Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia

Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan (Sumber gambar : Mediaindonesia.com)

KULIAHALISLAM.COM – Konon, Indonesia saat ini merupakan negara urutan ketiga paling tidak aman bagi perempuan setelah Filipina dan India. 

Kekerasan fisik khususnya begitu jamak terjadi. Kekerasan berbasis digital juga setali tiga uang. Sayangnya RUU pencegahan kekerasan perempuan belum kunjung disahkan.

Kekerasan tidak hanya menimpa perempuan dalam konteks rumah tangga tapi juga di luar ikatan perkawinan baik saat pacaran atau setelah cerai. 

Beberapa bulan lalu di desa saya viral seorang perempuan muda wajahnya babak belur bahkan patah batang hidungnya akibat dianiaya mantan suaminya. Jadi kekerasan itu mengintai perempuan sejak pra hingga pasca berpisah dari pasangan. 

Ironisnya upaya penegakkan hukum terhadap pelaku—dan sebaliknya memenuhi rasa keadilan bagi korban—juga tidak mudah. 

Penyebabnya rupa-rupa: mulai dari sulitnya mencari saksi (karena dianggap masalah privat), prosedur hukum yang panjang dan melelahkan, tidak adanya rumah aman dan bantuan konseling bagi korban, bias gender petugas hukum, hingga ancaman dan intimidasi. 

Akibatnya banyak korban yang memilih diam dan enggan menempuh jalur hukum. 

Beberapa tahun lalu saya punya sobat media sosial, seorang perempuan muda asal Manado. Parasnya rupawan. Saya mengenalnya tanpa sengaja melalui tulisannya di sebuah group Facebook guru. 

Dia mengabdi sebagai guru honorer di sebuah SD terpencil di Kalimantan sana. Dia sering memposting foto-foto aktivitasnya dengan para murid terkasih baik di sekolah maupun saat mendampingi ikut beberapa even lomba kreativitas siswa dan olimpiade. 

Ibu guru ini—lulusan IKIP Manado dan  sudah saya lupa namanya—tinggal di sebuah rumah papan di pinggir hutan. Sesekali dia terpaksa sendirian di rumah karena suami bekerja di sebuah perusahaan swasta yang agak jauh. 

Jalanan di kawasan hutan Kalimantan tempat tinggalnya masih jalan tanah sehingga saat musim hujan beceknya minta ampun. 

Untungnya ada gadis semata wayang yang menemaninya. Salah satu cerita dia yang bikin saya berdebar adalah ketika suatu malam ia hendak ke toilet yang berada di ujung rumah, sementara gadis kecilnya tidur pulas. 

Dia ragu dan takut meninggalkan bocah itu sendirian, tapi dia juga harus buang hajat. Dalam kegelapan ia terpaksa berjalan mengendap sambil berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada gadis mungilnya. 

Bu guru ini juga cukup rajin mengikuti kebaktian di gereja. Belakangan saya tahu kalau sejak gadis ia aktivis gereja; menjadi anggota paduan suara saat kebaktian. Ketika saya sering membaca postingan yang dibagikannya di berandanya ia heran. 

"Kok abang mau baca postingan tentang agama saya?"

"Lho emangnya kenapa. Saya tidak otomatis pindah ke agama kamu kok?"gurau saya. 

"Wah, kalo gini kayaknya hidup kita damai ya bang?" candanya. 

Dialog itu terjadi pada 2018 lalu. Selang beberapa waktu kemudian badai itu datang. Facebook nya mendadak tidak aktif. Setelah cukup lama iseng saya tanya via massenger

Alangkah kagetnya saya setelah mendengar semua ceritanya. Dia mengaku sering mendapat tindakan kekerasan verbal maupun fisik dari suaminya. Suaminya pernah membawa kabur anaknya ke kampung halamannya. Tapi kemudian baikan lagi. 

Dengan berbagai cara bu guru ini berjuang mempertahankan biduk rumah tangganya. Hingga akhirnya dipaksa menyerah. Dia lelah dengan segala kekerasan yang terus berulang. 

Puncaknya ia memutuskan pulang kampung ke Manado dengan segala rasa malu yang mendera. Ya, dia mengaku malu kembali ke rumah;  kembali kepada orang tuanya yang sangat mengisihinya. 

Saya menyatakan prihatin dengan musibah yang menimpa nya. Ketika saya menanyakan nasib gadis mungilnya, dia mengikhlaskan malaikat kecilnya bersama sang suami di Kalimantan sana. 

"Jujur saya berat berpisah dari anak saya, meski ia bukan darah daging saya. Tapi saya juga harus memikirkan keselamatan diri saya,"  ujarnya sendu. Sebuah pilihan sulit. Saya memahami rumitnya dia mengambil keputusan ini.

Oleh : Ilyas Yasin

Editor : Adis

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال