Peran Hadis Nabi Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Penulis: Vivi Adelia*

Abctract:   

Hadith, as a source of teachings and guidelines for Muslims, has played an important role in the development of science. Hadith is a collection of sayings, actions and agreements attributed to the Prophet Muhammad SAW. In the context of science, hadith serves as a source of inspiration and a basis for research, discussion and development of various fields of science. The role of hadith in the development of science can be seen in several aspects. First, hadith acts as a source of knowledge about the life and teachings of the Prophet Muhammad. Hadith contain information about various aspects of the Prophet's daily life, including ethics, morality, society, and law. Hadith research has helped to understand the historical, cultural, and social context in which the Prophet lived, which in turn influenced understanding of scientific concepts. Second, hadith serves as an ethical and moral guide for Muslims involved in science. Third, hadith provides a legal basis (fiqh) related to scientific and technological issues. In the hadiths, there are instructions and guidelines on issues such as inheritance, commerce, marriage, health care, and the environment. Hadith has an important role in the development of science. As a source of knowledge, ethics, law and scientific thought, hadith provides inspiration and foundation for Muslim scientists to explore and advance knowledge in various fields. By understanding and integrating.

Keywords: Hadith, Science

Abstrak: 

Hadis, sebagai sumber ajaran dan pedoman bagi umat Muslim, telah memainkan peran yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hadis adalah koleksi perkataan, tindakan, dan persetujuan yang diatribusikan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks ilmu pengetahuan, hadis berfungsi sebagai sumber inspirasi dan landasan untuk penelitian, diskusi, dan pengembangan berbagai bidang ilmu.Peranan hadis dalam perkembangan ilmu pengetahuan dapat dilihat dalam beberapa aspek. Pertama, hadis berperan sebagai sumber pengetahuan tentang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Hadis mengandung informasi tentang berbagai aspek kehidupan sehari-hari Nabi, termasuk etika, moralitas, sosial, dan hukum. Penelitian hadis telah membantu memahami konteks historis, budaya, dan sosial di mana Nabi hidup, yang pada gilirannya mempengaruhi pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah.Kedua, hadis berfungsi sebagai pedoman etika dan moral bagi umat Muslim yang terlibat dalam ilmu pengetahuan. Ketiga, hadis memberikan dasar hukum (fiqh) yang berkaitan dengan masalah-masalah ilmiah dan teknologi. Dalam hadis, terdapat petunjuk dan pedoman tentang masalah seperti warisan, perdagangan, pernikahan, perawatan kesehatan, dan lingkungan. Hadis memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai sumber pengetahuan, etika, hukum, dan pemikiran ilmiah, hadis memberikan inspirasi dan landasan bagi para ilmuwan Muslim untuk mengeksplorasi dan memajukan pengetahuan dalam berbagai bidang. Dengan memahami dan mengintegrasikan.

Kata Kunci: Hadis, Ilmu Pengetahuan.

Pendahuluan 

Manusia selalu mencari pengetahuan dan kebenaran untuk lebih memahami dunia di sekitar mereka. Kemajuan masyarakat dan peradaban manusia tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam kerangka Islam, agama ini menekankan nilai memperoleh pengetahuan dan pemahaman menyeluruh tentang kosmos di samping menawarkan bimbingan spiritual.1

Hadis, atau ucapan, perbuatan, dan perjanjian yang dilaporkan yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad, adalah salah satu sumber utama yang digunakan umat Islam untuk memahami doktrin Islam. Meskipun hadis memainkan peran penting dalam membimbing kehidupan dan perilaku umat Islam, pengaruhnya juga meluas ke bidang sains.

Tidak mungkin mengabaikan kontribusi hadis terhadap pertumbuhan ilmu pengetahuan. Hadits menawarkan instruksi tentang berbagai masalah kehidupan, termasuk etika, moralitas, hukum, dan prinsip-prinsip penting untuk pembelajaran dan penyelidikan ilmiah. Hadis juga menawarkan dasar yang kuat untuk meneliti dan belajar tentang dunia Islam.2

Kami akan mengkaji peran hadits dalam kemajuan ilmu pengetahuan dalam pengantar ini. Kita akan melihat bagaimana hadits berkembang menjadi sumber motivasi dan dasar bagi ilmuwan Muslim saat mereka melakukan penelitian, mengembangkan hukum Islam yang dapat diterapkan, mengembangkan etika ilmiah, dan mengubah metode dan pemikiran ilmiah dalam tradisi Islam.3

Kita akan dapat sepenuhnya memahami kontribusi signifikan yang diberikan hadis dalam mempengaruhi pemikiran ilmiah dan perluasan pengetahuan dalam tradisi Islam melalui pemahaman menyeluruh tentang peran hadis dalam evolusi sains.

Pengertian Hadis dan Dimensinya dalam Ilmu Pengetahuan

Pengetian Hadis mempunyai beberapa makna antara lain   الجديدartinya "yang baru” . dan   القريبyang artinya “yang dekat” dan الخبر  yang artinya ‘‘berita atau kabar”. Kata لجديد bermakna sesuatu yang baru atau modern. Perlu juga diperhatikan bahwa dalam konteks ilmu hadis, kata hadis yang dimaksud adalah sesuatu yang datang dari Rasul sementara Al-Quran datangnya dari Allah. Kata القريب bermakna sesuatu yang dekat dan belum lama terjadi, seperti yang terdapat pada kalimat ‘hadits al-‘ahad bi al-islam’ yang biasa digunakan bagi orang yang baru masuk Islam. Kata الخبر diartikan sebagai berita atau perkataan dari seseorang yang disampaikan kepada orang lain. Pemakaian kata ini telah lama dikenal pada masyarakat jahiliyyah. Namun setelah Islam datang hal ini terus berlanjut.4

Kata Hadis secara etimologi berarti ‘komukasi, cerita, percakapan baik dalam konteks agama maupun duniawi’. Di dalam Al-Quran, terdapat 23 kali penggunaan kata Hadis dalam bentuk jamak ataupun tunggal. Sebagai contohnya: Pengertian dalam konteks komunikasi religius wahyu: Q.S. Al-Zumar: 23, konteks cerita duniawi atau cerita secara umum: Q.S. Al-An’am: 68, konteks sejarah atau kisah masa lalu: Q.S. Thaha: 9, konteks cerita atau percakapan: Q.S. Al-Tahrim: 35

Secara Keseluruhan dapat disimpulkan pengertian Hadis adalah koleksi perkataan, tindakan, dan persetujuan yang diatribusikan kepada Nabi Muhammad SAW. Hadis merupakan salah satu sumber utama ajaran Islam setelah Al-Qur'an. Hadis berisi pengajaran, petunjuk, dan contoh-contoh perilaku Nabi Muhammad SAW yang dianggap sebagai contoh teladan bagi umat Muslim.6

Hadis disampaikan melalui riwayat yang mencakup rantai periwayatan (sanad) dan teks (matan). Sanad adalah rangkaian penutur hadis yang menyampaikannya dari generasi ke generasi, sedangkan matan adalah isi teks hadis itu sendiri. Para ulama hadis telah melakukan kajian dan penelitian yang mendalam untuk memverifikasi keaslian dan keabsahan hadis dengan menganalisis periwayatan dan matannya.Hadis berperan penting dalam memahami dan menjelaskan Al-Qur'an, serta memberikan panduan dalam menjalankan ibadah, etika, moralitas, hukum, dan aspek-aspek kehidupan lainnya bagi umat Muslim. Dalam konteks ilmu pengetahuan, hadis juga menjadi sumber inspirasi dan landasan bagi penelitian, diskusi, dan pengembangan berbagai bidang ilmu.7

Dimensi Hadis Dalam Ilmu Pengetahuan 

Kita akan dapat sepenuhnya memahami kontribusi signifikan yang diberikan hadits dalam mempengaruhi pemikiran ilmiah dan perluasan pengetahuan dalam tradisi Islam melalui pemahaman menyeluruh tentang peran hadits dalam evolusi sains.

Hadis, dalam bentuknya yang paling sederhana, adalah produk pengetahuan yang menyelidiki tradisi Nabi ketika beliau memberikan arahan agama kepada umat Islam melalui ucapan dan tindakan di luar halaman Al-Qur'an. Pada abad kedua Hijriah, hadis-hadis diproduksi untuk memberikan legitimasi dan normativitas pada penggunaan tradisi kenabian..8

Sebagai suatu produk ilmu, hadis disusun dengan menjadikan tradisi nabi sebagai obyek. Tradisi merupakan suatu realitas empirik yang dapat diteliti secara ilmiah. Tradisi tersebut bersumber pada perkataan, perbuatan dan sifat nabi. Penelitian terhadap tradisi ini dilakukan dengan metode tertentu dengan prosedur, aktivitas berpikir, pola kerja dan tata langkah, serta teknik dalam pegumpulkan data yang dilakukan secara sistematis. Ada dua metode utama dalam penelitian hadis pada waktu itu, yaitu metode kritik matan dan metode kritik sanad. Dari pengembangan dua metode tersebut muncul cabang-cabang ilmu hadis yang lebih spesifik, seperti rijal al hadis (membahas perawi hadis), tarikh ar-ruwat (sejarah para perawi hadis) dan al-jarh wa ta'dil (biografi perawi hadis).9

Hadis memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan melalui beberapa unsur. Hadits berfungsi sebagai sumber informasi, panduan etis untuk sains, hukum Islam saat ini, dan motivasi untuk penyelidikan ilmiah dalam iman Islam. Memahami dan mempraktikkan karakteristik ini merupakan langkah penting dalam memadukan prinsip-prinsip agama dengan sains kontemporer dan memperluas pengetahuan manusia.

C. Sekilas Tentang Ilmu Pengetahuan

Sains merupakan sumber pengetahuan yang kredibel karena telah teruji dan juga mengikuti logika yang logis. Meskipun tidak semua proses berpikir dapat dikategorikan sebagai pengetahuan ilmiah, sains adalah produk sampingan dari proses berpikir. Melamun adalah contoh pemikiran rasional, namun tidak ilmiah karena tidak metodis..10

Menurut T. Jacob, ilmu pengetahuan adalah suatu sistem yang dikembangkan manusia mengenai hidup dan lingkungannya, menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta menyesuaikan lingkungan dengan dirinya dalam rangka strategi pengembanganhidupnya. Sementara itu teknologi merupakan konsekwensi lebih lanjut yang merupakan penerapan daripada ilmu, baik modern maupun folk-science.11

Daoed Joesoef menegaskan bahwa pengetahuan tentang kebenaran merupakan landasan yang paling mungkin diturunkan dari fitrah manusia.. Nalar manusia di mana pun sama tetapi penerapannya berbeda. Bila sistem nilai berbeda antara masyarakat yang satu dengan yang lain, maka pengetahuan ilmiah dan mentalitas teknologi berbeda menurut tingkat kemajuan masyarakat yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan pembentukan ilmu pengetahuan yang tidak hanya sebagai produk tetapi lebih sebagai proses.

Sains mencari penjelasan untuk peristiwa yang diamati yang memungkinkan pemahaman lengkap tentang sifat subjek yang ada. pengetahuan yang memberi mereka kemampuan untuk memahami dan memberi mereka sarana untuk memecahkan suatu masalah.Hal ini berlaku bagi ilmu-ilmu alam maupun sosial.Meski demikian, dengan ilmu pengetahuan manusia tidak mutlak mengetahui segalanya, pengetahuan manusia tetap dalam koridor keterbatasan. Keterbatasan akan penguasaan ilmu pengetahuan mengingatkan kepada manusia bahwa ada sesuatu yang lebih tinggi darinya, yang mana akal manusia tidak mampu menjangkaunya. Orang yang skeptis terhadap pengetahuan intelektual dengan cara yang lemah lembut akan dimatikan oleh satu masalah tertentu yang tidak dapat mereka pecahkan sendiri. Dengan memahami hal ini, orang dapat menyimpulkan bahwa "Ketuhanan Yang Maha Esa", salah satu sila dari lima sila di  negara  Indonesia, bertanggung jawab atas peristiwa ini.12

Ilmu pengetahuan sebagai proses, produk dan paradigma etis dalam pengembangannya memerlukan landasan berpijak antara lain filsafat ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu merupakan kajian filsafat yang mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain: apakah objek ilmu? Bagaimanakah proses keilmuan? Apakah manfaat ilmu? Upaya mencari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini mendorong munculnya pemikiran filsafati yang dilakukan using pendekatan metafisis, epistemologis, dan aksiologis.. Pendekatan metafisis melahirkan faham realisme dan idealisme. Pendekatan epistemologis melahirkan faham rasionalisme dan empirisme serta faham penyatuan keduanya yang disebut kritisisme. Sedangkan pendekatan aksiologi, menurut Runes berkaiatan dengan empat faktor, yaitu kodrat nilai, jenis-jenis nilai, kriteria nilai dan status metafisik nilai.13

Ada pula menurut para ahli filsuf islam mengenai ilmu pengetahuan sebagai contoh Ibnu sina, Ibnu Sina, yang dianggap sebagai pemikir Muslim terbesar dan memiliki reputasi baik di Timur dan Barat, juga dikutip oleh para filosof Islam sebagai contoh ilmu pengetahuan. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan yang berpengetahuan luas di beberapa bidang keilmuan. Dia memiliki reputasi sebagai dokter yang berpengetahuan luas tentang banyak penyakit pada usia lima belas tahun. Ibnu Sina telah melakukan upaya untuk menggabungkan filsafat dengan agama. Dia berpendapat manusia akan mencapai kesempurnaan melalui studi filsafat dan kesempurnaan ini tidak hanya membutuhkan pengetahuan teoretis; seseorang juga harus bekerja keras untuk menjalani kehidupan yang konsisten dengan apa yang dipahaminya. Agama adalah wahyu Ilahi yang disampaikan kepada manusia melalui seorang Nabi. 

Menurut Ibnu Sina, setiap Nabi memiliki kearifan spiritual dan intelektual. Akibatnya, Nabi tidak bisa berkreasi dengan pemandangan yang dihadirkan kepadanya saat menjelaskan misinya kepada umat manusia. Ia ia menghadapi manusia berbekal risalah, agar misinya benar-benar berhasil, dengan sifat dan pembawaan posisi yang dijabatnya disyaratkan. Pandangan ini juga diperkuat dengan tersedianya ayat-ayat al-Qur'an yang berisi perintah bagi seorang muslim untuk mengembangkan ilmu, serta diberikannya derajat yang tinggi bagi orang yang beriman dan berilmu. Menuuntut ilmu merupakan satu pencarian religius dalam Islam. Menurut filsafat, Nabi harus memiliki imajinasi yang tidak konvensional karena sebagai pembawa risalah, ia dituntut untuk dapat menjelaskan suatu sistem sosial-politik tertentu kepada umat manusia. Agar orang dapat memahami agama dengan cara yang lebih dari sekedar dogmatis, mereka harus mampu berpikir kreatif dan melakukan sesuatu yang baru dalam hidup mereka. Di sini, filsafat atau ilmu diperlukan untuk mendukung wahyu ilahi. Karena sebagian besar wahyu yang ditemukan dalam teks-teks agama berbentuk perintah dan perintah kiasan, maka perlu untuk menafsirkannya untuk menemukan kebenaran yang lebih tinggi, lebih mendasar, dan lebih spiritual. Ibnu Sina mengatakan bahwa pengetahuan sangat penting untuk memahami agama agar manusia dapat melihat dengan cukup jelas untuk memahami alasan penciptaan Sang Pencipta.

Ia berpendapat bahwa syariat tidak hanya memperbolehkan tetapi juga menuntut kita untuk mempelajari dan mempertimbangkan segala sesuatu secara logis, dengan menggunakan metode penalaran rasional yang telah disempurnakan dengan silogisme yang menunjukkan logika. Oleh karena itu, ilmu Sang Pencipta semakin sempurna semakin sempurna pula ilmunya. Pemahaman ini menunjukkan secara tegas bahwa penggunaan akal (ilmu) untuk mengamati alam adalah perintah yang perlu atau dianjurkan (mandub), sebagaimana yang diperintahkan dan dianjurkan oleh Syara' kepada umat manusia.14

D. Peranan Hadis dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Penganut materialisme percaya bahwa satu-satunya sumber pengetahuan adalah hal-hal yang dapat dirasakan oleh panca indera atau hal-hal yang logis dan hanya dapat dipahami oleh akal; mereka tidak percaya pada sumber informasi lain.15

Fakta bahwa sains dalam pemahaman modern atau pengertian Barat tidak didasarkan pada logika formal atau fiktif atau analogi yang berasal dari Aristoteles adalah karakteristiknya yang paling menonjol. Namun, sains dalam pengertian ini didasarkan pada eksperimen dan observasi, oleh karena itu disebut sains eksperimental dan teknik eksperimental.

Nabi telah mengakui ide-ide eksperimental ini di bidang teknologi seperti pertanian, industri, kedokteran, dan sejenisnya. Eksperimen yang bermanfaat berubah menjadi persyaratan syariah. Namun, syariat melarang cobaan yang dianggap berdampak buruk..16

Jika ingin mengambil suatu contoh perhatian Islam khususnya Rasulullah Saw, terhadap ilmu eksperimental, maka ilmu kedokteran adalah yang sangat tepat; di dalam ilmu ini sikap Al-Qur’an bersenyawa dengan hadis.17Para ulama dan cendekiawan Muslim telah mengumpulkan hadis-hadis ini dalam bidang kedokteran dan menggunakannya sebagai sumber pengetahuan medis. Ini membantu dalam perkembangan ilmu kedokteran di dunia Muslim.

Yusuf al-Qardhawi adalah seorang ulama Sunni terkenal dan pemikir Islam kontemporer yang memiliki pengaruh luas di dunia Muslim terutama mengenai Ilmu Kedokteran, Secara umum, dalam tradisi Islam, ilmu kedokteran dianggap penting dan dianjurkan. Islam mendorong umatnya untuk mencari pengobatan dan perawatan medis saat mereka sakit atau mengalami masalah kesehatan. Rasulullah Muhammad juga mendorong umatnya untuk mencari pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kedokteran.

Dalam pandangan Islam, tubuh manusia dianggap sebagai amanah dari Allah SWT dan perawatan kesehatan dianggap sebagai bentuk ibadah. Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran untuk membantu masyarakat dan merawat orang yang membutuhkan.18

Yusuf al-Qardhawi membagi menjadi tujuh prinsip sebagai fondasi berdirinya ilmu kedokteran yang sempurna, yang pertama islam menetapkan bahwa nilai dan hak tubuh ada pada pemiliknya, Yang kedua menentukan sebab dan sekaligus penyebab sebagaimana Dia pun menentukan bahwa obatnya adalah sudah ditentukan begitu pula cara pencegahannya.Yang ketiga adalah selalu berpikir positif bagi dokter atau orang yang sakit bahwa setiap penyakit itu ada obatnya. Dalam hal ini ada hubungannya dengan Hadis Nabi sebagai berikut:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ 

وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً»19

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az Zubairi, telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Sa'id bin Abu Husain dia berkata, telah menceritakan kepadaku 'Atha` bin Abu Rabah dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu dari Nabi ﷺ beliau bersabda, "Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya juga."20

Dari penjelasan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa obat itu sebenarnya ada dan semua penyakit itu sudah pasti ada obatnya tergantung ikhtiar kita saja dalam mencegah atau menyembnuhkan penyakit tersebut.

Yang keempat prinsip ilmu kedokteran menurut Yusuf al-Qardhawi  adalah Islam mengakui adanya sunnatullah dalam penyakit menular, Selanjutnya yang kelima melakukan perlawanan terhadap dokter dalam atau dukun, penyihir dan sebagainya yang menjanjikan dapat menyembuhkan penyakit seseorang, Yang keenam ucapan, perbuatan, dan pengakuan Nabi Saw. merupakan ikatan, baik dalam menunjukkan kearah pengobatan yang benar, pengobatan yang dilandasi ilmu dan eksperimen, bukan untuk mencelakakan dan mengaku-aku. Beliau berobat dan menyuruh pengikutnya berobat, karena Allah yang membuat penyakit juga menciptakan obat.Yang Ketujuh Identitas yang jelas atas dokter serta tanggung jawab sebagai seorang dokter terhadap pasiennya.21

Dengan tujuh prinsip ini, cukup jelas sikap Rasul terhadap ilmu kedokteran sikap yang mendahului abad Renaisance di Barat berabad-abad. Di atas prinsip-prinsip inilah, ilmu kedokteran (teoretis dan praktis) ditegakkan di dunia Islam.

Selain mengandung beberapa prinsip dalam ilmu pengetahuan. Hadis juga memuat tentang teori ilmu pengetahuan, salah satu di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwasanya Rasulullah Saw,ditanyai mengenai kemana tenggelamnya benda-benda angkasa yang tenggelam itu, dan dari mana terbitnya benda-benda angkasa yang terbit itu? Nabi menjawab: Ia tetap berada pada tempatnya. Tidak berpindah dan bergeser. Benda-benda itu  tenggelam bagi satu kaum dan terbit bagi kaum yang lain. Ia tenggelam dan terbit pada suatu kaum (dan dalam waktu bersamaan) satu kaum mengatakan ia tenggelam sementara kaum yang lain mengatakan ia terbit. 22

Hadits ini menjelaskan bahwa matahari terus menerus terbit dan terbenam saling bergantian di atas permukaan bumi. Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika bumi berbentuk bulat atau elips dan ia terus menerus berputar mengelilingi porosnya di hadapan matahari sehingga terjadilah siang dan malam diatas permukaannya secara bergantian. Dan ini akan berlangsung hingga kiamat tiba.

E. Kesimpulan

Hadis memiliki peranan yang signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam tradisi Islam. Dalam konteks ilmu pengetahuan, hadis memberikan kontribusi sebagai sumber pengetahuan medis, panduan etika ilmiah, dan pengetahuan tentang alam semesta. 

1. Sumber pengetahuan medis: Hadis mengandung petunjuk dan pengetahuan tentang praktik medis yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad. Hadis ini dikumpulkan oleh para ulama dan cendekiawan Muslim untuk membantu dalam perkembangan ilmu kedokteran di dunia Muslim.

2. Panduan etika ilmiah: Hadis memberikan panduan etika ilmiah bagi para peneliti Muslim. Rasulullah Muhammad mendorong umatnya untuk mencari pengetahuan, mengamalkannya dengan hati yang tulus, dan menyebarkannya dengan cara yang bermanfaat bagi masyarakat. Prinsip-prinsip ini membantu mengembangkan pendekatan ilmiah yang bertanggung jawab dalam ilmu pengetahuan Islam.

3. Pengetahuan tentang alam semesta: Hadis juga memberikan informasi tentang alam semesta dan fenomena alam. Beberapa hadis mengandung pengetahuan tentang astronomi, geografi, dan sains alam lainnya. Peneliti Muslim menggunakan hadis ini untuk memahami alam semesta dan mengembangkan ilmu pengetahuan di berbagai bidang.

Namun, perlu diingat bahwa dalam menerapkan hadis dalam ilmu pengetahuan, perlu dilakukan penilaian keotentikan hadis. Para ulama Muslim telah mengembangkan metodologi kritis untuk menilai tingkat keotentikan hadis. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, hadis digunakan sebagai sumber tambahan yang dapat memberikan wawasan dan panduan, tetapi metode ilmiah modern juga menjadi bagian penting dari proses ilmiah.

Dengan demikian, peran hadis dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah memberikan kontribusi pengetahuan medis, panduan etika ilmiah, dan pengetahuan tentang alam semesta. Hadis tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, tetapi juga memberikan kerangka moral dalam memperoleh dan menggunakan pengetahuan, dengan metode ilmiah modern menjadi bagian integral dari perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Muslim.

F. Daftar Pustaka

  1. Aljami’ almusnad alsahih almukhtas}ar min 'umur rasul allah s}ala allah ‘alaihi wasalam wasunanah wa'aya}muh, Shahih Bukhari, Vol  7,(Da>r T}auq Al-Naja> Mus}awarat ‘an al-Sult}a>niyat baid}a>fat tarqim tarqim Muhammad Fuad abd al-Baqi) Hal 7, No Indeks 5678, Bab Ma> anz}alahu Illa Syifa’un.
  2. al-Qardhawi,Yusuf. As-sunnah Mashdaran li al-Ma'rifah wa al Hadharah, (Kairo: Dar asy-Syuruq, 1968).
  3. Daulay.Isma Hayati. “AL-AFKAR : Journal for Islamic Studies Hadis Dan Urgensinya Dalam Pendidikan” 6, no. 1 (2023). 
  4. I.T.Siraiya,  "Peran Islam dan Ilmu Pengetahuan dalam Menjawab Tantangan Global." Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 13.1 (2011).
  5. Nuril Izza,Farah. “HERMENEUTIKA: ARAH BARU INTERPRETASI HADIS (Studi Analisis Pemikiran Yusuf Al-Qardhawi Dalam Fatwa-Fatwanya),” KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 8, no. 2 (1970). 
  6. Rofiq,M Nafiur. “Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan,” FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman 9, no. 1 (2018). 
  7. Sarifandi,Suja'i. “Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Hadis Nabi,” Jurnal Ushuluddin 21, no. 1 (2014), http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/download/727/678. 
  8. Shahih Bukhari, Ensiklopedia Hadis,Bab Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan menurunkan juga obatnya, No Indeks 5246.
  9. Warsitasari,Wahyu Dwi, “Dimensi Ilmu Pengetahuan Dalam Ilmu Al-Quran dan Hadis”, Jurnal Al-Ifkar, Vol XVI No.2 Tahun 2021. 
  10. Wati,Herlina. “Peranan Hadis Dalam Perkembangan Ilmu Dan Peradaban,” Al-Ittihad Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam 2, no. 2 (2016) .
  11. Yuslem,Nawir. Ulumul Hadis (Mutiara Sumber Widya, 2001). 

*) Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddon dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال