Penulisan Al Quran Pada Masa Rasulullah


Oleh: Fatchiyyatul Izzah Alkahfi* 

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Sebagai kitab suci, Al-Qur’an berfungsi menjadi pedoman dan petunjuk hidup bagi umat manusia. Berdasarkan sejarah turunnya, Al-Qur’an diturunkan secara mutawattir dan tidak dengan berupa tulisan yang ada di atas kertas. 

Salah satu alasan Al-Qur’an diturunkan secara mutawattir (bertahap) adalah untuk memudahkan proses menghafal, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an. Selain itu juga untuk menjadi penguat dan meneguhkan hati Rasulullah. 

Al-Qur’an pada masa nabi Muhammad dijaga dengan dua upaya, yaitu dengan hafalan dan tulisan. Al-Qur’an banyak dihafal oleh para sahabat pada saat itu, alasan para sahabat banyak yang menghafal Al-Qur’an adalah karena kemampuan daya ingat orang Arab yang begitu tajam, serta kemampuan menulis yang tidak dimiliki oleh semua orang di masa itu.  

Namun Al-Qur’an yang merupakan kitab suci ini juga memerlukan sebuah salinan tulisan untuk memelihara keauntetikan isi Al-Qur’an tersebut. Dalam menuliskan Al-Qur’an Rasulullah memiliki prosedur tersendiri dalam menulisnya, yaitu pada saat Al-Qur’an turun kepada Nabi melalui perantara malaikat Jibril.

Nabi langsung menghafalkannya, kemudian Nabi akan menyampaikannya kepada para sahabat, lalu Nabi akan menyuruh para pencatat wahyu untuk menuliskannya serta menunjukkan letak dari penulisan Al-Qur’an tersebut. 

Dalam menulis Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad, para sahabat menggunakan beberapa media, diantaranya , Al-Riqa’ (lembaran dari kulit atau daun) ; Al-Likhaf (lempengan batu putih tipis) ; Al-‘Usub (pelepah kurma) ; Al-Aktaf (tulang belulang unta atau kambing) ; Al-Aqtab (potongan kayu yang bisa diletakkan di punggung unta).

Orang yang  menuliskan Al-Qur’an di masa Rasulullah ini disebut dengan “Kuttab al-Wahyi” (para pencatat wahyu). Jumlah sahabat yang menjadi Kuttab al-Wahyi ini sangatlah banyak, ada yang menyebut 43 sahabat dan ada yang menyebut 65 sahabat, dan sahabat-sahabat yang dapat menuliskan Al-Qur’an ini adalah sahabat-sahabat terbaik di masa Rasulullah. 

Beberapa Nama Sahabat Yang Menjadi Kuttab Al-Wahyi :

  1. Abu Bakar as-S{iddiq
  2. Umar bin Khattab 
  3. Uthman bin Affan
  4. Ali bin Abi T{alib
  5. Muawwiyah bin Abi Sufyan
  6. Aban bin Sa’id
  7. Khalid bin Walid
  8. Ubay bin Ka’ab
  9. Zaid bin Thabit
  10. Thabit bin Qays 

Diantara nama-nama sahabat diatas ada salah satu sahabat yang menjadi pencatat wahyu pertama kali, namun kemudian murtad dan kembali lagi masuk Islam.  Sahabat itu bernama Abdullah ibn al-Sarh. 

Tidak semua sahabat merupakan Kuttab al-Wahyi. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi bagi sahabat yang ingin menjadi Kuttab al-Wahyi, yaitu dia merupakan sahabat yang pandai dalam menulis, selain itu sahabat tersebut harus memiliki integritas dan kapabilitas yang tinggi. 

Dalam proses penulisan Al-Qur’an di masa Nabi ini, ada beberapa macam sahabat pada masa itu, yaitu ada sahabat yang menuliskan Al-Qur’an sesuai dengan perintah dari Nabi Muhammad (termasuk dari golongan Kuttab al-Wahyi). 

Ada juga golongan sahabat yang hanya sebatas menerima wahyu Al-Qur’an tersebut dari nabi lalu kemudian menghafalkannya, dan ada pula golongan dari sahabat yang mencatat atau menulis Al-Qur’an dengan inisiatif sendiri. 

Penulisan Al-Qur’an yang dilakukan sahabat atas dasar inisiatif sendiri ini terkadang masih memuat ayat-ayat yang sudah di mansukh, maupun ditambahkan dengan penjelasan Rasul di sekitar ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka catat. 

Proses penulisan Al-Qur’an yang berdasarkan pada pengarahan Rasulullah, dilakukan oleh para sahabat pencatat wahyu, dengan arahan yang kurang lebih seperti ini “ Letakkanlah surat ini, di tempat yang disebutkan di dalamnya ini dan ini…”. 

Nabi Muhammad membimbing secara langsung para sahabat pencatat wahyu terkait letak ayat, maupun urutan surah yang Nabi dapatkan langsung melalui bimbingan Malaikat Jibril. 

Dengan demikian para ulama bersepakat bahwa susunan ayat dan urutan surah dalam Al-Qur’an itu termasuk Tauqifi sehingga tidak terdapat ruang dan peluang untuk melakukan ijtihad terkait penyusunan urutan surat dan ayat, karena lansgung ditetapkan oleh Allah SWT.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut :

  1. Semua bagian ayat Al-Qur’an telah selesai ditulis.
  2. Al-Qur’an masih berbentuk lembaran dan belum terkodifikasi dalam satu mushaf.
  3. Surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an masih belum tersusun secara rapi seperti mushaf Al-Qur’an pada masa kini.
  4. Al-Qur’an pada masa Nabi ditulis dengan al-Ahruf al-Sab’ah.
*) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال