Esensi Sebuah Doa

Esensi Sebuah Doa 

Oleh: Afiful Mi

KULIAHALISLAM.COM - Do'a merupakan salah satu bagian dari bentuk ngu-mawulo, melalui sebuah do'a,  seorang hamba berati telah menyatakan bahwa dirinya adalah seorang yang lemah, butuh dan bergantung kepada yang lain (Allah). 

Bagaimana tidak, anda meminta, berarti sama dengan anda tidak punya, atau karena anda lemah, dan tak mampu mewujudkan apa yang anda inginkan, sementara dia (Allah) yang anda minta minimal adalah sesosok yang anda anggap sebagai karakter yang lebih mampu, dan lebih memiliki daripada anda.

Allah SWT selaku sang pemilik semesta, telah memerintahkan seluruh kawula-nya agar senantiasa berdoa, meminta kepadanya, pun Allah sendiri telah menjadikan do'a sebagai sesuatu yang bernilai agung disisinya, seperti sabda Rasulullah SAW " Tidak ada sesuatu apapun yang lebih mulia daripada sebuah doa". 

Dalam artian tidak ada bentuk ibadah yang lebih afdhal disisi Allah SWT, daripada sebuah doa, karena seperti yang telah saya katakan tadi, bahwa di dalam sebuah do'a, seorang hamba telah memperlihatkan betapa lemah, dan bergantungnya dia kepada dzat yang dia pinta, dimana secara otomatis dia juga telah mengakui akan super power Allah SWT atas apapun.

Definisi Doa Secara Bahasa, dan Istilah 

Menurut imam Abu Qasim al-Qusyairi dalam kitab karangan-nya Syarh Asmaul Husna menyebutkan bahwa kata "الدعاء " banyak digunakan dalam Alquran dengan konteks yang berbeda-beda tidak melulu diartikan sebagai "meminta" seperti berikut ini :

Doa Berarti Ibadah 

Penggunaan kata doa dengan makna ibadah terdapat dalam QS. Yunus :106,

 وَلَا تَدۡعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا یَنفَعُكَ وَلَا یَضُرُّكَۖ فَإِن فَعَلۡتَ فَإِنَّكَ إِذا مِّنَ ٱلظَّـٰلِمِینَ

Juga terdapat dalam QS.Al Qashas : 88,

وَلَا تَدۡعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَۘ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَۚ كُلُّ شَیۡءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجۡهَهُۥۚ لَهُ ٱلۡحُكۡمُ وَإِلَیۡهِ تُرۡجَعُونَ

Doa berarti meminta pertolongan terdapat dalam QS. Al Baqarah :23,

وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِين

Doa Berarti Meminta 

Penggunaan kata doa berarti meminta terdapat dalam QS. Ghafir: 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِىۡ سَيَدۡخُلُوۡنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيۡنَ

Doa Berarti Ucapan

Penggunaan kata doa berarti ucapan terdapat dalam QS. Yunus: 10,

دَعْوٰىهُمْ فِيْهَا سُبْحٰنَكَ اللهم وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلٰمٌۚ وَاٰخِرُ دَعْوٰىهُمْ اَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ

Doa Berarti Panggilan 

Penggunaan kata doa berarti panggilan terdapat dalam QS. Al Isra: 52,

يَوْمَ يَدْعُوْكُمْ فَتَسْتَجِيْبُوْنَ بِحَمْدِهٖ وَتَظُنُّوْنَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا.

Yaitu pada hari (ketika) Dia memanggil kamu, dan kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, (rasanya) hanya sebentar saja kamu berdiam (di dalam kubur).

Doa Berarti Pujian 

Penggunaan kata doa berarti pujian terdapat dalam QS. Al Isra: 110,

 قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا 

Sedangkan secara terminologi doa diartikan sebagai bagian (makna) dari sesuatu yang terdapat(qaim) pada dzat Allah dan termasuk dalam kategori kalam nafsi 

Menurut al-Khatabi makna doa sebenarnya adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya demi sebuah pertolongan.

Keunikan pengungkapan diksi dalam ayat

 وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُوا۟ بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ

[Surat Al-Baqarah: 186]

Abu Abdillah az-Zarkasyi dalam kitab az_Hiyah mengomentari bahwa penggunaan kata(diksi) dalam ayat tersebut syarat akan beberapa makna, antara lain :

•Setiap ayat Al-Quran ketika menyebut kata meminta/bertanya (sual) pada umumnya akan disusul dengan menyebutkan kata "katakanlah" (qul), sementara pada ayat ini Allah memilih untuk tidak menggunakanya, menandakan dalam masalah berdoa Allah memberikan kesempatan kepada seluruh hambanya agar memohon kepadanya tanpa perlu repot melalui perantara terlebih dahulu, yang artinya potensi terkabulnya  sebuah do'a sangat besar.

• Penyandaran kata "العبد" dengan huruf ya mutakallim ( عبادي /hambaku) menunjukkan bahwa seorang hamba adalah murni milik Allah SWT.

•Penggunaan kata "قريب " pada kalimat فاني قريب menunjukan bahwa Allah SWT milik hamba

• Memilih menggunakan bahasa فاني قريب Ketimbang فانه قريب مني 

Karena entitas (wujud) seorang hamba/makhluk adalah suatu yang mungkin (bisa ada, atau tidak tergantung qadrat Allah) sedangkan entitas Allah adalah keniscayaan.

Juga seorang hamba dimana dengan segala karakteristik kemakhlukanya (sirna, tidak suci, dll), tidak mungkin berdekatan dengan Allah yang tentu berkarakter berbeda (tetap, haq, suci, dll) akan tetapi melalui keramahannya, dalam ayat ini justru Allah lah yang mengatakan "saya yang dekat" ,sehingga bisa diterjemahkan  bagi seorang yang ikhlas, khusyuk, dan memurnikan do'anya, ditambah ketika dia ma'rifatbillah seakan jarak antara Allah dan dia pun tidak ada.

Pro-Kontra Antara Lebih Baik Mana Antara Berdo'a (meminta),  atau Berserah Diri ??

Dalam kitab Fathul bari disebut bahwa pro-kontra dalam permasalahan ini diprakarsai dari kerancuan dalam beranalogi "jika seorang itu tidak tahu bagaimana takdirnya, maka jika ia berdoa, dan kebetulan klop dengan takdirnya maka sama aja bohong (tahsisul hasil), dan jika tidak sesuai dengan takdirnya maka ia dianggap pemberontak (protes) akan ketetapan Allah. Padahal  dalam surat Aal-Ghafir ayat 60 telah dijelaskan "berdoalah (meminta), maka akan aku kabulkan".

Maka berdasarkan ayat ini para ulama yang pro-do'a berspekulasi bahwa berdoa adalah opsi terbaik ketimbang tidak berdoa dengan dalih "memilih berserah diri" pada takdir Allah SWT.

Sedangkan sebagian ulama lain berspekulasi bahwa yang terbaik adalah  berserah diri, dan tidak (terlalu) berdoa , karena mereka beralasan bahwa ayat yang dijadikan rujukan para ulama yang pro-do'a kurang tepat, dengan bukti dalam akhir ayat tersebut Allah menyebutkan  "ان الذين يستكبرون عن عبادتي" yang menunjukkan bahwa kata do'a tersebut diartikan sebagai ibadah bukan meminta/memohon atau sejenisnya, sekaligus mereka merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh Nu'man bin Basyir dari nabi Muhammad SAW. Berkata " الدعاء هو العبادة " lantas beliau (Rasulullah) membaca ayat Al-Ghafir tersebut.

Sedangkan jumhur ulama yang pro-do'a menepis kritisi tersebut dan mengatakan bahwa "berdoa adalah bentuk ibadah teragung" dengan berpijak pada hadis (  الدعاء مخ العبادة)  "Doa adalah esensi sebuah ibadah" , pun dalam banyak hal nabi Muhammad SAW telah mendorong para sahabatnya agar senantiasa berdoa seperti dalam hadis Abu Hurairahليس شئ اكرم على الله من  الدعاء ) "Tidak ada hal yang lebih mulia daripada sebuah do'a", sekaligus hadis yang diriwayatkan dari imam Ahmad , dan imam Bukhari dalam bab "Al Adab Al Murtad" من لم يسئل الله يغضب عليه "  barangsiapa yang tidak berkenan meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya"

Imam al-Qusyairi setelah menguraikan pendapat mengenai hal ini, yaitu lebih baik mana antara berdo'a, atau diam sekaligus berserah diri pada takdir ? Beliau menyatakan "pendapat yang mengatakan bahwa berdo'a adalah lebih baik, selayaknya lebih diunggulkan karena banyak banyak dalil pendukungnya, juga karena esensi dari sebuah do'a itu sendiri yaitu memperlihatkan kepatuhan (rendah hati), dan butuh kepada Allah SWT.

Kondisi dan waktu mustajabah untuk berdo'a :

  1. Ketika perang (Sabilillah) berkecamuk. Berdasar dari hadis marfu' yang diriwayatkan oleh Sahal bin Sa'id " Dua do'a yang tidak tertolak: berdo'a setelah adzan, ketika barisan perang sabillah saling berkecamuk.
  2. Turun hujan. Berdasar hadis dari Sahal dengan redaksi lain " ...Dan (doa) pada saat turun hujan" yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, ad-Darami, Ibnu Huzaimah, Ibnu Jarud.
  3. Antara adzan dan Iqamah. Berdasar hadis nabi dari Abu Dawud dari Muhammad bin Katsir at-Tsauri " Rasulullah SAW bersabda ''Tidaklah tertolak, do'a yang dipanjatkan diantara adzan, dan Iqamah''.
  4. Setelah salat maktubah. Berdasar perkataan imam mujahid "Sesungguhnya salat dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk berdoa, maka dari itu berdoalah kamu setelah salat".
  5. Pada saat duduk diantara dua khutbah.
  6. Dalam keadaan berpuasa. Hadis yang diriwayatkan oleh imam Turmudi, dan Ibnu Majah "Seorang dalam keadaan berpuasa, tidaklah tertolak doanya".
  7. Saat bulan Ramadan. 
  8. Waktu sahur. Diceritakan bahwa nabi Ya'qub AS. Berdoa memintakan ampunan untuk anak-anaknya pada waktu sahur, dan diamini oleh anak-anaknya sehingga Allah berfirman "telah aku maafkan kesalahan mereka, dan aku jadikan meraka sebagai nabi". 
  9. Hari Arafah.
  10. Hari Jumat.
  11. Dalam keadaan teraniaya.
  12. Pada saat sujud dll.

Etika dalam Berdo'a

Demikian juga jika anda berharap agar do'a anda semakin berpeluang untuk dikabulkan, maka sudah selayaknya anda memperhatikan bagaimana kiat-kiat kita dalam berdo'a, sebagai berikut:

1. Cari momentum yang pas. 

2. Dalam keadaan suci.

3. Menghadap kiblat.                                          

4. Mengangkat kedua tangan. 

5. Mendahulukan bertaubat.

6. Mengakui kesalahan.

7. Ikhlas.

8. Diawali dengan pujian, syukur, shalawat nabi, juga dengan Asmaul Husna.

9. Khusyuk.

10. Senantiasa dilakukan.

Referensi :

•Tafsir al-Qusyairi//Imam Abi Qasim Abdil Karim bin Hawazin bin Abdil Malik al-Qusyairi//Hal 89//DKi Ilmiyah.

•Tafsir at-Thabari//Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Thabari//Hal 185-188//DKi Ilmiyah.

•Fathul Bar bi Syarhi Shohib Bukhari// Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani // Hal 79//vol. 12//cet. DKi ilmiyah

•Ittihafus Sadatul Muttaqin Bi Syarhi Ihya Ulumiddin// Sayyid Muhammad bin Muhammad al-Husaini// Hal. 231-240// vol.5// cet. Dki Ilmiyah.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال