Karakteristik Sufi Falsafi dan Sufi Sunni


Penulis: Azka Tahyati*

Tasawuf di lihat secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu tasawuf nadlori (teoritis) dan tasawuf amali (praktis). Dalam tasawuf nadlori di kelompokkan menjadi tiga golongan yaitu pertama, mazhab para ulama’: Ghozaliah, Abu Mansur as-Saroj. Kedua, mazhab para hukama: Ibnu Arabi, Ibnu athaillah. Ketiga, mazhab para fanniyah: Abu nuas, al-Barzanji. 

Tasawuf falsafi termasuk golongan mazhab para hukama. Tasawuf falsafi adalah aliran dalam tasawuf yang menekankan pada pemikiran filosofis sebagai metode untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat keberadaan dan hubungan manusia dengan Tuhan. Karakteristik sufi falsafi ini mencakup beberapa aspek penting yang menjadi perbedaan dengan aliran tasawuf lainnya.

Pertama, tasawuf falsafi cenderung melihat sesuatu di balik fenomena yang terjadi secara rasional. Dan menekankan pada pemikiran rasional adalah hal yang penting dalam mencapai pemahaman spiritual. Aliran ini berpendapat bahwa pemikiran filosofis yang mendalam dapat membantu individu dalam memahami hakikat keberadaan dan mengatasi pertanyaan-pertanyaan metafisik yang kompleks. Dalam hal ini pemikiran filosofis di pandang sebagai alat yang dapat membantu individu untuk memahami makna dalam kehidupan dan mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

Salah satu tokoh terkenal dalam tasawuf falsafi adalah Ibnu Arabi, seorang filsuf dan sufi terkemuka dari abad ke 12. Dan merupakan tokoh filsuf pada periode ke 2 setelah Abu Yazid Al-bustomi dan Al-Hallaj. Ia mengembangkan konsep ajarannya yang berupa “wahdat al-Wujud” atau “kesatuan eksistensi”, yang menyatakan bahwa semua hal yang ada di alam ini merupakan manifestasi dari Tuhan. 

Gambarannya seperti ketika kita sedang bercermin yang ada pada cermin merupakan alam ini. Dalam pandangan Ibnu Arabi pemahaman akan wahdat al-Wujud dapat di tempuh melalui pemikiran filosofis yang mendalam.  

Kedua, tasawuf falsafi juga menekankan pada pentingnya pengetahuan dan pendidikan dalam mencapai pemahaman spiritual yang lebih mendalam. Dalam aliran tasawuf falsafi berpendapat bahwa setiap individu harus memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai macam ilmu termasuk filsafat, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang dunia fisik dan intelektual, setiap individu akan merasa sulit untuk mencapai pemahaman spiritual yang benar. 

Salah satu contoh dalam karakteristik ini adalah Al Ghazali dengan julukan Hijjatul Islam. Ia adalah seorang cendekiawan muslim yang terkenal dari abad ke 11. Ia mengolaborasi antar pemikiran filosofis dengan ajaran agama Islam untuk mencapai pemahaman yang holistik tentang kehidupan dan kebenaran. Menurut Al Ghazali pengetahuan mengenai dunia fisik dan intelektual merupakan langkah awal yang penting bagi seseorang yang melakukan perjalanan spiritual. (Rapar, 1996, 14)

Ketiga, tasawuf falsafi lebih mengutamakan proses tafakur dari pada tadzakkur. Tafakur adalah metode salah satu cara tasawuf irfani untuk mencapai tujuan nya. Dalam tasawuf Irfani tafakur memiliki pengertian yaitu memikirkan sesuatu secara mendalam, terperinci dan sistematis. 

Dengan metode tafakur, aliran tasawuf irfani ini akan membawa seorang hamba akan menemui pengetahuan yang hakiki dan penguat Panca Indera dan akal. Sedangkan tafakur dalam tasawuf falsafi tidak jauh berbeda dengan tasawuf irfani. 

Menurut tasawuf falsafi seseorang yang bertasawuf dengan menggunakan pendekatan filsafat ia akan mampu mengenal Tuhan dan mencapai wahdat al-wujud dengan mudah. Yang mana dalam tasawuf falsafi memiliki konsep mengenal Tuhan kemudian memasuki tahapan wahdat al-wujud yakni kesatuan wujud. 

Dalam kitab mau’idhotul mu’mininin karya Muhammad Jamaluddin Al Qasimi Ad Damasqi mengutip dari Abu Hatim mengatakan “Dari pelajaran akan menambah ilmu, dari dikir akan menambahkan cinta kepada Allah SWT, dari tafakur akan menambah khauf”. Dapat disimpulkan dari perkataan tersebut bahwa tafakur merupakan sarana bagi seseorang untuk menempati kedudukan khauf yang mana khauf akan membawa nya selalu mendekatkan kepada Allah SWT. (Al Qasimi, tt, 2:379)

Tasawuf Sunni adalah aliran tasawuf yang ajarannya mencoba memadukan syariat dan realita, namun pada waktu salat menerima tafsir dan metode baru yang belum dikenal, dan ajarannya lebih tertarik pada cara mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat mengganggu jalannya pelayanan yang dilakukan oleh-Nya. 

Mazhab tasawuf ini menunjukkan ciri yang paling utama, yaitu semangat dan kekhidmatan beribadah kepada Allah, Dzikrillah, dan keteguhan sikap meski diserang segala godaan kehidupan duniawi. Corak tasawuf ini muncul dikarenakan ketegangan-ketegangan di kalangan sufi, baik yang bersifat internal maupun eksternal yaitu para sufi dan ulama baik para fukaha maupun mutakallimin. (bacaanmadani.com). 

Dalam tasawuf amali juga di kelompokan menjadi tiga golongan yakni pertama, mazhab ahli thoriqoh dengan konsep takhalli yaitu Dzikrillah, melakukan dzikir-dzikir agar selalu ingat dan dekat kepada Allah. Kedua, mazhab ahli sunah yakni tahalli yaitu menghidupkan atau selalu mengikuti jejak rasul (ihyaus sunah). Ketiga, mazhab ahli akhlak yakni Tajalli, mengikuti sifat-sifat Allah yang feminisme seperti ar-Rahman dan sifat-sifat nabi. 

Adapun pengertian takhalli, tahalli dan tajalli dalam tasawuf sebagai berikut; Takhalli: membersihkan diri dari dorongan-dorongan primitif yang menyimpang pada jiwa. Tahalli adalah peniruan terhadap sifat-sifat tuhan dengan cara meng internalisasikan ke dalam diri. Tajalli adalah keadaan spiritual ketika seseorang merasakan kehadiran tuhan setelah dirinya bersih (Kamba, 2020). 

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال