Pantaskah Mustafa Kemal Ataturk sebagai Tokoh Pembaharuan Islam ?

KULIAHALISLAM.COM - Mustafa Kemal Ataturk lahir di Selanik, Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1881. Pada mulanya, Mustafa Kemal Ataturk atas desakan ibunya di masukan di Madrasah namun Mustafa Kemal Ataturk selalu melawan gurunya sehingga ia dipindahkan di sekolah dasar modern.

Selanjutnya ia memasuki sekolah militer atas usahanya sendiri. Tahun 1889, ia berhasil menyelesaikan sekolah latihan militer dengan pangkat sebagai Kapten. Dan nantinya Mustafa Kemal Ataturk di anggap sebagai tokoh pembaharuan Islam.

Mustafa Kemal Ataturk (sumber Gambar : www.belcikayenihaber.com)

Semasa belajar, Mustafa Kemal Ataturk sudah mulai kenal dengan politik melalui temannya bernama Ali Fethi. Dari temannya ini, ia banyak membaca tulisan Filsuf-Filsuf Prancis seperti Auguste Comte, Montesquieu, Rousseau. Mustafa Kemal Ataturk membuat agen rahasia dengan menerbitkan surat kabar yang menentang pemerintahan Sultan, hingga pada akhirnya ia ditangkap dan diasingkan ke Suriah. 

Di Suriah, Mustafa Kemal Ataturk membentuk perkumpulan bernama "Vatan ve Hurriyet" (Tanah Air Merdeka) dan membentuk cabang di Yerusallem, Beirut, Yaffa namun perkumpulan ini gagal karena di daerah itu Revolusi Turki tidak akan berhasil karena jauh dari Ibukota Istanbul.

Setelah Perang Dunia I pecah, Mustafa Kemal Ataturk dipanggil kembali untuk menjadi Panglima Divisi 19 di bawah pemerintahan Khilafah Utsmaniyah. Di medan pertempuran ia menunjukan keberaniannya. Sebagai penghargaan terhadap kecakapannya dalam peperangan, ia dinaikan pangkat menjadi Jenderal ditambah gelar “Pasya”. Setelah Perang Dunia I, ia diangkat menjadi Panglima dari semua pasukan yang ada di Turki Selatan.

Dengan jabatannya sebagai Perwira tinggi militer, ia mulai menentang pemerintahan Khilafah Utsmaniyah karena menurutnya Sultan di Itsanbul telah berada di bawah kekuasaan sekutu dan harus menyesuaikan diri dengan kehendak mereka. Mustafa Kemal Ataturk membentuk pemerintahan tandingan di Anatolia dan mengeluarkan maklumat bahwa kemerdekaan tanah air dalam bahaya, rakyat Turki harus membebaskan diri dari kekuasaan asing, sekutu telah mengusai Ibukota Istanbul.

Pada tahun 1920, Mustafa Kemal Ataturk membentuk Majelis Nasional Agung dan diadakan sidang di Ankara. Dalam sidang itu ditetapkan Ankara sebagai Ibukota Republik Turki menggantikan Istanbul. Mustafa Kemal Ataturk berhasil menguasai Turki dari tangan sekutu hingga pada akhirnya sekutu terpaksa mengakui mereka secara de facto dan de jure.

Mustafa Kemal Ataturk berpandangan Turki dapat maju jika meniru peradaban Barat. Mustafa Kemal Ataturk menghapus Khilafah Utsmaniyah. Sehingga sistem pemerintahan Khilafah Islam resmi berakhir di Turki dengan Sultan terakhir bernama Sultan Abdul Hamid II

Sultan Abdul Hamid II (Sumber Gambar : Liputan6.com)

Pada tahun 1921, dibentuk Konstitusi Negara Republik Turki yang isinya, negara Turki menjadi negara sekuler, dan Mustafa Kemal Ataturk sebagai Presiden Republik Turki. 

Mustafa Kemal Ataturk juga menghapus segala sesuatu yang berhubungan dengan syariat Islam. Madrasah-madrasah ditutup, pendidikan agama ditiadakan disekolah-sekolah, pemakaian tarbus dilarang, wanita berhijab juga dilarang, adzan diganti menjadi bahasa Turki, negara harus dipisahkan dengan agama. 

Tindakan Mustafa Kemal Ataturk ini tujuannya adalah agar memisahkan politik Islam dengan umat Islam, walau tidak berhasil, orang Turki merasa dihinakan kalau dikatakan bahwa ia bukan orang Islam. Hal ini menyebabkan timbul gerakan “Kembali Kepada Agama” di Turki. Ia  wafat tahun 1938.

Pantaskah Mustafa Kemal Atatturk Sebagai Tokoh Pembaharuan Islam ?

Prof. Harun Nasution (Intelektual Islam ternama dan mantan Rektor Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta) memasukan Mustafa Kemal Ataturk sebagai tokoh pembaharuan dalam Islam dengan alasan bahwa Sekularisme Mustafa Kemal Ataturk sebenarnya tidak menghilangkan agama Islam dari masyarakat Turki. Mustafa Kemal Ataturk memang tidak bermaksud demikian, yang ia maksud ialah menghilangkan kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan. 

Pembaharuan dalam Islam (Sumber Gambar : Cintabuku.id)

Memisahkan politik dengan Islam adalah suatu hal yang mustahil dapat dilakukan sebab Islam dan Politik adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Ibnu Qayyim dalam pandangan Islam, politik adalah suatu kinerja yang dengannya manusia bisa menjadi lebih dekat kepada perbaikan dan lebih jauh dari kerusakan selagi tidak bertentangan dengan syariat. 

Ketika seorang muslim melaksanakan Salat pun sudah masuk dalam kategori berpolitik. Bahkan Nabi Muhammad SAW merupakan politikus handal yang diakui oleh para sarjana barat. Kalaulah para politisinya buruk bukan Islam dan politik yang dipisahkan namun politisinya yang dibinasakan.

Musatafa Kemal Ataturk sebenarnya menurut hemat saya tidak layak menjadi tokoh pembaharuan Islam sebab yang dinamakan pembaharu Islam adalah tokoh yang memiliki gagasan istimewa dan bergerak maju membangkitkan masyarakat Islam dari kemunduran peradaban dan memajukan pemikiran dan perilaku masyarakat muslim.

Mustafa Kemal Ataturk Tokoh yang Dikagumi Ir. Soekarno


Kunjungan Soekarno ke Turki Tahun 1959 (Sumber Gambar : LiterasiIslam.com)

Dalam buku Islam Liberal karya Adian Husaini dan Nuim Hidayat, disebutkan bahwa Soekarno dikenal sebagai pengagum berat Mustafa Kemal Ataturk. Bung Karno menyebut langkah pemisahan agama dari negara oleh Ataturk sebagai langkah paling modern dan paling radikal. 

Mengutip Frances Woodsmall, Bung Karno mencatat Turki modern adalah anti kekolotan, anti eklesiastikal tetapi tidak anti agama. Islam sebagai kepercayaan individual tidak ditolak. Menurut Soekarno, apa yang dilakukan Turki sama dengan yang dilakukan negara-negara Barat, agama menjadi urusan peribadi dan tidak dijadikan sebagai urusan negara.

Soekarno dan para pendiri bangsa telah menyepakati Pancasila dan UUD 1945. Sehingga seharusnya Soekarno menurut saya tidak menjadi tokoh yang melupakan sejarah, karena sejarah membuktikan tidak ada negara di dunia Muslim yang berhasil terbebas dari penjajahan kolonial dan imperialisme, kecuali mereka berjuang dengan cara memadukan Islam dan politik termasuk di Indonesia sendiri. 

Sekularisme di Turki dalam Pandangan Yusuf al Qaradawi


Yusuf Al-Qaradawi (Sumber Gambar : Republika.co.id)

Mengenai sekularisme Mustafa Kemal Ataturk Prof. Yusuf Al-Qaradawi berpendapat, pemerintah Turki tidak mampu melibas akar-akar Islam, sekalipun hampir semuanya disingkirkan dari pendidikan, pengajaran dan media massa sehingga rakyat hidup dalam pergolakan antara permukaan dan kedalaman, antara akar dan daun, antara masa lalu dan masa sekarang, antara akidah dan kenyataan.

Dulu Turki menjadi negara di jajaran pertama di Timur dan kini menjadi negara di jajaran terakhir di Barat. Sekalipun Turki sudah menggabungkan diri dalam rengkuhan dunia Barat, tetap saja orang-orang Barat tidak mengakui negara Turki sebagai bagian dari peradabannnya. 

Turki yang sekuler bisa diibaratkan dengan burung gagak yang hendak meniru burung rajawali. Dia tidak akan berhasil menjadi burung rajawali dan tidak pula dapat kembali menjadi burung gagak.

Pelajaran dari Runtuhnya Khilafah di Tangan Mustafa Kemal Atatturk


Khilafah Utsmaniyah (Sumber gambar : Shopee)

Umat Islam semestinya mengambil pelajaran dari sejarah runtuhnya Kekhilafahan Islam. Penyebab utama runtuhnya kekuataan Islam adalah umat Islam saling berpecah belah antara satu Partai dengan Partai lainnya, antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Padahal sejatinya Tuhan, Nabi dan Kitab kita sama seharusnya tujuan kita dalam berpolitik, berekonomi, bersosial pun sama. 

Jika umat Islam tidak mengambil hikmah dari runtuhnya Daulah-Daulah Islam maka tidak menutup kemungkinan negeri kita pun akan menjadi seperti Turki di bawah Mustafa Kemal Ataturk. 

Sekularisme sebenarnya alat untuk meredam politik Islam sehingga kekuasaan pemimpin yang zalim, diktator, dapat berlangsung tanpa adanya penghalang, oleh karena itu para kolonial seperti Snouck Hurgronje berusaha memisahkan Islam dengan politik .

Dan kini masyarakat dunia menyaksikan pada saat Turki setahap demi setahap melepaskan diri dari kekuatan sekularisme di bawah kepemimpinan Presiden Erdogan. Turki tampil kembali sebagai negara yang disegani Barat dan Dunia Islam. 

Prof. Bryan S.Tuner dari Australia dalam Tesisnya menyatakan bawa "Penyebab mundurnya masyarakat Islam adalah Sekularisme". Jadi jauhi paham sekuler dari diri kita dan bangsa kita. 

Sumber : 
  1. Pembahruan Islam karya Harun Nasution.
  2. Fiqih Daulah karya Yusuf al Qaradawi, dan lainnya. 

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال