Iluminasi Alqur'an: Keindahan Yang Menghidupkan Teks Suci Alqur’an


Oleh: Aziza Nadiya Putri*

Alqur'an, sebagai kitab suci bagi umat Islam, mengandung kekayaan spiritual, moral, dan keilmuan yang tak terhingga. Namun, selama berabad-abad, seniman Muslim telah mengembangkan iluminasi Alqur'an sebagai bentuk ekspresi seni yang memperindah dan menghidupkan teks suci ini. 

Iluminasi Alqur'an merupakan hiasan-hiasan yang terdapat pada mushaf, berfungsi untuk memperindah penampilan mushaf. Iluminasi Alqur’an juga menjadi simbiosis harmonis antara seni, kaligrafi, dan tafsir yang melahirkan karya-karya memukau.

Tidak hanya kaligrafi yang memiliki kedudukan tinggi dalam penulisan Alqur’an. Iluminasi juga memiliki kedudukan yang tinggi dan merupakan faktor yang penting dalam kandungan isi teks Alqur’an. Iluminasi Alqur’an telah ada sejak abad pertama Hijriyah. Disebutkan, bahwa Ali bin Abi Thalib merupakan orang pertama yang mempopulerkan iluminasi pada mushaf Alqur’an (Zain et al. 2007:6). Dengan demikian, setelah Alqur’an diturunkan tidak lama mushaf-mushaf sudah diberi hiasan. 

Iluminasi Alqur’an membantu menjelaskan dari mana asal mushaf tersebut. Sebab setiap daerah memiliki karakter motif yang berbeda-beda. Selain itu, iluminasi juga membantu menentukan kapan naskah tersebut ditulis atau disalin. Sebab setiap zaman memiliki model yang berbeda dan para seniman pembuat iluminasi tersebut menjadi saksi zaman.  

Iluminasi dapat kita jumpai pada setiap halaman mushaf Alqur’an. Biasanya terletak pada tepi halaman seperti gambar atau bentuk tertentu yang mengelilingi halaman dan biasanya ditemukan di dekat tepi halaman. Di sampul depan, di awal halaman surah Al-Fatihah dan Al-Baqarah, dan di akhir halaman doa. 

Iluminasi pada mushaf-mushaf saat ini berbeda dengan mushaf-mushaf kuno nusantara. Pada mushaf masa kini, hampir disetiap halaman terdapat hiasan dengan variasi pola dan warna yang beranekaragam. Bahkan terdapat juga mushaf khusus perempuan yang dimana dominan menggunakan hiasan bunga dan warna favorit kaum hawa yaitu warna pink. Ada banyak faktor yang mendukung dalam pembutan iluminasi pada mushaf masa kini, yaitu mudahnya mengakses alat cetak dan murahnya biaya produksi. 

Sedangkan pada mushaf kuno hiasan pada tiap halaman jarang sekali dijumpai. Kalau pun ada paling hanya berbentuk kotak persegi panjang dengan satu atau dua garis sejajar yang mengelilingi ayat Alqur’an,  seperti pada mushaf Madura. Minimnya iluminasi pada mushaf kuno ini dikarenakan media percetakan pada masa itu tidak semudah saat ini. Butuh waktu panjang yang diperlukan dalam pembuatan satu mushaf. Dimulai dari pembuatan alas berupa kertas berbahan lontar hingga proses penulisan serta penghiasan. 

Pada zaman dulu, mushaf-mushaf “mewah” disertai dengan karya iluminasi jarang sekali ditemukan, umumnya hanya berada di kalangan keluarga istana contohnya mushaf Ternate, dalam mushaf ini, nilai estetika juga diperlihatkan. Berbeda dengan mushaf kuno yang beredar di kalangan rakyat biasa. 

Keindahannya tidak begitu diperhatikan karena tujuan utama dari sebuah mushaf adalah sebuah naskah yang dibaca. Selain itu, penggarap mushaf kuno istana juga memerlukan dua pekerja ahli, penulis teks Alqur’an dan pembuat iluminasi, sehingga biaya pembuatan juga dipertimbangkan. 

Apapun bentuk dan ragam hiasan yang digunakan dalam Alquran, setidaknya dapat mengungkapkan beberapa hal:

Pertama, iluminasi Alqur'an memperindah teks suci dan dengan demikian meningkatkan penghormatan terhadap pesan-pesan Islam yang terkandung di dalamnya. Melalui kombinasi elemen-elemen artistik seperti kaligrafi yang indah dan miniatur yang menggambarkan kisah-kisah penting, iluminasi Alqur'an mengungkapkan keindahan ajaran Islam serta mengundang pembaca untuk merenung dan memahami makna yang lebih dalam. 

Kedua, sebagai bentuk ekspresi seni yang memungkinkan seniman untuk mengekspresikan kreativitas dan keahlian mereka. Dalam menciptakan iluminasi, seniman dapat menggabungkan teknik kaligrafi, seni miniatur, dan ornamen dengan cara yang unik dan pribadi. Ini mencerminkan keragaman seni dan keindahan yang ada dalam tradisi seni Islam. 

Ketiga, terdapat keterkaitan antara nilai seni dalam Alqur’an yang ditunjukkan dalam formatnya yang bersajak dan berirama, sehingga tidak melulu bernilai religiusitas namun juga sisi estetika yang layak juga diperhatikan. 

Keempat, adanya adaptasi nilai budaya dalam setiap daerah atau mungkin sebuah kepentingan yang ingin disampaikan oleh pembuat mushaf dalam ragam iluminasi yang tersaji dalam setiap mushaf-mushaf Alqur’an. Wallahu a’lamm bi al-shawab.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prodi Ilmu Alqur'an dan Tafsir.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال