Imajinasi Tanpa Sains

Ilustrasi Sains 

KULIAHALISLAM.COM - Sejarawan Arnold J. Toynbee, seperti dikutip Yudi Latif dalam beberapa ceramahnya di YouTube, melakukan survei terhadap 20 peradaban di dunia. 

Hasilnya, hanya peradaban yang memiliki akar spiritualitas yang bisa bertahan lama. Toynbee mengemukakan semacam teori radiasi bahwa sebuah peradaban terdiri atas 4 lapisan.  

Lapisan paling luar adalah sains-teknologi, lalu berturut-turut estetika (seni), etika (moral) dan spiritualitas. 

Sebuah bangsa yang terbelakang di bidang sains,  seni nya mati atau merosot moralnya asalkan akar spiritualitas nya masih kuat maka bangsa itu akan masih eksis. 

Sebaliknya setinggi apapun pencapaian pada 3 bidang pertama di atas sebuah peradaban akan kolaps jika tidak memiliki topangan spiritualitas. Spiritualitas ini bisa bersumber dari ajaran agama atau berbagai kearifan yang hidup dalam masyarakat. 

Ini tentu saja kabar yang menggembirakan sekaligus mengonfirmasi realitas kehidupan masyarakat timur termasuk Islam. 

Tetapi Toynbee juga mengingatkan bahwa meski memiliki akar spiritualitas dan sains hanya lapisan terluar,  namun sebuah bangsa yang  tidak punya keunggulan di bidang sains tidak akan mampu mempengaruhi bangsa-bangsa lain. 

Hanya mereka yang menguasai sains lah yang mampu membangun kewibawaan di mata bangsa-bangsa lain. 

Secara politik, para elit bisa saja menggunakan sentimen anti Cina dan isu komunisme untuk mengaduk-aduk emosi publik, tapi hal itu tidak otomatis menghentikan masyarakat membeli produk-produk Cina yang menyerbu pasar Indonesia. 

Dengan demikian, berbagai narasi dan imajinasi untuk membangun kekuatan imperium---katakanlah kekhalifahan internasional sebagai politik penataan masyarakat muslim sedunia---nyaris tidak berarti. 

Semua itu hanya akan menjadi sekadar kegaduhan sesaat selama sains hanya berada di halaman belakang rumah umat Islam, terlebih jika cenderung bersikap memusuhi atau antisains. 

Semangat kaum muslim untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah Qur'an dalam beberapa tahun terakhir ini sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan tumbuhnya berbagai sekolah Qur'an. Begitu pun sekolah-sekolah yang memasukkan program tahfidz cukup diminati. 

Menarik untuk melihat implikasi tren ini terhadap proyeksi dan masa depan perkembangan sains. Saya tidak tahu apakah sudah ada riset ilmiah soal hal ini. 

Yang saya dengar peringkat kemampuan IPA dan Matematika siswa di Tanah Air turun tahun lalu. Begitu pun di Turki beban kurikulum pendidikan agama yang terlalu berat mengakibatkan merosotnya  mutu pendidikan di sana. 

Hal yang sama terjadi di Pakistan. Negara terakhir ini malah tengah melakukan sejumlah pembaruan sekolah yang didominasi madrasah. 

Keberadaan sekolah-sekolah agama tentu tidak buruk. Yang mesti kita ingatkan adalah jangan sampai sains tidak mendapatkan tempat. 

Kita perlu menyeimbangkan kebutuhan lembaga-lembaga pendidikan agama---sebagai basis spiritualitas peradaban kita---dengan kebutuhan pengembangan sains sebagai etalase terluar sebuah peradaban. 

Tanpa keunggulan di bidang sains kita sulit membangun kewibawaan apalagi mempengaruhi bangsa lain. Sains adalah kunci.

Oleh: Ilyas Yasin 

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال