Mental Health dalam Perspektif Alqur’an

Penulis: Aulia Fajar Nur Hasanah*

KULIAHALISLAM.COM - Pencapaian suatu negara dalam memberikan jaminan di bidang kesehatan dapat menjadi indikator untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan sebuah negara. Pemerintah mewujudkan kesehatan masyarakat dengan berbagai upaya, diantaranya adalah memberikan jaminan kesehatan dalam program BPJS dan peningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan. 

Dari sekian banyaknya masalah kesehatan, akhir-akhir ini bisa disebut sedang trend atau marak para pemuda-pemudi yang bunuh diri karena kurang sehat keadaan mentalnya. Pada zaman ini, di era digitalisasi yang bisa membawa berbagai dampak positif dan negatif pada pola pikir, hendaknya kita lebih memperhatikan akan kesehatan mental seseorang.

Kesehatan mental sangat penting untuk selalu dijaga, karena fisik yang kuat tak akan berarti tanpa mental jiwa yang sehat. Kondisi kehidupan yang tidak semestinya dapat menimbulkan konflik psikis, dimana terjadi ketimpangan antara tuntutan sosial dan kesepian mental untuk menghadapi tuntutan itu. 

Bila konflik psikis tersebut terjadi terus menerus dan berkepanjangan maka akan menimbulkan problem kehidupan misalnya kesepian, kecemasan, perilaku menyimpang atau munculnya gejala psikosomatis. Berdasarkan data dari laman resmi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) menyatakan bahwa sebanyak 64,3% dari 1.522 orang responden memiliki masalah psikologi cemas atau depresi.

Kesehatan mental mempunyai hubungan yang erat dengan keimanan serta upaya dalam memperoleh dan menjaga kesehatan mental. Dengan keimanan yang tinggi disertai sikap sabar, ikhlas, syukur, ridha, dan takwa serta mengoptimalkan potensi diri melalui zikir dan amal saleh maka akan diperoleh kesehatan mental yang ditandai dengan ketentraman dan ketenangan hati serta kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, serta Alqur’an merupakan psikoterapi bagi penyakit jiwa dan penyakit psikosomatik.

Kedua, konsep kesehatan mental M. Quraish Shihab mempunyai relevansi terhadap kesehatan mental modern berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham H. Maslow. Akidah dan spiritualitas berada pada tingkat kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri, dan kenikmatan dunia berada pada tingkat kebutuhan paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis. 

Konsep kesehatan mental perspektif penafsiran M. Quraish Shihab berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow dapat diuraikan sebagai berikut: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih saying, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Konsep Alqur’an Tentang Kesehatan Mental Perspektif Tafsir Al-Misbah salah satunya pada ayat Alqur’an yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan dirinya serta pengembangan dan memanfaatkan potensinya dalam bentuk amr ma’ruf wa nahi munkar atau sebaliknya mengutamakan hawa nafsu yang ada pada dirinya. Firman Allah SWT : dalam QS. Al-Imran (3): 110

Artinya: ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Imran: 110). 

Menurut Quraish Shihab, dalam tafsir Al Misbah bahwa ayat di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah kalian sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia jika kalian semua menunaikan syarat-syarat-Nya, dan beriman kepada Allah, yang dilahirkan untuk syarat yang telah Allah tetapkan, jadi penafsiran ayat tersebut adalah kalian sebaik-baiknya umat yang memerintahkan manusia kepada yang ma’ruf, melarang manusia yang munkar pada zaman kalian. (Shihab, M. Q, 2002)

Dalam riwayat lain, “orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dari pada orang mukmin yang lemah.” (HR. Muslim). 

Maka dari itu untuk menjadi mukmin yang kuat harus mengetahui cara menjaga kesehatan mental menurut Alqur’an dan hadis, diantaranya adalah yang pertama dengan selalu mengingat Allah SWT, yang kedua adalah istiqomah dalam beribadah dan dalam kondisi apapun, yang ketiga dapat mengalahkan hawa nafsu, yang keempat memperbanyak amal kebaikan, yang kelima dengan mengingat kehidupan akhirat.

*) Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال