Al-Mas'udi Ilmuwan Islam Pemimpin Para Sejarawan

Al-Mas’udi wafat di Fustat, Mesir tahun 956 Masehi. Ia merupakan ahli geologi, sejarah, geografi, zoologi, tokoh ensiklopedia sains Islam dan dikenal sebagai pengembara dunia. Ia juga mempelajari ilmu kalam, ahlak, politik dan bahasa. Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Husein bin Ali al-Mas’udi. Ia mendapat gelar Imam al-Mu’arrikhin (pemimpin para sejarawan) oleh Ibnu Khalikan (608 H/1211 M-681 H/1282 M), sejarawan Muslim. Ia dijuluki Hedrotus (ahli sejarah Yunani).


Kehidupan Al-Mas'udi

Sebagian sejaarwan berpendapat bahwa ia lahir di Baghdad pada akhir abad ke-9 dan meninggal dunia di Fustat pada tahun 956. Namun Ibnu Nadim dalam kitabnya Al-Fihrist (Indeks) menyebutnya berasal dari Magribi, Afrika Utara. Oleh karena itu, Ahmad Rahadhan Ahmad (ahli sejarah) dalam karyanya ar-Rihlah wa ar-Rahalah al Muslimun (Wisata dan Para Penjelajah Muslim) menyimpulkan dari dua pendapat di atas ada dua kemungkinan. Pertama, keluarganya datang dari Maghribi ketika ia masih kanak-kanak dan kemungkinan menetap di Baghdad. Kedua, keluarganya datang dari Maghribi dan telah menetap di Baghdad ketika ia lahir.

Setelah menyelesaikan pendidikan pertama yang diterimanya dari ayahnya, Al-Mas’udi segara merencanakan mendalami sejarah, adat istiadat, kebiasaan dan cara hidup disetiap negeri. Ia juga banyak mempelajari ajaran Kristen dan Yahudi sejarah Barat dan Timur yang berlatar belakang Kristen dan Yahudi. Negeri pertama yang dikunjungi adalah Iran dan Kirman (915). Ia kemudian bermukim di Ushtukhar, Persia dan dari sana pergi ke India, mengunjungi Multan dan al-Mashura. Bersama para pedagang, ia melanjutkan pengembarany ke Ceylon (Sri Lanka) dan ikut mengarungi Laut Cina.

Dalam perjalanan pulang ia mengelilingi Samudra Hindia dan kemudian mengunjungi Oman, Zanzibar, Pesisir Afrika Timur, Sudan dan Madagskar. Pada tahun 925 ia kembali mengadakan perjalanan ke beberap negeri seperti Tiberias (Suriah) dan Palestina serta tahun 943 ke Anitoch (Suriah). Ia juga mengelilingi negeri-negeri Irak dan Arab Selatan. Sepuluh tahun terakhir hidupnya dilalui di Suriah dan kemudian di Mesir, tempat ia meninggal dunia.

Karya Kitab Al-Mas'udi

Ia menulis banyak karangan namun sebagian besar tidak ditemukan lagi. Yang sampai ke tangan kita hanya berupa ringkasan. Karyanya yang  diketahui sebagai berikut : (1). Zakhaa’ir Ulum wa Ma Kana Fi Sa’ir ad-Duhur (Khazanah Ilmu Pada Setiap Keilmuan). (2). Al-Istizkar Lima Marra fi Salif al-A’mar (tentang peristiwa masa lalu). Kedua karyanya ini telah diterbitkan kembali di Najaf tahun 1955. (3). Tarikh fi Akhbar al-Ummam min al-‘Arab wa al-‘Ajam (Sejarah Bangsa Arab dan Persia). (4). Akhbar az-Zaman wa Man Abadahu al-Hidsan min al-Umam al-Madiyah wa al-Ajyal al-Haliyah wa al-Mamalik ad-Dirasah, tentang sejarah umat manusia dan berbagai bangsa serta kerajaan-kerajaan mereka. Buku yang terdiri dari 30 Jilid ini tidak seluruhnya sampai ke tangan generasi sekarang. Yang ada hanya dalam bentuk ringkasan namun tidak diketahui pengarangnya.

Beberapa manuskrip menyebutkan bahwa ringkasan itu justru merupakan jilid pertama dari kitab ini. Meskipun demikian, materinya termuat dalam dua karyanya berikut (5). Al-Ausat berisi kronologi secara umum. (6). Muruj az-Zahab wa Ma’adin al-Jawhir (Pandang Rumput Emas dan Tambang Batu Permata) disusun tahun 947 M. Kitab ini terdiri atas dua bagian besar.

 Pertama berisi sejarah penciptaan alam dan manusia, sifat-sifat bumi, laut, peristiwa-peristiwa luar biasa, riwayat-riwayat nabi-nabi, sejarah bangsa-bangsa kuno dengan agama dan alirannya serta adat istiadat maupun tradisi. Al-Mas’udi banyak mengutip sejarawan sebelumnya.

Kedua, berisi sejarah Islam dimulai akhir masa al-Khulafa ar-Rasydin (empat Khalifah besar) sampai awal masa pemerintahan Khalifah Al-Muti dari Dinasti Abasiyah. Ia menjelaskan kehidupan Bani Hasyim di wilayah kekuasaan Abbasiyah, kehidupan para budak laki-laki dan wanita, Mawali (orang asing terutama Persia), kehidupan masyarakat umum, pembangunan seperti Istana serta segala perlengkapannya, kebiasaan para pembesar dan adat istiadat serta tradisi negeri-negeri yang dikunjunginya.

Pembagian Bumi 

Al-Mas’udi juga memaparkan pembagian bumi ke dalam beberapa wilayah. Menurutnya bentuk daratan dan lautan menyerupai segmen sebuah bola. Kitab yang sekarang dianggap sebagai Kitab Turas (Khazanah Islam Klasik) ini diterbitkan tahun 1866 di Bulaq dan tahun 1895 di Cairo. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh C.B de Maeynard dan P. de Courreille menjadi 9 jilid (Paris, 1861-1877). Sebelumnya, jilid satu dari kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh A. Sprenger (London, 1841). Pada tahun 956 M, Al-Mas’udi sebenarnya telah menyelesaikan penulisan sebuah kitab yang konon cakupannya lebih luas dari kitab di atas, tetapi kitab tersebut belum berhasil ditemukan kembali.

Karyanya ketujuh yaitu at-Tanbil wa al-Israf (Indikasi Revisi) ditulis tahun 956 M. Kitab yang merupakan ringkasan dan membuat beberapa revisi dari tulisannya yang lain juga memuat pandangan filsafatnya tentang alam dan sejarah. Ia memaparkan pemikirannya tentang evolusi alam yaitu dari mineral, tanaman, hewan sampai ke manusia. Sebagai contoh evolusi itu, ia berpendapat bahwa Jerapah adalah hibrida dari Unta dan Macan Tutul (Panter).

Pendapatnya ini berbeda dengan pendapat dengan ilmuwan Islam lainnya yaitu al-Jahiz dan Abu Yahya al-Qazwini yang mengatakan bahwa Jerapah adalah hibrida dari Unta betina liar dan Hena jantan. Kitab ini telah diedit oleh M.J de Goeje (Leiden, 1894) dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh Carra de Vaux (Paris, 1897). Selain kitab-kitab tersebut, beberapa karya al-Mas’udi yang tidak ada sampai sekarang adalah al-Istinsar (Kebangkitan), az-Zahi (Masa Kecemerlangan), al-Istinsar al-Mufrad li Firaq al-Khawarij (Kemenangan Tunggal Melawan Kelompok-Kelompok Khawarij), al-Qadaya wa at-Tajarib (Peristiwa dan pengalaman), Mazahir al-Akhbar wa Tara’if al-Asar (Fenomena dan Peninggalan Sejarah) dan As-Safwah fi al-Imamah (Tentang Kepemimpinan).

Metode Penulisan Sejarah 

Dalam penulisan sejarah, berbeda dengan sejarawan lainnya pada masa itu yang menggunakan pendekatan al-hauliyyat (at-Tarikh ‘ala as-sininn, penulisan berdasarkan tahun), al-Mas’udi menggunakan pendekatan at-Tasnif al-Maudu’i (tematik). Dalam pemaparan sejarah, ia menyajikan materi dengan menarik, diramu bersama peristiwa politik, peperangan dan informasi tentang masyarakat dan adat istiadatnya, di samping pembahasan geografis. Dalam hal ini banyak diikuti oleh  sejarawan yang datang kemudian termasuk Ibnu Khaldun.

Al-Mas’udi disebut sebagai pengikut Muktazilah dan ia juga disebut sebagai Syiah karena ia sering memuji-muji Ahlul Baith Nabi dan 12 Imam Syiah dengan merujuk kitabnya yaitu Muruj az-zahab tetapi kitab yang menyebutkan bahwa al-Mas’udi merupakan syiah ataukah Muktazilah tidak dapat ditemukan saat ini, sedangkan ada Ulama menyebutkan bahwa al-Mas’udi adalah suni karena ia menulis kitab yang memuji-muji Khalifah rasyidin. Terlepas Syiah, Suni ataukah Muktazilah yang pasti Al-Mas'udi merupakan ilmuwan besar Islam yang ilmunya menjadi rujukan Barat dan Timur.


Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال