Firasat Manusia Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi

Penulis: Moh. Ainur Rofiq*

KULIAHALISLAM.COM - Firasat adalah kata yang tak asing dikalangan manusia. Bayangkan kata firasat pada diri kita tak lain adalah insting, garizah, feeling, rasa, naluri, perasaan, dugaan, dll. Kata firasat biasanya digunakan pada orang yang sedang merasakan atau melihat sesuatu, seperti “saya berfirasat akan turun hujan sore ini”. 

Firasat pada kalimat tersebut bisa jadi benar, mungkin terlihat seperti meramal, namun firasat tersebut bisa dirasakan dari hawa atau suhu pada suatu tempat, jadi firasat tentang hujan tersebut bukan sekadar menebak, akan tetapi kemampuan firasat seseorang.

Namun berbeda dengan anggapan sebagian awam, orang yang firasatnya kuat pasti diyakini mempunyai ilmu yang tinggi, karena tidak semua orang bisa memiliki firasat yang tajam dan akurat. Wajar jika disebuah kawasan terdapat orang yang dihormati. 

Biasanya orang tersebut  adalah sesepuh yang dimuliakan karena kealimannya seperti Kiai di sebuah desa yang dimuliakan karena dianggap waliyullah, orang yang dianggap waliyullah oleh masyarakat pastinya memiliki karamah atau keistimewaan, biasanya dipercaya dapat menyembuhkan penyakit jasmani seperti terapi tradisional dan penyakit rohani seperti ruqyah.

Pada pembahasan ini penulis tidak akan membahas banyak mistisisme, dikarenakan pembahasan hal mistis pastinya tidak bisa dinalar dan sulit untuk diterima. Mistisisme bukanlah sesuatu yang dipelajari, tapi sebuah pengalaman yang setiap pelakunya mempunyai lika-liku hidup tersendiri. 

Perlu diketahui bahwasanya ilmu firasat bukanlah ilmu yang baru ditemukan, namun sudah ada sejak zaman nabi-nabi terdahulu. Ibnu Mas’ud  menjelaskan bahwa ada tiga orang yang memiliki firasat tertajam. Pertama, al-Aziz terhadap Nabi Yusuf. Kedua, putri Nabi Syuaib perihal Nabi Musa. Ketiga, Abu Bakar terhadap Umar. 

Dalam Riwayat lain, Ibnu Mas’ud menambahkan orang keempat, yaitu istri Fir’aun kepada suaminya Ketika melihat Musa. Jadi, walaupun istilah ilmu firasat belum ada pada zaman itu, namun pemilik ilmu tersebut sudah ada. Firasat yang diperoleh bukan dari belajar, namun sebuah cahaya yang langsung diperoleh dari Allah. Dari sekian banyak perspektif firasat, penulis akan membahas tentang firasat manusia menurut Imam Fakhruddin Ar Razi.

Imam Fakhruddin Ar Razi (554-606 H/1150-1210 M), bernama asli Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husain at-Taimi al-Bakri, lahir di kota Ray (Iran) dan wafat di kota Herat (Afghanistan). Beliau bergelar Sang Imam, Fakhruddin, ar-Razi, dan Syekhul Islam, juga terdapat nisbah yang disematkan kepada beliau seperti Abu Abdillah, Abu-al Ma’ali, Ibnu Khatib ar-Ray, dan Ibnu Khatib.

Menurut Imam Fakhruddin ar-Razi firasat adalah menganalisis atas keadaan-keadaan batiniah (yang tak terlihat) berdasarkan pertanda-pertanda lahiriah (yang kasat mata). Keutamaan dari firasat tersebut adalah dapat menangkap berbagai hal dengan cara-cara tertentu secara cepat. 

Abu Al Qasim ar-Raghib menyatakan bahwasanya kata firasat diambil dari perkataan sehari-hari orang-orang Arab yang berbunyi, ‘farasa as-sabu’u asy-syaata atau binatang buas itu telah menangkap seekor domba dengan cepat. Imam Fakhruddin ar-Razi menjelaskan ilmu firasat dalam tiga pembahasan. 

Pertama, ar-Razi akan menjelaskan firasat dan mizaj (kepribadian), kedua, ar-Razi akan memaparkan tanda-tanda kepribadian, ketiga, ar-Razi akan menjelaskan bagian-bagian tubuh tertentu yang dapat menunjukkan karakter seseorang. 

Firasat dan Mizaj (Kepribadian)

Arti dari firasat tak lain adalah analisa hal batiniyah berdasarkan tanda lahiriah, sedangkan mizaj sendiri berarti kesiapan jasmaniah dan pola pikir tertentu. Firasat dan mizaj bersifat kausalitas atau saling timbal balik. Tanda ini bisa dilihat dari kondisi lahir dan batin yang mempengaruhi kepribadian seseorang. 

Mengapa bisa demikian? Karena pada dasarnya bentuk fisik dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh kepribadiannya. Maka dari itu, ilmu firasat dapat memastikan kepribaadian seseorang melalui bentuk fisik dan perilakunya. Tak heran jika ada orang yang mengetahui karakter seseorang hanya dengan melihat fisiknya.

Ilmu firasat dibagi menjadi dua, yaitu firasat tanpa tanda dan firasat berdasarkan tanda. Pertama, firasat tanpa tanda adalah firasat yang tiba-tiba muncul dengan sendirinya dari hati lalu mengetahui watak atau kepribadian seseorang secara langsung tanpa tanda-tanda fisik atau panca indra. 

Kemampuan seperti ini tidak dimiliki oleh sembarang orang, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memilikinya. Kemampuan firasat jenis ini biasa disebut karamah, yang dimana terdapat tingkatan tersendiri bagi para pemiliknya. Asal kemampuan ini diperoleh langsung dari Allah berupa nur ilahi, karena firasat pada dasarnya adalah perwujudan cahaya sang Khaliq yang dimiliki hambanya sesuai kekuatan iman. 

Semakin kuat iman seseorang, maka semakin tajam firasat yang dimiliki. Kedua, firasat berdasarkan tanda adalah firasat yang berupa ilmu untuk mengetahui perilaku yang tak terlihat berdasarkan tanda-tanda yang tampak. Pokok ilmu ini disandarkan pada ilmu fisika dan pernyataan yang sudah diuji dengan berbagai eksperimen. Ilmu firasat ini bersifat pasti dan cabangnya bersifat spekulatif atau perkiraan.

Dalam ilmu firasat, terdapat dalil-dalil yang memperkuat keutamaan ilmu ini. Dalil tersebut ditinjau dari aspek naqli dan aqli. Pada dalil naqli, terdapat dua sumber, yaitu Alquran dan sunah. Dari segi Alquran terdapat pada surah Al Hijr 15:75 yang berbunyi: 

إِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْمُتَوَسِّمِيْنَ

“Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (Kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda (al-mutawassimûn).”

Kemudian dari sunah, antara lain sabda Rasulullah, “Jika memang di dalam umat ini ada sosok muhaddats (orang yang mendapat bisikan Tuhan), dia adalah Umar.”

Dari segi aqli terdapat tiga dalil, diantaranya:

Pertama, manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang membutuhkan satu sama lain dan tidak akan lepas untuk berinteraksi walaupun berbeda kepribadian. Dari perbedaan inilah ilmu firasat dibutuhkan untuk mengetahui baik buruknya seseorang.

Kedua, para pelatih binatang dapat mengetahui watak suatu binatang dari ciri fisiknya. Jika hal ini dapat diterapkan pada hewan, pasti juga dapat diterapkan pada manusia. Keahlian ini pasti membutuhkan pengalaman, sehingga dapat mengetahui karakter suatu binatang. Begitu juga dengan memahami karakter manusia, maka sangat memungkinkan untuk mempelajari seluruh ciri fisik manusia agar mudah untuk memahami kepribadian seseorang.

Ketiga, landasan ilmu firasat adalah ilmu alam (al-‘ilmi ath-thabi’i) yang dimana semua teorinya sudah diuji dalam eksperimen. Pada hal ini, ilmu firasat tak beda jauh dengan ilmu kedokteran. Sehingga setiap kritik yang dituju pada ilmu firasat sama halnya dituju pada ilmu kedokteran.

Tanda-tanda Kepribadian

Setiap insan yang hidup di muka bumi pasti memiliki kepribadian masing-masing, dan setiap individu pasti mempunyai ciri khas tersendiri. Dari setiap watak yang berbeda, manusia dapat mengetahui perbedaan dan keunikan masing-masing. Terdapat dua kategori kepribadian manusia, yaitu kepribadian ideal dan tidak ideal.

Kepribadian ideal adalah kepribadian yang dianggap sempurna dari segi aktivitas mental, daya gerak, daya bentuk, daya tumbuh, daya serap, daya cerna, dan daya tahan. Sedangkan kepribadian tidak ideal adalah kepribadian yang tidak seimbang postur dan struktur tubuhnya, seperti orang yang perutnya buncit, kepalanya besar sekali atau kecil sekali, bertubuh pendek, dan masih banyak ciri lain yang menunjukkan ketidakseimbangan anggota tubuh.

Disamping itu, perlu diketahui bahwa terdapat empat ciri kepribadian manusia, diantaranya adalah sanguinis (panas), plegmatis (dingin), melankolis (basah), dan koleris (kering). Disetiap ciri tersebut, terdapat keidentikan tersendiri, seperti sanguinis yang identik gesit, plegmatis yang identik lamban, melankolis identik dengan indra yang tidak peka, dan koleris yang identik dengan kepekaan indranya. 

Selain yang disebutkan, terdapat juga kepribadian yang menggabungkan dua ciri diantara keempat ciri tersebut, seperti kepribadian sanguinis-koleris, sanguinis-melankolis, plegmatis-koleris, dan plegmatis melankolis. Dari sekian banyak ciri kepribadian manusia, orang yang berkepribadian ideal mempunyai kondisi tubuh panas yang sedang.

Bagian-bagian Tubuh

Setiap manusia tentu mempunyai organ-organ tubuh yang befungsi sebagaimana biasanya. Namun, organ-organ tersebut juga dapat menjadi petunjuk berbagai kondisi psikis seseorang. Dalam ilmu firasat, kepribadian seseorang dapat diketahui melalui organ tubuhnya melalui tanda-tanda yang tampak, terutama pada wajah. Dari seluruh organ tubuh manusia, daerah yang menjadi petunjuk paling kuat terdapat pada kepala. Sebab yang menjadikan kepala sebagai tanda terkuat dikarenakan beberapa faktor, diantaranya:

Pertama, semua pemahaman dan ingatan terletak di dalam otak yang ada pada kepala. Sumber pikiran juga terdapat pada kepala yang menunjukkan sumber bagi seluruh indra, sehingga hal itu menunjukkan bahwa kepala adalah anggota tubuh paling sempurna untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala-gejala psikis seseorang.

Kedua, wajah adalah letak dari kebagusan dan keburukan seseorang. Hal itu dapat dilihat dari kondisi tubuh seseorang. Orang yang memiliki kesempurnaan kondisi tubuh disebabkan oleh kebaikan, sedangkan orang yang memiliki kekurangan kondisi tubuh disebabkan oleh keburukan. Maka dari itu, baik buruknya seseorang dapat dilihat dari wajah.

Ketiga, wajah adalah petunjuk yang sangat kuat karena terdapat beragam penampakan dibagian wajah. Tak hanya itu, tampakan dari wajah dapat menjadi petunjuk akhlak batiniah. Uniknya, disetiap individu pasti memiliki berbagai emosional, dan emosional itu dapat menimbulkan warna yang berbeda, seperti orang yang malu, pasti menampilkan mimik wajah dan warna tertentu. 

Kesimpulan

Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri dan membutuhkan satu sama lain, jika manusia hidup sendiri tanpa membutuhkan orang lain, maka akan kesulitan dalam bertahan hidup. Setiap manusia pasti memiliki ciri khas yang beragam, dan dari keberagaman itulah terwujudnya kebutuhan sesama. 

Di sisi lain, manusia juga memiliki kepribadian atau watak yang tidak bisa dipahami secara langsung. Namun kondisi tersebut tidak berlaku pada sebuah ilmu yang dapat membaca watak manusia. 

Ilmu tersebut tak lain adalah firasat, yang dimana manfaat ilmu tersebut dapat mengetahui kepribadian orang lain hanya dari tanda-tanda yang tampak, khususnya dari wajah yang tak bisa ditutupi kebohongannya. 

Kepribadian manusia dapat dilihat dari tanda-tanda yang tampak dan organ-organ tubuh tertentu. Namun terdapat golongan manusia yang memiliki kemampuan melihat kebenaran seseorang hanya dengan sebuah cahaya yang ada pada hatinya, golongan tersebut adalah hamba Allah yang kuat imannnya.

*) Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Tasawuf

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال