Abdurrahman Ad-Dakhil: Sang Pendiri dan Legenda Dinasti Umayyah II di Spanyol

Penulis: Aisyah Salsabila Rahmahdita*

Beberapa nama dalam sejarah Islam memainkan peran penting dalam membangun dan mempertahankan peradaban Islam. Abdurrahman Ad-Dakhil adalah salah satu yang paling terkenal dan berpengaruh dari mereka, yang berperan dalam membangun Dinasti Umayyah II di Spanyol dan mendorong Islam di Andalusia.


Abdurrahman Ad-Dakhil, seorang tokoh penting dan berpengaruh dalam sejarah Islam, berkontribusi besar pada pembentukan Dinasti Umayyah II di Spanyol. Ia memimpin Andalusia dan membangun sebuah negara yang stabil, berperadaban tinggi dengan keberanian, serta taktik yang cerdas.

Abdurrahman Ad-Dakhil merupakan cucu Hisyam, khalifah ke-10 Umayyah, dan lahir di Damaskus pada tahun 113 H (731 M). Setelah Bani Abbasiyah menghancurkan Dinasti Umayyah di Syiria, ia melarikan diri ke Afrika Utara dan Libya. Selama perjalanannya, ia berhubungan dengan pendukung Umayyah di Andalusia dan akhirnya mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol pada tahun 755 M.

Sejak awal kedatangan Islam di Spanyol hingga jatuhnya, Islam memainkan peran penting yang signifikan dalam perkembangan umat Islam. Islam berjaya dan berkuasa di Spanyol selama tujuh puluh lima tahun, waktu yang sangat lama untuk perkembangan Islam.

Periode pertama (710 - 755 M), pada masa itu, Bani Umayyah mengangkat wali dari Damaskus untuk memerintah Spanyol. Pada saat ini, politik Spanyol belum stabil sepenuhnya, dan masih ada banyak gangguan dari dalam maupun dari luar. 

Pada masa awal Islam di Spanyol, banyak hal berubah, sehingga terjadi 20 kali pergantian gubernur selama 45 tahun karena tidak ada gubernur yang kuat yang dapat bertahan lama. Seringkali, konflik politik berujung pada perang saudara. 

Setelah kedatangan Abdurrahman Ad-Dakhil ke Spanyol pada tahun 755 M, konflik politik ini berakhir.

Periode kedua (756 - 912 M), pada periode ini Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Tahun 138 H/755 M, Amir pertama Abdurrahman I tiba di Spanyol dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. 

Mereka adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil melarikan diri dari Bani Abbasiyah setelah mereka menaklukkan Spanyol. Selama periode ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam bidang budaya dan politik. Pada saat itu, Islam mulai berkembang dengan sangat cepat dan dapat memperluas wilayahnya di Spanyol. 

Abdurrahman Ad-Dakhil membangun sekolah-sekolah dan masjid Cordova di kota-kota besar Spanyol.

Pemerintahan Daulah Umayyah di Cordova dipimpin oleh tujuh amir: Abdurrahman I (756 - 788 M), Hisyam I (788 - 796 M), Hakam I (796 - 822 M), Abdurrahman II (822 - 852 M), Muhammad I (852 - 886 M), Munzir (886 - 888 M), Abdullah (888 - 912 M).

Periode ketiga (912 - 1013 M), ini dimulai dengan pemerintahan Abdurrahman III yang disebut "An-Nashir" dan berakhir dengan munculnya Muluk Al-Thawaif. Penguasa dengan sebutan khalifah memerintah Spanyol selama periode ini. 

Selama periode ini, umat Islam di Spanyol mencapai puncaknya dalam kemajuan dan kejayaan, bersaing dengan daulah Abbasiyah di Baghdad. Universitas Cordoba didirikan oleh Abdurrahman An-Nashir.Ratusan ribu buku ada di perpustakaan mereka. 

Raja Abdurrahman III memerintah selama 50 tahun, 50 tahun dia membela kerajaan nenek moyangnya. Dalam sejarah Arab Spanyol, masa pemerintahan Abdurrahman III adalah periode yang sangat sukses. 

Semua pemberontakan dihapuskan, perpecahan disatukan, perselisihan dihapuskan. Islam dapat mempertahankan kekuasaan Arab di Spanyol selama pemerintahan Abdurrahman III. Ia meninggalkan kesan sejarah yang signifikan di semenanjung Iberia dan seluruh Eropa. 

Masa kekhalifahan Abdurrahman III dilanjutkan oleh puteranya yaitu Al-Hakam II (961 - 976 M) dan putera dari Al-Hakam II yaitu Hisyam II (976 - 1009 M). Pada tahun 1013 M, Spanyol telah terpecah menjadi negara-negara kecil.

Periode keempat (1013 - 1086 M), Spanyol telah terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan, raja-raja golongan atau Muluk Al-Thawaif memerintah lebih dari 30 negara kecil ini. 

Kota-kota ini termasuk Sevilla, Cordoba, Taledo, dan sebagainya. Selama periode ini, komunitas Islam di Spanyol kembali terlibat dalam konflik internal. Ironisnya, salah satu pihak yang bertikai meminta bantuan raja-raja Kristen jika perang saudara terjadi. Namun demikian, kehidupan intelektual masih berkembang selama periode ini. Para akademisi dan sastrawan mendapatkan perlindungan dari istana ke istana.

Periode kelima (1086 - 1248 M), selama periode ini, Islam di Spanyol masih terbagi menjadi beberapa negara, tetapi satu kekuatan berkuasa: Dinasti Marurabithun (1086 - 1143 M) dan Dinasti Muwahhidin (1164 – 1235 M).

Periode keenam (1248 - 1492 M), Dinasti Ahmar, juga dikenal sebagai Daulah Nasriyah, hanya menguasai Granada selama periode ini. Dinasti ini yang membangun Istana Alhambara di Granada. Peradaban kembali berkembang, seperti yang terjadi pada masa Abdurrahman An-Nasir. 

Namun, secara politik, dinasti ini merupakan pertahanan terakhir Spanyol dan berakhir karena konflik kekuasaan di istana. Abbas Muhammad tidak senang dengan ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai raja. Ia memberontak dan berusaha mengambil alih pemerintahan. 

Abu Abdullah meminta bantuan Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya setelah ayahnya terbunuh dalam pemberontakan itu. Dua raja Kristen ini dapat mengalahkan raja yang sah, dan Abu Abdullah menjabat sebagai raja. 

Setelah menikah, Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan Kristen besar, Aragon dan Castillia. Mereka bersatu untuk memerangi kerajaan Granada pada tahun 1492 M, tetapi pada akhirnya mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abu Abdullah, yang tidak mampu menahan serangan-serangan penguasa Kristen. Pada akhirnya, mereka kalah dalam peperangan, dan Abu Abdullah menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, dan hijrah ke Afrika Utara.

Setelah kerajaan Bani Ahmar runtuh pada tahun 1492 M, kekuasaan Islam di Spanyol berakhir, dan orang-orang yang tinggal kemudian dipaksa untuk memeluk agama Nasrani oleh paus-paus Romawi. 

Jadi, beberapa orang menjadi nasrani dengan terpaksa, beberapa dibunuh, dan beberapa orang tetap memeluk agama nenek moyangnya secara rahasia. Pada tahun 1609 M, mungkin tidak ada lagi orang Islam di wilayah ini. Namun, Islam telah menguasai selama hampir tujuh setengah abad lamanya.

*) Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prodi Tasawuf dan Psikoterapi 

Referensi:

Aisah, Siti dan Suparni. “Sejarah Peradaban Islam di Andalusia (Spanyol) dan Pengaruhnya di Eropa”. Makalah Sekolah Tinggi Agama Islam Nida El Adabi, Tangerang, 24 Juni 2022.

Universitas Islam An-Nur Lampung, “Sejarah Daulah Umayyah 2 di Spanyol, Pembentukan hingga Keruntuhannya”, dalam Sejarah Daulah Umayyah 2 di Spanyol, Pembentukan hingga Keruntuhannya – Universitas Islam An Nur Lampung (an-nur.ac.id) Diakses 6/7/2024.


 


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال