Konsep Self Healing Yang Dicontohkan dalam Al-Qur'an


Oleh: Maulida Fitri Fi Ardillah*

Self healing merupakan istilah yang tidak asing di zaman milenial. Dalam buku Self Healing Melalui Mind Healing Technique Untuk Mengatasi Stress  yang diuraikan oleh Afifah (2019), mendefinisikan self healing adalah upaya penyembuhan diri dari luka, stress, emosi tidak stabil, kehilangan semangat hidup dan lain sebagainya secara mandiri dan tanpa obat-obataan. 

Penyembuhan ini melalui proses peleburan emosi dan perasaan individu yang selama ini telah terpendam di dalam tubuh, dan bisa muncul suatu waktu. 

Sebagai umat Islam, tentu kita tahu bahwa Al-Qur'an yang jadi  pedoman umat Islam dalam segala aspek kehidupan. Yang artinya, konsep self healing tentu terdapat didalamnya. Namun rahasia Al-Qur'an yang memuat konsep-konsep self healing, perlu dilakukan pendekatan filsafat dan kajian yang mendalam.

Secara harfiah, kata self healing dalam Al-Qur'an tidak akan ditemukan. Namun sejatinya Al-Qur'an tidak hanya dipahami secara tekstual, namun juga kontekstual. Memahami Al-Qur'an secara konstekstual akan membuka lebar mata kita mengenai kebenaran kemu'jizatan Al-Qur'an.

Konsep self healing dalam Al-Qur'an diceritakan dalam surat Yusuf, dalam rangkaian ayat surat Yusuf diceritakan kisah Nabi Yusuf yang dibuang saudara-saudaranya ke sumur, namun Nabi Yusuf tetap memaafkan dan tidak membalas perbuatan jahat saudara-saudaranya. 

Jika menggunakan pendekatan psikologis terdapat beberapa konsep self healing yang dilakukan oleh Nabi Yusuf yaitu :

1. Kompensasi (Mindfullness), dalam buku Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama, kompensasi didefinisikan sebagai usaha psikis untuk menutupi kelemahan diri dengan mengembangkan respon-respon yang dapat mengurangi ketegangan. 

Hal ini dapat dilihat dari kesabaran Nabi Yusuf yang menahan diri atas perlakuan buruk saudara-saudaranya. Dalam surat Yusuf

Ayat 69 diceritakan bagaimana nabi Yusuf melakukan kompensasi. 

وَلَمَّا دَخَلُوْا عَلَى يُوْسُفَ أَوَى إِلَيْهِ أَخَاهُ قَالَ إِنِّي أَنَا أَخُوكَ فَلَا تبْتَبِسُ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Dan tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf. Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata, "Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu bersedih terhadap apa yang telah mereka kerjakan." 

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Nabi Yusuf bersepakat dengan Bunyamin. bahwa dirinya akan membuat tipu daya terhadap saudara-saudaranya untuk membiarkan Bunyamin tinggal di dekatnya dalam keadaan dihormati dan dimuliakan. 

Hal ini merupakan bentuk menutupi kelemahan diri nabi Yusuf dan memberikan respon yang bisa memantik ketegangan. Respon Nabi Yusuf saat itu adalah dengan melakukan tipu daya demi kebaikan. Hal ini tentunya merupakan bentuk kerja cerdas nabi Yusuf daripada harus memantik konflik. 

2. Memaafkan (Forgiveness), yaitu proses mengubah emosi negatif menjadi emosi positif dengan cara melepaskan segala emosi, amarah, dan dendam atas sakit hati yang dirasakan. Sikap ini digambarkan dalam surat Yusuf ayat 92. 

قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّحِمِينَ


"Dia (Yusuf) berkata, "pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." 

Tampak dengan sangat jelas bahwa nabi Yusuf merupakan nabi yang pemaaf. Andai saja nabi Yusuf mau membalaskan dendam atas perbuatan mereka di masa lampau, hal itu bisa beliau lakukan dengan sangat mudah. Namun Nabi Yusuf memilih untuk memaafkan mereka, bahkan mendoakan mereka supaya diberi ampunan oleh Allah. 

Selain dari sikap Nabi Yusuf, konsep self healing juga dapat di ambil dari sikap Nabi Ya'qub yang ditimpa kesedihan mendalam setelah Nabi Yusuf dilempar saudara-saudaranya ke sumur. Dalam surat Yusuf ayat 83 tampak bagaiman Nabi Ya'qub menghadapi kepedihan. 

قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (83) وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ (84)


Ya'qub berkata, "Hanya diri kalian sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana.(83) Dan Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, "Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf, " dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan".(84)

Dari ayat diatas, terkandung sari makna kontekstual  konsep self healing menurut Islam yaitu : 

1. Pengendalian diri (Self management)

Saat Nabi Ya'qub saat mengahadapi kepedihan, beliau memilih mengasingkan diri dan memilih mengadukan segala dukanya hanya pada Allah. Sikap ini merupakan bentuk pengendalian diri saat menghadapi masalah. 

2. Berpikir positif (positive self talk), istilah dalam agama Islam disebut husnudzon, Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa Nabi Ya'qub selalu berbaik sangka pada Allah. Sikap ini merupakan bentuk self healing yang disebut dengan positive self talk.

Demikian hasil pendekatan filsafat psikologis penulis dalam memahami konsep self healing dalam Al-Qur'an. Sungguh  kemu'jizatan al-Qur'an sangat nyata dan tampak bagi insan yang terus berpikir. Wallahualam bishawab

*) Mahasiswa Ilmu Al Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال