Kebohongan Barat Terhadap Penemuan Bahtera Nabi Nuh di Gunung Ararat

KULIAHALISLAM.COM - Nabi Nuh lahir 126 tahun setelah Nabi Adam wafat, demikian menurut Ibnu Jarir. Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul saat beliau berusia 480 tahun menurut Ibnu Abbas. Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang kisah Nabi Nuh dan kaumnya. Allah juga menceritakan tentang azab berupa badai topan dan banjir besar yang diturunkan kepada kaum Nabi Nuh.

Bahtera Nabi Nuh
Ilustrasi Kapal Nabi Nuh

Begitu juga Allah menceritakan dalam firman-Nya bagaimana menyelamatkan Nabi Nuh dan para pengikutnya yang menumpang kapal bersama. Kisah tersebut terdapat di dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf, Q.S Yunus, Q.S Hud, Q.S al-Anbiya, Q.S Al Mu’minun, Q.S Asy-Syura, Q.S Al Ankabut, As-Shaffat, dan Q.S Al-Qamar. Bahkan, Nuh ditetapkan sebagai salah satu surah penuh dalam Al-Qur’an.

Nabi Nuh Dalam Versi Al Qur'an dan Taurat

Dalam buku yang ditulis Ibnu Katsir berjudul “Sejarah Para Nabi” dijelaskan bahwa, Nabi Nuh diperintahkan Allah membangun sebuah Bahtera. Muhammad ibnu Ishaq berkata dari Ats-Tsauri “Kapal terbuat dari kayu jati”. Sedangkan dalam kitab Taurat disebutkan bahwa kapal Nabi Nuh terbuat dari pohon Sanobar. 

Imam Hasan Al Bashri berkata panjang kapal itu enam ratus hasta dengan lebar 300 hasta. Tinggi kapal itu 30 hasta dan bertingkat 3 lantai, lantai dasar untuk menampung berbagai jenis binatang, lantai tengah untuk orang-orang dan lantai ketiga untuk menampung burung-burung. 

Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh setelah pembuatan kapal selesai untuk mengangkut semua jenis tanaman, semua jenis makhluk dan semua pengikutnya. Jenis burung pertama yang masuk ke kapal adalah Burung kakatua, sementara hewan yang pertama masuk adalah keledai. 

Kemudian, terjadilah banjir besar di permukaan bumi, yang airnya keluar dari India (menurut pendapat Ibnu Abbas). Pada saat berada di Kapal, hewan tikus memakan persediaan bahan makanan, sehingga Allah mengilhamkan pada Ssinga untuk bersin sehingga keluarlah Kucing. Sementara itu. jumlah orang yang berada di kapal hanya 80 orang menurut Ibnu Abbas. 

Imam Qatadah berkata Nabi Nuh dan para pengikutnya mulai naik kapal pada hari kesepuluh bulan Rajab dan berlayar mengarungi air selama 150 hari hingga kapal itu berlabuh di Gunung Al-Judi selama satu bulan. 

Tempat Berlabuh Kapal Nabi Nuh

Tempat perahu itu berhenti menurut Al Qur’an adalah di bukit “Judi” sedangkan menurut Bible Kitab Kejadian tempat perahu itu berhenti di Pegunungan Ararat. Dr Maurice Bucaille dalam tulisannya “Al-Qur’an, Bible dan Sains Modern” menyatakan  bahwa “Gunung Judi ini adalah puncak pegunungan Ararat di Armenia, tetapi tidak dapat menjamin bahwa tidak ada perubahan nama untuk menyesuaikan antara riwayat itu sebab banyak nama tempat “Judi” di Arab”.

Muhammad Isa Daud dari Mesir dalam karyanya “Al-Lazina Sakanu al-ardha Qablana” terbitan Pustaka Hidayah mengungkapkan bahwa adanya pembodohan penemuaan bahtera Nuh yang dilakukan sejumlah ilmuwan. 

Pada saat itu ilmuwan Amerika bernama John Leiby mengatakan kepada para Arkeolog senior bahwa dia bermimpi tempat yang dalam yang merupakan lokasi terdamparnya Nabi Nuh. Setelah bermimpi, ia berkeliling disekitar Gunung Ararat untuk mencarinya namun pencarianya gagal karena beruang-beruang mengusirnya.

Pada tahun 1969, ia melakukan pendakian ketujuh kalinya yang dilakukan di Gunung Ararat namun ia tidak menemukan apapun tetapi ia tetap yakin bahwa Bahtera Nabi Nuh itu ada di sana. Gunung Ararat merupakan gunung dengan ketinggian 4.267 Meter di atas lembah di Turki. Puncaknya diselimuti es dan salju. Apakah Al-Judi itu Ararat maka masalah ini masih dalam penelitian.

Seorang peneliti, Christian Herald mengakui bahwa seluruh eskpedisi pencarian Bahtera Nuh kira-kira sejak Perang Dunia Kedua di Gunung Ararat merupakan ekspedisi yang dirancang dan didanai Barat dengan harapan memberikan keabsahan Al Kitab. George Jefferson Green berada dalam helikopter yang berputar di atas Gunung Ararat, dia menemukan suatu benda asing di atas gunung itu.

Maka dia mengitarinya pada ketinggian kurang dari 30 meter. Dia mengambil sejumlah gambar fotografi. Ia menegaskan dengan yakin bahwa benda itu besar, bahwa ia menyaksikan pada bagian bawah batu yang menjulang tinggi itu seluruhnya tertutup es dan puing-puing, dengan garis-garis pararel berupa lembaran papan yang mirip dengan bentuk kapal.

Yang lebih aneh lagi, terdapat tiga puluh orang saksi, masing-masing bersaksi bahwa mereka melihat enam buah foto yang jelas dan besar di tangan George Jefferson Green. Salah seorang dari mereka menggambarkan  dengan kemampuannya melalui gambar. Dia menggambarkan dengan sketsa dari gambar terpenting yang dia lihat tentu dengan khayalannya.

Gambar itu menampakan suatu bentuk persegi yang besar di tepi bagian bawah batu yang menjulang tinggi yang seluruhnya tertutup es dan puing-puing. Namun foto-foto dari tiga puluh saksi itu disebutkan hilang dari tangan George Jefferson Green. Seorang peneliti Amerika, Gordon Gaskiel mengakui bahwa hingga kini tidak ada bekas-bekas dari foto-foto Green yang tidak terhingga nilainya itu.

Pada tahun 1955, Fernand Nabara dari Prancis yang tidak diketahui agamanya mengaku bahwa akhirnya ia menemukan sekumpulan potongan kayu yang ditemukan pendaki di Gunung Ararat. Seorang penguji dari Spanyol kantor Masonry, melakukan pengujian terhadap kayu-kayu itu. 

Maka ia menentukan umur kayu itu kira-kira 5.000 tahun. Ia berkesimpulan bahwa umur kayu itu sesuai dengan masa Nabi Nuh. Namun kayu-kayu tersebut diteliti lebih lanjut di Inggris dan Amerika Serikat. Setelah dilakukan penelitian, lalu diumumkan bahwa potongan kayu itu benar berasal dari masa lalu namun potongan kayu itu berumur tidak kurang dari 1400 tahun dan tidak lebih dari 1200 tahun yang lalu. Bagaimanapun keduanya dibuat pada masa setelah kelahiran Nabi Isa Al Masih.

Barat menyebarkan rahasia yang menakutkan bahwa kapal Nabi Nuh itu di atas Gunung Ararat, mereka mengklaim melihat sendiri dan menyentuh bagian-bagiannya dengan tangan mereka. Arkeolog Inggris bernama Mike Pitt mengatakan bahwa para penjelajah Injil belum menghasilkan bukti konklusif tentang Bahtera Nuh.

Kitab Genesis sendiri tidak pernah merinci secara spesifik di wilayah mana Bahtera Nuh berlabuh. Dalam Islam sendiri, para Ulama berbeda pendapat dimana sesungguhnya kapal Nabi Nuh berlabuh, letak yang pasti keberadaan Bahtera Nuh masih menjadi misteri yang saat ini hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

1 Comments

  1. menarik, jadi pingin cari juga ah. Tapi emang yang di gunung ararat itu bentuknya aneh juga. Emang kayak perahu, cuman gak tau kok bisa kayu ngebentuk kaya gitu

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال