Rasul Muhammad Sang Penebar Rahmat Semesta Alam



Penulis: Rasyida Rifa'ati Husna 

KULIAHALISLAM.COM - Misi Rasul Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam sebagai seorang utusan yang ditugaskan untuk menyampaikan risalah ad-dinul Islam kepada para umatnya tentulah tidak mudah. Dalam perjalanan dakwahnya beliau banyak mendapatkan cercaan, dianggap sebagai orang gila, tukang sihir, dan julukan-julukan yang menyakitkan hati. 

Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam dituduh oleh masyarakatnya sendiri sebagai orang yang sesat dan menyesatkan. Beliau diasingkan, dikucilkan, bahkan beberapa kali para algojo-algojo kaum kafir Quraisy berusaha untuk membunuh sang Rasul. 

Namun Rasulullah bukanlah sosok yang pemarah. Banyak dari kaumnya yang menghina dan melukai beliau. Tetapi apa balasan beliau Shallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang-orang yang berbuat buruk kepadanya? Beliau tidak menanggapinya dengan api amarah melainkan adalah kasih sayang yang berlebih.  

Ketika Sang Rasul tengah berada dalam perjalanan bersama Anas bin Malik, tiba-tiba seorang Badui menghadang keduanya, “Hai Muhammad, berikan aku hartamu!” teriak Badui sambil menarik dengan kencangnya selendang Najran dikalungan leher beliau, begitu keras tarikan tersebut hingga mencekik lehernya, seperti yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, sampai terlihat bekas guratan di leher Rasul. Tidak ada rasa amarah sedikitpun dari hati beliau yang terlalu sejuk, yang ada justru beliau tersenyum seraya memerintahkan Anas untuk memberikannya ke si-Badui itu.

Pun begitu tatkala Rasulullah sedang salat, beliau dilempari kotoran hewan oleh Abu Jahal cs dan mengejek menertawakan dengan keras. Beliau tidak mengangkat kepalanya sehingga datang putrinya Fathimah az-Zahra untuk membersihkan kotoran dari badan ayahandanya dengan menangis. 

Nabi tidak pernah membalas kejahatan kepada siapapun, malah beliau terus menerus menampakkan kebaikannya. Tidak hanya satu atau dua kali, cerita seorang tua-renta Yahudi yang saking bencinya kepada Rasul setiap beliau lewat didepannya ia meludahi dan melempari kotoran di kepala beliau, namun ketika Yahudi itu sakit malah Rasul yang merawat dan menyuapinya. 

Itu masih belum seberapa, Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam didampingi seorang pelayannya yang juga anak angkatnya Zaid bin Haritsah melakukan perjalanan ke kota Thaif yang sebagian besar pamannya berasal dari sana, demi menghindari penganiayaan yang lebih berat dari kaum kafir Quraisy, dan mengajak mereka beriman kepada Allah. 

Beliau menemui pemuka Bani Tsaqif, penguasa Thaif namun sambutan yang beliau dapat jauh diluar dugaan, bukan penerimaan yang penuh suka cita atau penolakan yang halus. Mereka bersikap sangat keras dan menghinanya, bahkan saat itu mereka berusaha mengusir beliau dengan melempar batu hingga keduanya berdarah-darah. 

Beliau Shallahu ‘alaihi wa sallam berdoa memohon perlindungan kepada Allah dengan nada getir. Allah pun mendengar doa kekasihNya itu dan mengutus malaikat penjaga gunung-gunung menawari beliau untuk melemparkan gunung-gunung kepada penduduk Thaif, tetapi apa yang dikatakan Rasul beliau tetap berada pada sifat welas asihnya semata untuk menjaga umat yang dicintainya, “Janganlah Malaikat, jikalau saat ini mereka belum menerima islam, mungkin saja kelak dari anak-turun mereka akan ada orang-orang yang beribadah kepada Allah.”

Demikianlah yang diajarkan Rasulullah dalam menebarkan cinta kasih ke seluruh penjuru dunia. “Dan tiadalah kami mengutusmu Muhammad selain untuk menjadi rahmat bagi alam semesta ini.” (QS. Al-Anbiya:107). 

Akhlaknya begitu mulia hingga malaikat pun kagum kepadanya. Kepada orang yang memusuhinya sekalipun beliau menunjukkan kebaikan dan kasih sayang. Rasulullah telah meneladankan melalui samudera akhlak karimahnya kepada para umatnya untuk senantiasa menjunjung dan menebarkan cinta kasih sebagai sumber ekspresi etika dan kemanusiaan kepada seluruh mahkluk tanpa pandang bulu. 

Jika mereka yang sungguh-sungguh mengaku sebagai pengikut beliau Shallahu ‘alaihi wa sallam, semestinya tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan akhlak yang dihamparkan sang pembawa risalah. Ia akan sangat hati-hati dalam berperilaku kesehariaannya. Ia pantang menyakiti dan menghina orang lain. 

Ia akan berusaha menjaga tangan dan lisannya dari berbuat zalim terhadap orang lain. Apabila ada yang memperlakukannya dengan buruk, lantas ia tidak membalas dengan keburukan malah dengan sifat welas asih dan kelembutan. Karena Ia telah memahami bahwa keteladanan Rasulullah adalah sebenar-benarnya semata kemaslahatan, kerahmatan, dan etika kemanusiaan tanpa sekat dan batas. 

Wallahu a’alam Bisshowab.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال