Mencari Jati Diri Melalui Karya Ibnu Thufail Hayy Ibnu Yaqzhan


Penulis: Chindy Faizah*

Ibnu Tufail ialah tokoh filsafat Islam pada abad ke 12, yang mana ia lahir di Andalusia Spanyol pada tahun 506 H. Selain dikenal sebagai seorang filsuf beliau merupakan tokoh yang mempelajari ilmu kedokteran dan menguasai beberapa bidang keilmuan lainnya. 

Nama lengkapnya Abu Bakr Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail al-Qaisi al-Andalusi, atau biasa dikenal dengan Abu Bacer. 

Ibnu Thufail juga merupakan murid dari Ibnu Majah, mengemukakan pemikiran-pemikirannya melalui sebuah karya. Yang hingga saat ini masih dikenal karena kemasyhurannya. 

Hayy Ibn Yaqzhan merupakan karya sekaligus pemikiran pokok dari Ibnu Thufail. Ia merupakan salah satu tokoh yang menuangkan ide-idenya kedalam narasi roman, atau novel yang menarik untuk dikaji semua golongan usia. Kisah roman Hayy Ibn Yaqzhan sebenarnya jika kita telah mengenal film Tarzan pasti akan mengatakan kalau kisahnya mirip, namun berbeda pada ending ceritanya. 

Di dalam Hayy Ibn Yaqzhan diceritakan sesosok bayi yang bernama Hayy yang telah dihanyutkan oleh ibu kandungnya sendiri. Kisah hidupnya ia lalui dengan kisah yang menyedihkan namun ia berhasil hidup dengan mandiri tanpa manusia lainnya. 

Karena merupakan anak hasil hubungan gelap dengan pria yang tidak disetujui menikah oleh kakaknya. Tiba disuatu pulau berhutan lebat. Ditemukan dan diasuh oleh ibu Rusa yang kehilangan anaknya.

Dari Rusa Hayy belajar banyak hal, ia bertahan hidup, mencari makan, berinteraksi, hingga berjalan dengan menirukan gaya rusa dan layaknya binatang-binatang lainnya. 

Hidup dengan mengikuti gaya hidup binatang, berteduh di dalam gua hingga seiring berkembangnya usia Hayy mulai menyadari bahwa terdapat perbedaan dirinya dengan binatang-binatang lainnya di hutan. 

Tiba hari dimana ibu rusa pengasuhnya meninggal, terdiam tergeletak di tanah. Hayy memandanginya kemudian berfikir kenapa bisa terdiam lemas, padahal kemarin masih baik-baik saja, masih bisa bergerak, berlari dan makan. 

Hayy menggunakan akal potensi yang dimilikinya, Hayy dapat menemukan jati dirinya sendiri melalui usaha akal dan melalui pengalaman-pengalaman yang telah dilaluinya mulai dari nol. 

Muncul ide membelah tubuh ibu rusa karena Hayy penasaran kemudian bertanya-tanya apa sih yang hilang dari tubuh ibu rusa? Apa yang sebenarnya pergi dari tubuhnya? Yang ditemukan olehnya adanya bagian kosong dalam rongga kiri sebelah jantungnya. 

Ohh mungkin ini yang hilang dan pergi dari tubuh ibu rusa. Tak berhenti disini rasa penasaran Hayy, kemudian dicari dan diburunya binatang rusa lainnya dan melakukan hal yang sama yaitu membelah tubuh rusa buruanya. 

Dan lagi-lagi bagian yang sama ditemukannya kosong. Tapi ada yang berbeda dari rusa kedua ini yaitu suhu tubuhnya, jika rusa yang mati terasa dingin sedangkan yang hidup itu panas. Hayy belajar mengenai jiwa yang pergi dari ibu rusa. 

Hayy kemudian mencari zat panas tersebut, dan bertemu kebakaran di hutan sebelah tempat ia tinggal kemudian dibawanya api itu dan ternyata tidak bisa menghidupkan ibu rusa. 

Setelah peristiwa tersebut Hayy memperhatikan sekelilingnya dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan mengelompokkannya sesuai spesies-spesies. Kemudian pengamatannya berlanjut pada benda-benda langit, ia memperhatikan peredaran dan rotasi planet. 

Mengikuti arah matahari terbit dan tenggelam semua ia perhatikan. Sampai ia menyadari adanya keteraturan di dalamnya. Ia mulai berfikir bahwa semua ini atau alam ini pasti ada yang mengaturnya dengan sedemikian rupa. 

Ia mulai berfikir tentang tuhan sebagai sang pencipta dan pengatur alam semesta. Kemudian suatu hari dari pulau sebelah tempat ia tinggal terdapat seorang raja yang bernama Salaman dan seorang sufi yang bernama Absal.

Yang saat itu absal sering mengunjungi tempat-tempat terpencil untuk bersemedi, kemudian tidak sengaja bertemu dengan Hayy. Absal kemudian mengenalkan Hayy bahasa manusia, keduanya berdiskusi dan berbincang-bincang. 

Dari sinilah Absal mengenal sesosok yang mirip dengannya, ketika berdiri pun bentuk tubuhnya sama persis. Kemudian Absal menyampaikan ajaran agama yang dibawanya dengan mengenalkan nabi, rasul, dan makhluk-makhluk, Namun Hayy merasa kaget. 

Karena ternyata dengan usaha yang telah dilalui olehnya seorang diri ia mampu bertemu dengan kebenaran seperti yang dibawa oleh absal, kebenaran akan adanya Allah. 

Dalam Hayy Ibn Yaqzhan juga mengajarkan kepada kita bahwa baik melalui akal potensi seperti yang dilakukan oleh Hayy maupun melalui Wahyu seperti yang dikatakan Absal. Kita bisa menuju dan bertemu dengan Allah sang pencipta dan pengatur seluruh alam ciptaanya. 

Seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang mana beliau menyampaikan ajaran dengan menggunakan simbol-simbol karena jika menggunakan akal manusia saat itu masih belum mumpuni. 

Manusia telah dijadikan oleh Allah sebagai mahluk yang sempurna, dengan akalnya. Allah mengirimkan kita sebagai sang Khalifah menjaga alam, memanfaatkan alam, dan akal yang telah diberikannya. 

Dari kisah Hayy Ibn Yaqzhan dapat dikatakan bahwa Sebenarnya manusia memiliki daya akal dan potensi sejak dilahirkan, namun tergantung bagaimana kita menggunakan dan mengolah akal tersebut. 

Tahap-tahap yang dilalui Hayy mulai dari belajar berjalan, makan, berburu, berpakaian dan melindungi dirinya merupakan bukti bahwa manusia bisa hidup dan menemukan jati diri kita sendiri. Siapa sebenarnya kita dan dari mana kita, alam semesta dan semua mahluk berasal. 

Pokok pemikiran yang disampaikan Ibnu Thufail dalam karyanya tersebut diantaranya memaparkan bahwa selain manusia dengan akalnya dapat bertemu Allah, kemudian bahwasanya alam semesta dengan segala keteraturan yang ada diciptakan oleh Allah, dan bagaimana jiwa itu bersifat kekal seperti kisah ibu rusa dalam Hayy ibn Yaqzhan. 

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال