Urgensi Pendidikan Bagi Perempuan



Penulis: Salma Anindria Putri*

KULIAHALISLAM.COM - Mencari ilmu merupakan hal yang wajib dilakukan bagi setiap orang muslim, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW. “tholabul ilmi faridhotun ‘alaa kulli muslimin wa al-muslimat” terlebih mencari ilmu yang membahas tentang Islam, baik ilmu akidah, tasawuf, dan juga fikih. 

Mengapa sih kita diwajibkan untuk mencari ilmu? Mengapa kita harus sekolah? Mengapa kita harus mengaji? 

Jadi, jawabannya adalah karena ilmu sebagai penentu kita dalam melakukan sesuatu yang baik dan buruk. Dengan ilmu, kita mampu beramal, bersedekah, membantu, dan lain-lain. Coba saja kita bayangkan, apabila kita tidak pernah mengenyam bangku sekolah, tidak pernah mengaji, tidak pernah mendapat atau mendengar ilmu, maka kita pasti tidak mengerti apapun, tidak bisa membedakan sesuatu yang baik ataupun buruk. Apalagi, kita kan sebagai calon ibu, calon pendidik bagi anak-anak kita. Jadi, kita harus memiliki ilmu dan semangat dalam mencari ilmu. 

Coba renungkan, apabila seseorang wanita tidak memiliki ilmu yang bagus, bagaimana ia akan mendidik anak? Bagaimana anak itu dapat tumbuh dan berkembang menjadi calon-calon pemuda yang saleh salehah, sedangkan ibunya saja tidak memiliki ilmu yang bagus, tidak dapat menjadi pendidik yang benar. 

Apalagi, terdapat kata pepatah “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” jadi dapat kita pahami bukan, bahwa anak kita tak akan jauh dari sikap kita. Bahkan sudah ada hadis nya juga. Bahwasanya rusak dan majunya negara tergantung dari wanita-wanita yang menghuni negara itu. 

Al-mar’atu ‘imaadu al-bilad, idzaa soluhat al-mar’ah soluhat al-bilad, wa idzaa fasadat al-mar’ah fasadat al-bilad.” Kalo kita malas-malasan belajar, tidak pandai dalam menuntut ilmu berarti secara tidak sengaja kita menyumbang kerusakan pada negara. Sangat mengerikan bukan? 

Tapi perlu di ketahui, tidak ada proses yang instan untuk hasil yang membanggakan. Begitu juga dengan mencari dan menuntut ilmu. Dalam prosesnya, kita harus banyak berkorban (tirakat), entah itu mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran. 

Seperti yang di katakan dalam suatu hadis yang diriwayatkan Ibn Majah “uthlubul ilma walau bi al-shiin” yang artinya “tuntutlah ilmu walau sampai negeri Cina” secara tidak langsung, hadis tersebut mengisyaratkan pesan bahwa menuntut ilmu harus penuh kerelaan dan pengorbanan walaupun tempat kita menuntut ilmu itu jauh. 

Selain rela berkorban, ternyata mencari ilmu juga harus siap dengan segala tantangan dan godaan. Tak jarang kita temui, dalam mencari ilmu ada saja hal-hal yang membuat kesemangatan kita memudar. Misal: tergoda oleh laki-laki, dan sebagainya. 

Terkait godaan dalam mencari ilmu, ada sebuah kisah tentang imam Syafii sang mujtahid dari empat mujtahid mazhab. Kejadian ini berkisah tentang perjalanan beliau dalam mencari ilmu. Kisah ini diceritakan dalam kitab “i’anatu tholibiin”. 

Suatu ketika, Imam Syafii mendatangi “sowan” kepada gurunya yang bernama Syekh Waqi’. Beliau bertanya kepada gurunya “wahai syekh, aku merasa ada sesuatu yang menghalangi diriku, aku merasa kesulitan dalam menerima ilmu dan kesulitan memghafal” lalu guru beliau, Syekh Waqi’ menjawab “kau terlalu banyak berpaling dari ilmu Allah, kembalilah pada-Nya dan tinggalkan ke maksiatan.” 

Kemudian Imam Syafii merenung dan berpikir dosa apa yang telah dilakukan beliau. Dan beliau pun teringat bahwa dirinya secara tidak sengaja telah melihat seorang wanita yang tersingkap pahanya disaat wanita itu menaiki kendaraan.

Sekelas beliau saja yang melihat tanpa sengaja sudah dikatakan maksiat, lalu bagaimana dengan kita wahai saudariku sekalian ? Betapa sering kita melihat sesuatu yang tidak halal kita lihat, mendengar sesuatu yang tidak halal kita dengar ? Memakan makanan yang syubhat, yang kita sendiri tidak mengerti proses penyembelihannya? Betapa sering kita lalai juga zalim terhadap diri kita sendiri ? 

Kisah singkat dari beliau Imam Syafii harusnya sudah sangat cukup kita jadikan sebagai pengingat dan pedoman bagi kita semua agar selalu berhati-hati dalam melakukan perbuatan. 

Terdapat juga hadis yang berbunyi “al-ilmu nur wa la yahdii li al-‘asii” ilmu adalah cahaya Allah, dan cahaya Allah tidak diturunkan pada orang yang bermaksiat. Lalu bagaimana jika kita masih sering tergoda, masih sering bermaksiat dalam mencari ilmu? Apakah dapat kita hasilkan, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang baik dan benar? 

Jika tidak, bagaimana dengan anak-anak yang akan kita didik ? Dan jika ilmu kita saja tidak benar, apakah kita sudah menggugurkan kewajiban kita mencari ilmu ? Jika semua tidak berarti, apakah berarti kita tergolong sebagai wanita yang menyumbang kerusakan agama dan negara ? Na’udzubillah...

Tentu tidak wahai saudariku yang salihah.

Rasululllah Muhammad SAW bersabda “uthlubul ilmi minal mahdi ila lahdi”. Mencari ilmu itu dimulai dari buaian sampai liang lahat. Saat dimana kita pertama kali dilahirkan dan terakhir kali bernafas itulah batas waktu kita mencari ilmu. 

Jika dalam proses kita menuntut ilmu mungkin terkadang terdapat kesalahan-kesalahan kita yang tidak disengaja, toh tidak mengapa wahai saudariku, selama nafas kita masih dikandung badan, selama uthlubul ilma minal mahdi ila lahdi masih ditanamkan, selama itulah kita tergolong Sang Mujahid Ilmu Allah. Jangan lupa untuk rerus semangat dalam menuntut ilmu.

*) Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatulloh Tulungagung Program Studi Bahasa dan Sastra Arab.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال