Islam bernama Ibnu Sina merupakan contoh sederhana dibalik kesuksesannya dalam memanfaatkan akal yang ia miliki dan digunakan bagi kepentingan umat. 

Beliau merupakan pemikir hebat dan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi dunia berkat teori-teori yang telah dipaparkannya, terkhusus dalam bidang kesehatan. Salah satu karyanya  al-Qānūn fī aṭ-Ṭibb menjadi rujukan dalam ilmu kedokteran selama berabad-abad. 

Ibnu Sina telah mencotohkan kepada kita, jika mampu bertindak bijaksana dalam merawat akal, akan muncul buah manis bernama sains atau ilmu pengetahuan.

Sains atau ilmu pengetahuan erat kaitannya dalam kehidupan umat manusia, betapa banyaknya perubahan-perubahan signifikan dalam kehidupan umat manusia berkat sains. Kendati demikian sains juga mampu untuk menghancurkan peradaban umat manusia, maka dari itu sains bisa menjadi dua mata pisau yang sangat tajam. 

Tergantung siapa yang berada di belakang pisau itu. Jika yang dibelakang pisau itu merupakan seseorang yang memiliki akhlak baik, maka sains akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan. Jika yang dibelakang pisau itu merupakan seseorang yang kurang baik akhlaknya, maka sains akan digunakan sebagai alat untuk menghancurkan atau memperoleh kekuasaan semata. 

Saat ini Negara kita tercinta dan juga dunia sedang berperang melawan pandemi Covid-19. Coba bayangkan tanpa adanya ilmu pengetahuan pastinya akan sulit bagi kita untuk melewati kondisi ini. Awal pandemi melanda negara kita, ratusan bahkan jutaan rakyat dihantui kepanikan yang cukup dahsyat. 

Kebingungan hampir melekat pada setiap insan di muka bumi ini, belum adanya metode yang pas untuk menangi pandemi ini membuat kepanikan kita menjadi langgeng. Hingga pada akhirnya muncul secercah harapan agar umat manusia bisa bertahan dari kondisi yang kian mencekam. 

Melalui seruan dirumah saja, kemudian diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Langkah sederhana ini merupakan hasil dari pemikiran Ibnu Sina yang menerapkan strategi karantina dan isolasi guna mencegah penularan penyakit infeksi. 

Jika para pendahulu umat manusia hanya berfokus pada syahwat untuk menguasai saja dan tidak ada yang berusaha untuk memaksimalkan anugerah yang dimiliki menjadi sebuah ilmu pengetahuan, boleh jadi sekarang umat manusia telah mengalami kepunahan. 

Selain mampu memanfaatkan akal, umat manusia juga harus membenahi ahklak yang dimilikinya. Agar nantinya buah dari pemikiran-pemikiran yang hadir mampu memberikan dampak seperti apa yang dilakukan Ibnu Sina, bukannya malah menghancurkan layaknya Adolf Hitler.

Sebagai seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, kita harus mampu untuk melanjutkan tampuk kepemimpinan dari masa ke masa, sehingga apa yang menjadi cita-cita para founding fathers mampu untuk kita teruskan dan senantiasa berusaha merealisasikannya. 

Dari pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan kita bisa banyak belajar. Betapa positifnya beliau menggunakan ilmu pengetahuan sebagai kendaraan untuk mencapai taraf hidup kemanusiaan yang sejahtera. 

Semangat pembebasan yang beliau miliki senantiasa diturunkan pada murid-muridnya sehingga nantinya akan terus tercipta generasi yang kuat. Generasi yang mampu mempertahankan harkat dan martabat umat manusia atau bahkan mencegah umat manusia dari kepunahan. 

Gerakan pembaruan atau tajdid merupakan salah satu bentuk nyata penggunaan ilmu pengetahuan guna kepentingan umat manusia dan juga alam. Kegunaan sains juga diterapkan oleh KH. Ahmad Dahlan dalam menggeser sedikit kiblat ke arah barat laut sebanyak 24 derajat. 

Hal ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari ilmu falak yang dipelajari oleh Ahmad Dahlan selama belajar di Mekkah. Sains juga berguna untuk memberantas tradisi-tradisi kolot yang masih diterapkan pada agama Islam kala itu yang sejatinya tidak sesuai dengan landasan-landasan yang dimiliki. 

Maka, ini merupakan suatu bentuk penyelewengan paling hakiki yang terjadi pada saat Ahmad Dahlan berdakwah. Hal-hal yang demikian dalam organisasi Muhammadiyah dan ortom dikenal dengan Takhayul, Bidah, dan Churafat (TBC). 

Sebagai seorang kader IMM yang memiliki tanggung jawab sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna cita-cita Muhammadiyah. Maka kesadaran untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri melalui kegiatan positif haruslah digaungkan. 

Agar nantinya para kader IMM di seluruh penjuru negri mampu menjadi Ibnu Sina-Ibnu Sina yang lain bukan malah termasuk golongan umat manusia yang hanya bisa merusak muka bumi dan enggan untuk menjaganya. 

Dalam 6 penegasan IMM point ke 5 dijelaskan bahwa Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah. Kita sebagai seorang kader IMM haruslah mampu memanfaatkan ilmu sebagai basis gerakan kader IMM guna menuju masyarakat yang lebih sejahtera. 

Dalam prosesnya, seorang kader harus rajin dalam ibadah serta tekun dalam studi guna menyatalaksanakan ketakwaan dan pengabdiannya kepada Allah SWT. Kegiatan membaca dan menulis harus mulai digaungkan kembali, guna memperdalam lagi disiplin ilmu yang dimiliki oleh setiap kader. 

Sehingga nantinya ilmu yang sudah kita tempa sedemikian peliknya mampu memberikan manfaat dan gagasan-gagasan kader mampu membawa peradaban menjadi lebih baik lagi.

Menjadi seorang kader IMM memang berat dan memiliki tantangannya sendiri. Sudah banyak kita lihat dalam proses kehidupan sosial politik bangsa ini yang mana hanya mengedepankan egosentris golongannya untuk mencapai suatu kondisi yang tak terkalahkan meski harus mengorbankan hati nurani mereka serta melacurkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. 

Kita sebagi seorang kader harus mampu memberikan warna pada masyarakat ini, sehingga kita dapat menjadi penyambung lidah rakyat untuk menyampaikan gagasan-gagasan rakyat yang sejatinya harus diutamakan oleh para wakilnya yang duduk manis di gedung DPR sana. 

Sehingga kebijakan-kebijakan yang  mendiskreditkan kaum marjinal bisa kita tekan atau bahkan kita hilangkan. Dengan demikian marilah, seluruh kader IMM di penjuru negeri saling berjibaku dalam mewujudkan kondisi masyarakat yang sejahtera. 

Mari kita hidupkan budaya literasi agar kembali mencengkram pada jiwa kita, sehingga nantinya kita mampu membenahi dan mempersiapkan generasi yang unggul. Generasi yang selalu berpegang teguh kepada ideologi gerakannya, generasi yang mampu untuk mengejewantahkan setiap pokok pikiran dan visi-misi organisasi serta mampu memberikan kemaslahatan bagi umat manusia. 

Dengan belajar kita mampu mengasah kemampuan diri lebih dalam, mempertajam nalar serta memberikan aksi nyata bagi rakyat Indonesia. Janganlan kita menjadi kaum-kaum yang mengeruk habis kekayaan alam melalui ilmu pengetahuan yang dimilikinya, IMM harus hadir menjadi pembeda ditengah arus politik praktis yang menyengsengsarakan rakyat.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال