Berpikir Rasional Rene Descartes dengan Istilah “Cogito Ergo Sum”


Penulis: Nadya Afidati*

KULIAHALISLAM.COM - Rasionalisme atau berpikir rasional adalah suatu paham yang mempunyai anggapan bahwa pikiran akal merupakan satu-satunya dasar untuk menemukan kebenaran yang lepas dari jangkauan indera. Menurut Descartes akal adalah sebuah substansi yang berdiri sendiri dengan istilah saya berpikir maka saya ada (cogito ergo sum), akal itu immaterial. 

Akal adalah kesadaran dan sifatnya adalah berpikir. Rene Descartes mendapat julukan “bapak filsafat modern” karena berhasil menemukan istilah “cogito ergo sum.” Dengan istilahnya ini ia berhasil menjungkirbalikkan perhatian lama pada dunia kosmos dan teologi.(Hardiansyah A., 2013 h.233)

Metodenya adalah keragu-raguan atau kesangsian yang metodis. Semua teori atau pun pengamatan teori ia ragukan,  bahkan tubuhnya sendiripun ia ragukan, dan yang tak dapat diragukannya lagi adalah aku yang sedang berpikir. 

Kesadaran Descartes adalah kesadaran subjektif, bagi eksistensialis pengetahuan harus dikembalikan ke dalam kesadaran eksistensial sebagaimana ia meluap di dalam kesadaran aslinya.(Max Boli Sabon, h.4) dan aliran eksistensialisme ini lahir sebagai kritik terhadap materialisme dan idealisme. (Lailatul Maskhuro, 2021 h.87-99)

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi dan menganggap bahwa semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Jadi, teori ini menganggap bahwa materi adalah satu-satunya substansi. 

Adapun idealisme adalah suatu aliran filsafat yang mengagungkan jiwa. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan, yaitu dunia idea. Pokok pemikiran idealisme adalah meyakini adanya Tuhan sebagai ide tertinggi dari kejadian alam semesta ini. 

Secara luas, ungkapan ini dapat dimaknai bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan orang itu sendiri. Rasionalisme adalah salah satu bagian dalam penelaahan ilmu filsafat. Secara umum rasionalisme dipahami sebagai cabang yang mempelajari sumber-sumber watak dan kebenaran pengetahuan yang diperoleh dari penalaran akal manusia. 

Memahami Arti Rasionalisme

Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting atau sumber utama untuk mendapatkan pengetahuan yang pasti. Atau rasionalisme adalah sebuah anggapan mengenai teori pengetahuan yang menekankan atau mengutamakan akal atau rasio yang membentuk pengetahuan. 

Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Jadi dari pengertian tersebut menyatakan bahwa kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Filsafat rasionalisme ini dimotori oleh seorang filsuf yang lahir pada tanggal 31 Maret 1596 ini yang bernama Rene Descartes, dan memiliki gelar “Bapak Filsafat Modern” dan kemudian dikembangkan oleh Spinoza (1632-1677 M) dan Leibniz (1646-1716 M).(Ngismatul Choiriyah,2014 h.237-239)

Aliran filsafat rasionalisme berprinsip bahwa kebenaran atau pengetahuan yang pasti hanya dapat diperoleh dari akal budi manusia tanpa perlu adanya bantuan dari pengalaman panca-indera manusia. Melalui akal budi manusia ini pengetahuan sejati dapat diperoleh dengan benar. 

“No fact can be real and no statement true unless it has a sufficient reason why it should be thus and not otherwise.” Sebuah ungakapan yang dikatakan oleh seorang filsuf pada abad modern bernama Wilhelm Leibnitz yang berkeyakinan aliran rasionalisme. 

Segala fakta serta ungkapan yang dihasilkan melalui pengalaman inderawi tidak satupun dapat dipercaya meskipun mempunyai kebenaran yang pasti, karena bagi para penganut aliran rasionalisme memiliki anggapan bahwa pancaindera manusia memiliki keterbatasan sehingga bisa salah atau keliru dalam menghasilkan sumber pengetahuan secara absolut. (Amalia Febri Yanti, Radea Yuli A. Hambali, 2023 h.871) Kesimpulannya Rasionalisme mengajarkan bahwa suatu pengetahuan diperoleh dengan jalan berfikir.

Biografi Rene Descartes

Seorang filsuf Rene Descartes lahir di kota La Haye di wilayah Touraine. Ayahnya adalah seorang pengacara yang aktif berpolitik, sedangkan ibunya meninggal sejak kelahirannya. filsuf Rene Descartes kebanyakan menemukan ide cemerlangnya saat di atas kasur daripada saat dalam keadaan sadar, bahkan sampai pada masa tuanya pun beliau tetap melanjutkan kebiasaannya untuk terlambat bangun pagi. 

Setelah menyelesaikan pendidikannya di kota La Flech, filsuf Rene Descartes menghabiskan masa mudanya dengan bepergian ke berbagai kota seperti Belanda, Jerman, Hongaria, Swiss, Italia, hingga wafat di Swedia. Filsuf Rene Descartes berhasil menciptakan karya tulis yang sangat penting dalam bidang filsafat yang berjudul Discourse on Method; Meditations dan Principles. 

Dalam kedua karya tulis penting tersebutlah, filsuf Rene Descartes akhirnya membuat metode keragu-raguan. Bagi filsuf Rene Descartes, cara yang tepat  untuk menilai sesuatu yang pasti dan tidak dapat diragukan lagi kebenarannya ialah dengan meninjau seberapa jauh hal tersebut dapat diragukan. Bila kita mencoba untuk meragukan semuanya, tentu kita akan sampai pada hal yang mana hal tersebut tidak akan bisa diragukan lagi hingga kebenaran tersebut dapat dikatakan dengan kebenaran absolute. (Ibid., h. 874)

Rasionalisme Descartes

Rasionalisme adalah Rene Descartes atau Renatus Cartesius, pandangannya tidak pernah goyah tentang kebenaran tertinggi pada akal atau rasio manusia. Ia juga filosof yang tidak puas dengan pemikiran atau filsafat skolastik yang pandangannnya saling bertentangan dan tidak ada kepastian, maka dari itu, Ia mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. 

Jika seseorang  ragu terhadap sesuatu maka sangat jelas ia sedang berfikir. Descartes mulai berfikir keras. Ia meragukan segalanya, ia meragukan adanya dunia, adanya Tuhan, bahkan adanya dirinya sendiri pun ia ragukan. 

Akhirnya dari sini ia menyimpulkan bahwa “karena saya ragu, maka saya befikir, karena saya berfikir maka saya ada, karena saya ada maka Tuhan ada, dan orang lainpun ada”. Konsep berfikir digunakanya dalam pengertian yang sangat luas, sesuatu yang berfikir menurutnya adalah sesuatu yang meragukan, memahami, mengerti, menegaskan, menolak, menghendaki, membayangkan, dan merasakan, karena perasaan ketika muncul dalam mimpi adalah sebuah bentuk berfikir. 

Karena berfikir adalah esensi dari pikiran, maka pikiran pasti selalu berfikir bahkan ketika sedang tertidur nyenyak atau dalam kondisi tidak sadar. Bagi Descartes manusia harus menjadi titik berangkat dari pemikiran yang rasional demi mencapai kebenaran yang pasti. 

Untuk mencapai kebenaran yang pasti maka rasio harus berperan semaksimal mungkin, tidak begitu saja menerima kebenaran atas dasar pancaindera.(Ngismatul Choiriyah, h.240) Jadi, rasionalisme Rene Descartes ini mengemukakan bahwa hanya dengan berpikirlah orang akan mendapat sebuah kebenaran yang pasti dan bukan hanya berpacu pada kebenaran materi ataupun kebenaran atas dasar pancaindera.

*) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال