Hadis Tentang Hubungan Agama Islam dengan Agama Lainnya


Penulis: Ilham Iman Nur Dharmawan*

Hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya adalah topik yang penting dan relevan dalam konteks kehidupan beragama yang semakin kompleks di dunia modern. 

Sebagai agama terbesar kedua di dunia, Islam memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi dinamika antaragama, baik dalam hal persaudaraan maupun konflik. 

Latar belakang dari pembahasan ini dapat ditelusuri dari sejarah Islam yang telah berkembang selama lebih dari 1.400 tahun. Islam bermula di Mekkah pada abad ke-7 Masehi, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui perdagangan dan penaklukan. 

Selama periode ini, Islam telah berinteraksi dengan berbagai agama lainnya, termasuk agama Yahudi, Kristen, Hindu, dan Buddha, baik melalui perdagangan, perkawinan, maupun konflik. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Islam memandang dan berinteraksi dengan agama-agama lainnya.

Pembahasan tentang hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat yang heterogen dan multikultural seringkali dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan agama, seperti konflik agama, diskriminasi, atau bahkan terorisme. 

Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya dapat membantu masyarakat membangun hubungan yang harmonis dan saling menghargai, serta mencegah terjadinya konflik dan ketidakadilan.

Dalam memilih judul ini, saya merasa bahwa hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya adalah topik yang relevan dan menarik untuk dibahas. 

Dalam sejarahnya, Islam telah menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai budaya dan agama, sehingga terdapat banyak peluang untuk menganalisis bagaimana Islam dapat berkontribusi dalam membangun hubungan antaragama yang lebih baik di masa depan. 

Selain itu, hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya juga menjadi sorotan penting dalam konteks geopolitik global, khususnya terkait dengan isu terorisme dan konflik di berbagai wilayah dunia.

Dalam pembahasan ini, akan dikaji bagaimana Islam memandang agama-agama lainnya, serta bagaimana praktik-praktik keagamaan yang berbeda dapat berinteraksi dan berdampingan secara harmonis dalam kehidupan sehari-hari. 

Selain itu, akan dipelajari pula bagaimana faktor-faktor sosial, politik, dan budaya dapat mempengaruhi hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya, serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan memperkuat hubungan tersebut.

Nabi Muhammad SAW juga menyiratkannya dalam berbagai hadis yang disampaikan oleh para sahabat, yakni:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أي الأذيَان أحبُّ إلى اللهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ

Artinya:

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah SAW: “’Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? Maka beliau bersabda: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)’.” (HR Bukhari).

Sumber hadis ini adalah dari kitab Sahih Bukhari, salah satu kitab hadis yang paling diakui dan dihormati oleh umat Islam. Bukhari mengumpulkan hadis-hadis yang dikumpulkan melalui metode periwayatan yang ketat dan akurat.

Kualitas hadis ini dianggap sahih, artinya hadis ini memiliki rantai periwayatan yang terpercaya dan valid. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, seorang sahabat Nabi yang dikenal memiliki keahlian dalam memahami dan mengingat hadis-hadis Nabi. 

Selain itu, hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang dikenal sebagai salah satu perawi hadis yang paling teliti dan selektif dalam memilih hadis yang akan dimasukkan ke dalam kitabnya.

Namun, perlu diingat bahwa hadis-hadis juga harus dianalisis dengan konteks sosial dan sejarah pada saat periwayatan, serta ditinjau dalam perspektif yang lebih luas dari teksnya. 

Selain itu, penting untuk memperhatikan berbagai interpretasi dan pemahaman yang berbeda-beda terhadap hadis ini. Dalam konteks pembahasan tentang hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya, hadis ini dapat memberikan pandangan bahwa Islam menghargai kebaikan dalam beragama dan menekankan pentingnya kesederhanaan serta toleransi. 

Namun, juga penting untuk tidak mempergunakan hadis ini sebagai alat untuk merendahkan atau menganggap agama lain sebagai tidak "lurus" atau "toleran". Sebaliknya, sebagai umat Islam yang bermartabat, harus membangun hubungan yang baik dan saling menghargai dengan agama lainnya, dengan memperhatikan prinsip-prinsip ajaran Islam yang sebenarnya.

Dalam Alquran, terdapat beberapa ayat yang menekankan pentingnya keberagaman dalam Islam dan mengajarkan umat Islam untuk bertoleransi terhadap perbedaan agama. Misalnya, dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya :

"Ya manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal."

Ayat ini menunjukkan bahwa perbedaan suku dan bangsa, serta perbedaan agama, bukanlah untuk menyebarkan permusuhan, tetapi untuk saling mengenal dan menghormati satu sama lain.

Selain hadis di atas, terdapat beberapa hadis yang sejalan dengan tema toleransi dan keberagaman agama dalam Islam, di antaranya:

  1. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang memutuskan silaturahim, maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya pada hari kiamat." (HR Bukhari dan Muslim).
  2. Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: "Tolonglah saudaramu, baik ketika dia zalim atau ketika dia dizalimi." (HR Bukhari).
  3. Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya." (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menunjukkan pentingnya sikap toleransi dalam beragama dalam Islam. Selain itu, hadis ini juga menunjukkan bahwa agama yang lurus, atau mengikuti jalan yang benar, adalah agama yang paling dicintai oleh Allah. 

Dalam konteks sejarah, hadis ini disampaikan oleh Ibnu Abbas, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dianggap sebagai salah satu ulama besar dalam sejarah Islam. 

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, salah satu ulama hadis terkemuka dalam sejarah Islam. Keterkaitan hadis ini dengan ayat-ayat Alquran yang berkaitan belum dapat ditemukan secara langsung, namun tema toleransi dan lurus dalam beragama dapat ditemukan dalam beberapa ayat Alquran, seperti QS Al-Baqarah ayat 143 dan QS Al-Hujurat ayat 13.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hadis yang disampaikan oleh Ibnu Abbas merujuk pada pertanyaan mengenai agama yang paling dicintai oleh Allah. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa agama yang paling dicintai oleh Allah adalah Al-Hanifiyyah As-Samhah, yang artinya agama yang lurus dan toleran.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prodi Studi Agama-agama

Editor: Adis Setiawan



Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال