Tragedi Karbala : Gugurnya Imam Husain

Ilustrasi Husain bin Ali bin Abi Thalib (Sumber gambar : ganaislamika.com)
Penulis : Rabiul Rahman Purba, SH

KULIAHALISLAM.COM — Imam Husain adalah anak khalifah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah putri Rasulullah, dilahirkan di Madinah 5 Sya’ban tahun keempat Hijriah (Januari 626 M). 

Imam Husain dilukiskan sebagai anak yang tampan, berseri dan sangat simpatik. Beliau mengalami hidup bersama kakeknya Rasullulah selama enam tahun, dengan Ayahnya selama 36 tahun dan dengan saudaranya Imam Hasan selama 46 tahun.

Nabi melafazkan Adzan dan mengadakan Aqiqah Imam Husain. Nabi menyebut Imam Hasan dan Imam Husain sebagai puteranya bahkan dalam sejumlah hadis menyebutkan Nabi telah menjamin Imam Hasan dan Imam Husein sebagai pemuda penghuni Surga. 

Sejarah mencatat Imam Husain terbunuh dalam peristiwa Karbala. Karbala adalah sebuah kota di negara Irak tengah, terletak sekitar 88 Km Barat Daya kota Baghdad. 

Kota ini menjadi penting dalam catatan sejarah setelah pembantaian Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H (680 M). Hari itu Imam Husain dan sahabatnya yang terdiri dari 32 orang pasukan berkuda dan 40 pejalan kaki dihadang pasukan tempur sebanyak 4000 orang yang dipimpin Umar bin Sa’ad bin Abi Waqqas

Kedatangan Imam Husain ke Irak tidak bermaksud perang namun beliau memenuhi undangan rakyat Irak yang menyatakan bersedia untuk mengangkat Imam Husain sebagai pemimpin, namun rakyat Irak berkhianat.

Imam Husain tidak berniat melakukan pembrontakan pada Yazid bin Muawiyah sebagi penguasa tertinggi dunia Islam saat itu. 

Imam Husain hanya berharap bahwa beliau dan rakyat Irak nantinya dapat meluruskan Yazid bin Muawiyah karena Yazin pemimpin yang jauh dari ajaran Islam dan menindas rakyat serta pengangkatannya sebagai khalifah dengan cara berlaku curang. 

Yazid melihat, Imam Husain dapat meruntuhkan kekuasaannya karena tentu saja masyarakat Islam pasti memihak putra Nabi. Oleh karena itu Yazid mengirim pasukan tempur unuk membunuh Imam Husain dan keluarga serta sahabatnya.

Imam Husain tidak gentar menghadapi 4000 pasukan tempur karena beliau tahu, sudah menjadi tugasnya meluruskan kekuasaan yang zalim. Imam Husain sungguh sedang menghadapi ujian berat. 

Beliau melihat anggota keluarganya, saudaranya dan anak-anaknya terbunuh dengan sadis. Hal yang menyayat hati adalah mereka menembakan panah ke tubuh anak Imam Husain yang masih bayi dan mereka menebas seluruh putra Imam Husein yang masih kecil. 

Bahkan dalam pertempuran itu mereka melarang perempuan dan anak-anak untuk minum sehingga keluarga Imam Husain dibiarkan tidak minum. Tindakan mereka sangat 'kejam sekali', lebih kejam daripada Bangsa Barbar (Mongol).

Ath-Thabari di dalam tarikhnya menuturkan : pertempuran antara dua pasukan yang sama sekali tidak seimbang itu hanya berlangsung setengah hari. Tiba pada waktu salat Zuhur pertempuran berhenti untuk menunaikan salat Zuhur. 

Pada saat pertempuran berlangsung, keponakan Imam Husain bernama Muslim bin Aqil maju ke medan perang padahal ia masih kecil. Muslim bin Aqil menerjang musuh seraya bersyair menantang :
Hari ini kususul ayah tercinta
Rela mati demi Nabi yang mulia
Kami pahlawan putra-putranya
Berbudi luhur pantang berdusta
Baru beberapa langkah beliau menyerang, pedang dari belakang menghujam bahu kanannya, seketika beliau gugur dalam keadaan badan nyaris terbelah dua. Menyusul kemudian putra Imam Husain yang masih kecil bernama Ali Al-Akbar menyerang sambil bersyair :
Inilah Putra Husain bin Ali
Ahlul Baith terdekat dengan Nabi
Patah pedang aku pun takan lari
Tangkislah pukulan Bani Hasyim ini
Hingga mati Ayah kulindungi
Hidup diperintah Yazid aku tak sudi
Ali Al-Akbar pun ikut gugur di medan Jihad, Imam Husain berkata “ Hai orang-orang Kufah (Irak), apakah kalian tidak takut pada murka Allah ? Jika kalian menganggap diriku zalim yang patut dihukum mati, apakah putra-putra yang masih kecil ini kalian anggap sebagi penjahat ?”. 

Imam Husain berdoa “ Ya Allah, jika telah menjadi kehendak-Mu aku tidak menang di dunia ini, limpahkan kepada ku kemenangan di akhirat, Ya Allah jatuhkanlah pembalasan-Mu terhadap orang-orang yang durhaka dan Zalim”.

Imam Husain pun gugur dalam pertempuran dengan kepala terpenggal, tangan putus dan tubuh penuh dengan luka terkena tembakan anak panah dan pedang. 

Mereka mengarak kepala Imam Husain di Kota Damaskus (Syria) dan mereka menawan adik Imam Husain yaitu Zainab putri Ali bin Abi Thalib. 

Bahagialah Karbala tempat sunyi terpencil yang keharuman namanya diabadikan oleh banjir darah keturunan Nabi junjungan umat Islam sedunia.

Pada saat itu mereka ingin membunuh Imam Ali Zainal Abidin yang masih kecil namun atas izin Allah karena Sayyidah Zainab terus melindunginya maka mereka tidak membunuhnya, andaikan mereka membunuh Imam Ali Zainal Abidin maka seluruh keturunan langsung Nabi dari jalur Fatimah az Zahra akan musnah.

Setelah tragedi itu, Sayyidah Zainab menyingkirkan diri dari pergolakan politik dan hanya fokus beribadah dan merawat Imam Zainal Abidin. Sayyidah Zainab wafat di Mesir dan beliau dicatat dalam tinta emas sejarah sebagai Srikandi Karbala karena aksi heroiknya menyelamatkan Imam Zainal Abidin. 

Rasanya belum ada seorang muslim pun yang mengalami beban berat seperti itu. Untuk lebih lengkap dapat dilihat dalam tulisan Imam Ath-Thabari atau tulisan H.M.H Al Hamid Al-Husaini berjudul Rumah Tangga Nabi Muhhammad saw

Beberapa nasihat-nasihat Imam Husain dan Imam Hasan yang dapat kita ambil diantranya :
  1. Janganlah engkau memaksa dirimu berbuat sesuatu yang sesungguhnya engkau tidak dapat melakukanya.
  2. Janganlah engkau mengharapkan imbalan lebih besar daripada jasa yang engkau telah berikan.
  3. Janganlah engkau bergembira kecuali engaku benar-benar yakin bahwa yang engkau lakukan itu membuktikan ketaatanmu pada Allah.
  4. Diam merupakan penutup kelemahan dan hiasan perangai mulia.
  5. Orang yang tidak berakal tak kenal kesopanan, orang yang tidak beragam tidak kenal 
  6. Malu, orang yang berakal dapat bergaul dengan baik.
  7. Orang dapat binasa karena tiga hal yaitu takabur, serakah dan iri hati. Serakah adalah musuh dalam diri seseorang dan iri hati adalah sumber kejahatan.
  8. Janganlah berhenti belajar ilmu, jika kalian tak sanggup mengingatnya, catat dan simpan, simpanlah catatan itu baik-baik
Semoga pesan Imam Hasan dan Imam Husain ini dapat kita aplikasikan dalam hidup kita, dan semoga kita dapat meneladani semangat Imam Husain dalam menegakan Amar ma’ruf nahi mun’kar sesuai perintah Alquran dan Sunnah Nabi. Imam Al Ghazali berkata "Kita wajib mengucapkan innalilahi wa inna ilahi rajiun ketika mendengar pristiwa gugurnya putra Nabi." 

Penulis adalah Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia (STH-YNI), Pematangsiantar

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال