Relevansi Konsep Kehidupan Menurut Pemikiran Filsafat Thales Dengan Kandungan Ayat Alqur'an dan Sains Modern


Oleh: Alicia Mahabba*

Dewasa ini, banyak sekali ditemukan teori-teori yang menyatakan tentang konsep asal atau awal dari kehidupan. Salah satunya adalah Thales, seorang pemikir filsafat klasik pada era pra-Sokrates yang berasal dari Yunani kuno. 

Ia dikenal karena kontribusinya dalam bidang kosmologi dan filosofi alam. Pemikiran Thales sendiri memfokuskan pada pencarian prinsip dasar atau elemen utama yang menjadi dasar dari segala sesuatu.

Sebenarnya, penemuan relevansi antara konsep yang diajukan oleh Thales dengan konsep yang terkandung dalam ayat-ayat Alqur’an adalah pemikiran atau penilian subjektif, karena ayat-ayat Alqur’an mengandung berbagai makna yang berkaitan dengan banyak aspek kehidupan. 

Namun, terdapat beberapa konsep Thales yang dapat dikaitkan dengan beberapa ayat Alqur’an yang berkaitan dengan penciptaan kehidupan dan keberadaan makhluk hidup.

Salah satu konsep pemikiran Thales yaitu mengenai pencarian prinsip dasar alam semesta yang dapat dikaitkan dengan beberapa ayat Alqur’an, dimana kandungan dari ayat Al-Qur’an ini mengajak mansia untuk merenungkan kejadian alam dan mencari petunjuk keberadaan Tuhan. 

Sebagaimana yang terkandung dalam surah Al-Mulk ayat 3 dan Ali Imran ayat 190

الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۗ مَا تَرٰى فِيْ خَلْقِ الرَّحْمٰنِ مِنْ تَفٰوُتٍۗ فَارْجِعِ الْبَصَرَۙ هَلْ تَرٰى مِنْ فُطُوْرٍ

Artinya: 
 “Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?” (QS. Al-Mulk : 3).

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

Artinya: 
 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,” (QS. Al-Imran : 190).

Kedua ayat diatas menerangkan bahwa manusia yang memiliki akal akan merenungkan dan memikirkan asal atau dasar dari kejadian-kejadian alam yang merupakan kekuasaan Tuhan (Allah) dan menunjukkan keberadaan-Nya. Hal ini sesuai dengan konsep pertama yang dipikirkan oleh seorang filsuf yang bernama Thales.

Kemudian, konsep inti dari pemikiran Thales yakni dasar pertama atau hakikat dari alam itu adalah elemen air. Pernyataan Thales ini didasarkan pada kenyataan bahwa air terdapat pada semua makhluk hidup. Hal ini dapat dikaitkan dengan surah al-Anbiya’ ayat 30, An-Nur ayat 45, dan Al-Furqan ayat 54.

اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ

Artinya: 
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya’ : 30)

وَاللّٰهُ خَلَقَ كُلَّ دَاۤبَّةٍ مِّنْ مَّاۤءٍۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰى بَطْنِهٖۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰى رِجْلَيْنِۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰٓى اَرْبَعٍۗ يَخْلُقُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: 
 “Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nur : 45)

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ مِنَ الْمَاۤءِ بَشَرًا فَجَعَلَهٗ نَسَبًا وَّصِهْرًاۗ وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيْرًا

Artinya: 
 “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (mempunyai) keturunan dan musaharah dan Tuhanmu adalah Mahakuasa.” (QS. Al-Furqan : 54)

Diantara ketiga ayat ini dijelaskan bahwa asal terjadinya kehidupan yaitu berasal dari air. Bahkan dalam dunia modern saat ini juga telah dibuktikan mengenai hal ini. Pembentukan sel makhluk hidup terdiri dari 80 persen air. Artinya, setiap makhluk hidup sangat membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga ayat ini memiliki relevansi dengan pemikiran filsafat Thales yang menyatakan dasar dari kehidupan adalah elemen air karena terdapat di semua makhluk hidup.

Dalam ayat yang lain juga dijelaskan bahwasanya bumi diciptakan diatas Arsy Allah dan tanah-tanah di bumi yang tandus dihidupkan oleh Allah dengan menggunakan air. Hal ini terkandung dalam surah Hud ayat 7 dan Al-Hajj ayat 5.

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗوَلَىِٕنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ

Artinya: 
 “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Mekah), “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya orang kafir itu akan berkata, “Ini hanyalah sihir yang nyata.”” (QS. Hud : 7)

وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ..

Artinya: 
 “..Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.” (QS. Al-Hajj : 5)

Kedua ayat diatas menunjukkan adanya relasi antara isi kandungan ayat Al-Qur’an dengan pemikiran flsafat Thales yang menyatakan bahwa bumi itu berasal dari air dan kemudian terapung-apung diatas air. Dalam konteks sains modern juga dijelaskan apabila 70 persen dari permukaan bumi itu terdiri dari air.

Dari uraian penjelasan diatas, dapat diketahui bagaimana relevansi dari pemikiran filsafat yang dkemukakan oleh filsuf Thales dengan beberapa ayat Al-Qur’an dan sains modern.

*) Santri International Standard School of Amanatul Ummah yang sedang menempuh pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال