Peran dan Tujuan Filsafat Pendidikan Islam

Penulis: Tifani Nur Izzah*

KULIAHALISLAM.COM - Perkembangan filsafat (pemikiran falsafati) dalam dunia Islam, telah menghasilkan berbagai macam alternatif jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan-pertanyaan hakiki problema hidup dan kehidupan manusia tersebut, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan manusia dengan Tuhan. 

Pendidikan dalam Islam adalah sesuatu yang khusus hanya untuk manusia. Demikian menurut Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pendidikan Islam secara filosofis seyogianya memiliki konsepsi yang jelas dan tegas mengenai manusia. 

Jika pendidikan dalam Islam hanya untuk manusia, lalu manusia yang bagaimana yang dikehendaki pendidikan Islam? Marimba menyebutkan bahwa manusia yang dikehendaki oleh pendidikan Islam adalah manusia yang berkepribadian muslim. 

Sementara itu Al-Abrasy berpendapat bahwa manusia yang ingin dibentuk oleh pendidikan Islam adalah “manusia yang mencapai akhlak sempurna.” Beliau juga berpendapat bahwa pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan utama dari pendidikan Islam. Dari ini semua, M Natsir menyimpulkan bahwa pendidikan Islam yaitu merealisasikan tujuan hidup muslim itu sendiri, yaitu penghambaan sepenuhnya kepada Allah SWT. 

Sebagimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah Allah di alam semesta. Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri. Untuk dapat mendidik diri sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri. Apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya. Problema berikutnya bahwa manusia berhadapan dengan alam dan lingkungannya. 

Adanya ketentuan-ketentuan dasar wahyu yang dijadikan landasan pemikiran filsafat pendidikan Islam, filsafat pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pendidikan didasari lima prinsip utama yaitu pandangan terhadap alam, pandangan terhadap manusia, pandangan terhadap masyarakat, pandangan terhadap pengetahuan manusia, dan pandangan terhadap akhlak. Secara singkat Hasan Langgulung merangkumi tujuan pendidikan menurut Al-Abrasyi menjadi lima tujuan umum, yaitu:

  1. Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia, kaum Muslimin dari dahulu kala sampai sekarang setuju, bahwa pendidikan akhlak adalah inti.
  2. Untuk persiapan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam bukan hanya menitikberatkan pada keagamaan saja, atau pada keduniaan saja, tetapi pada keduanya.
  3. Untuk menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingintahuan dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
  4. Untuk menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu dan keterampilan pekerjaan tertentu agar ia dapat mencari rizki dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian dan keamanan. 

Menurut John Dewey, tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu means dan ends. Means merupakan tujuan yang berfungsi sebagai alat yang dapat mencapai ends. Means merupakan tujuan “antara” sedangkan ends adalah tujuan “akhir.”

Dengan kedua kategori ini, tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria, yaitu tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi yang sudah ada, tujuan itu harus fleksibel yang dapat disesuaikan dengan keadaan, tujuan harus mewakili kebebasan aktivitas. Apabila tujuan tidak mengandung nilai, bahkan dapat menghambat pikiran sehat peserta didik, dan itu dilarang. Menurut Umar Muhammad al-Toumi al-Syaibani tujuan khas pendidikan Islam itu meliputi:

  1. Memperkenalkan kepada generasi mudah akan akidah-akidah islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah-akidah agama dan menjalankan serta menghormati syiar-syiar agama.
  2. Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri para pelajar terhadap agama, termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia. 
  3. Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, dan kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab dan hari akhirat berdasarkan paham kesadaran dan keharusan perasaan.
  4. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan, dan untuk mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan.
  5. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Alqur’an, berhubungan dengannya, membacanya dengan baik, memahaminya dengan mengamalkan ajaran-ajarannya.
  6. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah dalam diri mereka, menguatkan perasaan agama dan dorongan agama serta akhlak dalam diri mereka, menyembuhkan hati, dengan kecintaan zikir, takwa, dan takut kepada Allah.

Sebagai gagasan, filsafat pendidikan Islam juga memberi kontribusi bagi para pemikir pendidikan Islam untuk mengembangkan kajian mereka mengenai pendidikan Islam dalam berbagai aspek yang memungkinkan pengembangan kajian ini kemudian ikut melahirkan berbagai teori tentang pendidikan islam serta praktik-praktik dalam penyelenggaraan pendidiksn Islam. 

Secara garis besarnya, filsafat pendidikan Islam membantu munculnya produk pemikiran yang berkaitan dengan pendidikan teoritis dan pendidikan praktis. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dari setiap sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat Islam. 

Disamping itu filsafat pendidikan Islam, juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika umat Islam, dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.

*) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال