Bisakah Tuhan Dibuktikan dengan Fisika ?

Manusia memiliki batasan dalam memahami apa yang diketahui Tuhan (Sumber gambar : Detik.com


KULIAHALISLAM.COM – Miskonsepsi tentang Tuhan terjadi diantaranya adalah akibat tidak ada kesinambungan antara tuntutan untuk membuktikan di satu pihak dan pernyataan tentang Tuhan yang berbeda di pihak lain.

Yaitu ketika di satu sisi kaum materialis selalu kukuh menuntut bukti empiris keberadaan Tuhan, sedang disisi lain kaum beragama menyatakan bahwa Tuhan itu bukan benda dan bukan materi. Karena bukan obyek sains sehingga mustahil dihadirkan secara empiris sebagaimana materi obyek sains lainnya.

Sehingga cara untuk memahami Tuhan adalah melalui metode akal dan rasional bukan metode empiris (metode sains). Nah, maukah kaum materialis menempuh metode akal sedangkan basis mereka selalu berpikir empiris, bahkan ketika berhadapan dengan problem metafisik.

Maka logika mereka dari kedua pihak yang berbeda pandangan tersebut tidak akan pernah bisa bertemu di satu titik temu.
Dan satu-satunya cara agar mereka dapat bertemu adalah mau menerima penjelasan bahwa Tuhan itu Dzat non materi yang tentu bukan obyek sains. Karena bukan tugas sains untuk membuktikan secara empiris, sehingga tugas itu mesti diserahkan kepada akal untuk menelaahnya.

Karena banyak upaya mencoba mengkaji persoalan ketuhanan atau memahami Tuhan langsung dengan alur sains, dengan cara berpikir empiris, misalnya, dengan memposisikan Tuhan sebagai energi, sebagai anti matter dll. Lalu apa yang terjadi ? Yang terjadi malah miskonsepsi karena yang dijelaskan hanya eksistensi wujud materi yang tidak memiliki sifat personal, jauh dari gambaran Tuhan yang sebenarnya sebagaimana yang ada dalam buku petunjuk kitab suci.

Cara berikut seperti tertulis dalam judul artikel,Bisakah fisika membuktikan keberadaan Tuhan? padahal pada prinsipnya Tuhan itu tidak bisa ditelaah dengan hanya melalui aspek fisika tetapi harus melibatkan metafisik. Maka peran akal-rasional dalam memahami Tuhan teramat sangat vital karena seluruh deskripsi sains tanpa peran akal mustahil bisa mewujudkan pemahaman terhadap Tuhan. Karena akal adalah guide atau pengantar menuju ranah metafisik.

Maka tidak keliru bila konsep agama wahyu menyatakan "tidak ada agama kecuali bagi yang berakal" artinya, bersains, mengandalkan sains saja tidaklah cukup untuk bisa memahami Tuhan. Untuk memahami Tuhan secara akal maka argumen-argumen akal harus dimainkan semisal yang dipelopori Aristoteles, Thomas Aquinas dan para teolog klasik pada umumnya.

Dan ini juga semacam kebesaran Tuhan dalam mengkonsep manusia ciptaan-Nya. Tuhan ingin manusia mengenal diri-Nya tidak melalui pengalaman indrawi semata, karena peralatan indrawi ini hewan juga memilikinya dan dapat menggunakannya.

Tuhan ingin manusia menjadi makhluk yang memiliki kualitas lebih dan melebihi hewan bahkan malaikat, yaitu dengan menanam dalam dirinya software bernama "akal". Sebuah alat berpikir yang membuat manusia bisa memikirkan serta memahami hal-hal yang diluar pengalaman indrawinya yang sangat terbatas.

Itu sebab betapapun maju sains, ilmu fisika, ilmu dunia materi maka ketika para saintis mencoba ikut menelusuri persoalan ketuhanan melalui dalil-dalil serta metode sainstifik maka akhirnya selalu mentok pada deskripsi materialis yang kering dari gambaran adanya eksistensi sifat personal.

Karena untuk menjelaskan Tuhan secara substansial, sesuai hakikatnya, sesuai hal sebenarnya tentang Tuhan—sesuai petunjuk kitab suci, maka, mau tak mau harus menghadirkan Tuhan secara personal.
Dan yang tidak bisa dilakukan oleh pihak yang mencoba menelusuri Tuhan secara sainstifik semisal yang memposisikan Tuhan sebagai energi atau anti matter adalah menghadirkan Tuhan yang memiliki sifat personal.

Maka itulah fungsi kitab suci adalah menghadirkan Tuhan yang hakiki, yang sesungguhnya, yang memiliki sifat personal dan fungsi akal disini adalah jembatan dari dunia fisik ke dunia metafisik, menghubungkan antara dunia alam lahiriah yang dialami manusia dengan deskripsi kitab suci.

Dalam kitab suci ada deskripsi tentang dunia fisik, tentang alam, dan tentang ciptaan Tuhan yang ada di alam, tapi tujuan kitab suci tentu bukan mengkonsep ilmu serta kebenaran fisik sebagaimana prinsip sains tapi utamanya adalah mengkonsep ilmu serta kebenaran metafisik yang tersembunyi dibalik realitas fisik alam.

Mengapa saya sebut "tersembunyi", karena tidak akan nampak atau ditemukan secara langsung oleh para pencari ilmu serta kebenaran fisik (saintis) tapi akan bisa ditemukan oleh orang yang berpikiran lebih mendalam yang menggunakan akal budi dan kalbu hati. Jadi, tidak berhenti hanya sebatas memikirkan serta mengkonsep yang fisik.

Itulah dalam ranah filsafat manusia menggunakan akal  untuk menggali aspek rasional dibalik dunia fisik dan para teolog menarik lebih jauh dengan mengaitkannya dengan eksistensi Tuhan. Dan lebih dalam lagi kitab suci mengajarkan manusia mendalami hakikat serta hikmah dibalik yang nampak fisik.

Oleh : Irwan Wiharja

Editor : Adis 


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال