Mengenal Negara Republik Sudan di Afrika Utara

KULIAHALISLAM.COM - Sudan (Jamhuriyat as-Sudan) merupakan Negara Republik di Afrika Timur Laut, berbatasan dengan Mesir di Utara, Laut Merah dan Ethiopia di Timur, Kenya, Uganda dan Zaire di Selatan, Republik Afrika Tengah, Chad dan Libya di Barat. 

Luas ; 2.503.890 km2 . Bahasa resmi : Arab. Agama : Islam. Ibukota : Khartum. Satuan mata uang : Pound Sudan (LSD). Sudan mempunyai sejarah yang sangat panjang.Sudan terletak antara garis lintang 8 ° dan 23 ° LU. Wilayahnya berupa dataran dan beberapa tempat terdapat pegunungan.

Gambar Piramida Nubia di Sudan. Sumber ; Daily.jstor.org

Di barat Sudan terdapat Deriba Caldera (3042 m atau 9980 ft), yang terletak di Gunung Marrah, adalah titik tertinggi di Sudan.Sungai Nil Biru dan Sungai Nil Putih bertemu di Khartoum untuk membentuk Sungai Nil, yang mengalir ke utara melalui Mesir ke Laut Mediterania

Sungai Nil Biru melalui Sudan sejauh 800 km (497 mil) panjangnya dan menyatu dengan Sungai Dinder dan Rahad antara Sennar dan Khartoum. Sungai Nil Putih tidak punya anak sungai yang berarti ketika mengalir di Sudan.Ada beberapa bendungan di Nil Biru dan Nil Putih. 

Diantaranya adalah Bendungan Sennar dan Roseires di tepi Nil Biru, dan Jebel Aulia di tepi Nil Putih. Ada juga Danau Nubia di perbatasan Sudan-Mesir.

Sumber daya mineral tersedia dengan jumlah yang sangat berlimpah di Sudan seperti asbeskromkobalttembagaemasgranitgipsumbesikaolintimahmanganmikagas alam,nikelminyak bumiperakuranium, dan seng.

Sejarah Negara Sudan

Sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi, Nubia (kini Sudan Utara) diduduki oleh kerajaan Mesir. Sekitar tahun 750 SM berdiri Kerajaan Sudan di Nabtah (Sudan Utara) yang mempunyai corak Mesir dalam peradaban dan agamanya. 

Dengan berdirinya dua kerajaan pada abad ke-6 yaitu Muqurrah di utara dan Ulwah di selatan, Sudan dikombinasi agama Kristen (Gereja Koptik dan Gereja Mulkanik). Ketika Mesir berada di bawah kekuasaan Arab Muslim, Islam pun masuk ke Nubia melalui negara itu.

Gubernur Mesir yaitu Amar bin Ash mengirim tentaranya untuk menyerang orang-orang Nubia non-muslim yang berupaya mencaplok wilayah Mesir Selatan dari kekuasaan Islam. 

Kekalahan tentara Nubia Kristen mengakibatkan lahirnya suatu perjanjian bahwa setiap tahun bangsa Nubia wajib mengirim 360 orang budak ke Mesir dan sebaliknya Mesir wajib menyediakan bagi mereka gandum, minyak dan rempah-rempah. Sejak itu Nubia sampai kurang lebiih 6 abad berada di bawah perlindungan kaum Musimin.

Proses Islamisasi Sudan

Pada masa pemerintahan Al-Mu’tasim (833-842) dari Dinasti Abbasiyah, utusan-utusan dikirim oleh Khalifah untuk memperbaharui perjanjian. Pada abad ke-12, Nubia seluruhnya masih beragama Kristen dan dapat mempertahankan kemerdekaannya walau berulang kali mendapat serangan dari Mesir. Meskipun berjalan dalam waktu yang lama, peralihan agama Kristen ke Islam terus berlangsung. Pada abad ke-11, dari Sahara agama Islam masuk ke kalangan Negero.

Bangsa Barbar membawa agama ini ke daerah yang dialiri Sungai Senegal dan Sungai Niger dimana mereka mengadakan kontak dengan kerajaan-kerajaan Pagan (penyembah berhala). Dua suku Barbar yaitu Lamtuna dan Jadala yang termasuk dalam Kabilah Sanhaja sangat aktif berdakwah dan anggotanya menghidupkan gerakan-gerakan Murabitun dalam usaha mengislamkan suku-suku Pagan di Sudan.

Kaum penetap Arab telah berdiam di Nubia beberapa abad sebelumnya dan mereka yang tinggal di daerah Nil Biru berkembang demikian pesat baik jumlah maupun kekayannya, sehingga pada abad ke 10 mereka mampu mengajukan permohonan untuk mendirikan sebuah Masjid di kota Soba (18 KM di Utara Khartum), ibukota kerajaan Kristen. Pada abad ke-13 mulailah peroses percampuran darah melalui imigrasi bangsa Arab ke daerah Nubia terutama dari suku Juhainah yang mengadakan hubungan perkawinan dengan penduduk asli.

Bahkan salah seorang raja dari Dongola masuk Islam pada masa Sultan Nasir Muhammad bin Qalawun (wafat 1341) dari Dinasti Mamluk, Mesir. Ketika Mesir berada di bawah pemerintahan Dinasti Mamluk inilah dua kerajaan Kristen di Nubia tidak dapat dipertahaakan lagi karena mayoritas rakyatnya telah memeluk agama Islam. Kerajaan Muqurrah di Utara jatuh pada tahun 1340 dan Kerajaan ‘Ulwah di Selatan jatuh tahun 1504.

Penyebab jatuhnya dua kerajaan ini karena perpecahan internal, serangan bangsa Arab  dan berdirinya Kerajaan Funj pada abad ke-15. Funj merupakan kerajaan Islam pertama di Sudan dengan ibukotanya Sennar (kota selatan Khartum). Kerajaan ini memperluas kekuasannya dengan menduduki Kardavan (kini Sudan Selatan). 

Perluasan ke Timur ini tidak dapat dilakukan karena di Habsyah (Ethopia) telah berdiri kerajaan Kristen yang kuat. Funj juga mengalami kekacuan politik di antara para Amir-nya. Pada tahun 1820, Funj berhasil memperluas kekuasannya sampai ke sebelah utara Khartum.

Kerajaan Funj berusia 300 tahun. Funj terus melakukan peroses Islamisasi kaum Pagan dan memberikan pendidikan agama Islam kepada orang-orang Muslim yang tidak banyak mengetahui syariat Islam sehingga melakukan perkawinan dengan wanita yang belum genap masa Idah-nya. Kerajaan Funj mendatangkan Ulama-Ulama besar dari negeri-negeri Islam lainnya. 

Diantaranya yang paling terkenal adalah Syekh Ibrahim bin Jabir al-Buladi dari Mesir yang mendirikan Madrasah yang berorientasi pada ilmu syariat Islam yang telah banyak melahirkan Ahli Fiqih dan Ahli Fatwa.

Ulama besar dan penting lainnya yang kerajaan Funj datangkan adalah Syekh Tajuddin al-Bahari yang mendirikan Madrasah khusus untuk Tasawuf dan Tarekat Sufi. Dialah yang memasukan Tarekat Kadiriah  ke Sudan pada tahun 1545 kemudian menyusul Tarekat Syaziliah yang dibawa oleh Asy-Syarif Hamad Abu Dananah pada tahun 1445 sebelum kerajaan Funj berdiri. Sejak itu kegiataan keagamaan di Sudah banyak dihiasi tarekat. 

Selain itu muncul lagi Tarekat Khattimiyah yang dibawa oleh Sayyid Muhammad Usman al-Mirgani. Gerakan jihad Mahdiyyah di bawah pimpinan Muhammad Ahmad bin Abdullah (1843-1885) berhasil mendirikan negara Islam di Khartum yang mempunyai corak Sufistik.

Pada masa akhir kekuasaan Funj, Islam telah mengokohkan diri sebagai negara Islam. Ketika Mesir dikuasai Muhammad Ali (1805-1849) tidak ada perubahan orientasi keagamaan di Sudan. Setelah Kristen Eropa bangkit dan masuk ke negara-negara Afrika pada akhir abad ke-19, Paus Gregorius XVI memerintahkan Kristen Eropa mendirikan pusat misionaris Kristen di Sudan. Sejak itu sekolah-sekolah misionaris didirikan di Sudan walau mendapat perlawanan dan serangan dari kaum Muslimin terutama Mahdiyyah.

Kristen terus mengalami perkembangan yang pesat di Sudan. Kekuasaan Khalifah Abdullah, penerus Muhammad Ahmad bin Abdullah di Sudan berhasil diruntuhkan oleh kekuatan Inggris-Mesir yang masuk ke Sudan pada tahun 1899. Sudan berada di bawah kekuasan Jenderal-Jenderal dari Ingggris.

Kemerdekaan Sudan

Kesadaran akan nasionalisme rakyat Sudan melahirkan banyak Partai politik. Sekte Mahdiyyah membentuk Umma Party (UP) pada tahun 1945, sekte Khatmiyyah melahirkan Asyiqqa Party (AP) tahun 1944 dan tahun 1952 kesatuan-kesatuan lain bergabung dengan Mesir dalam mengusir Inggris dengan membentuk National Unionist Party (NUP). Tahun 1955, pemerintahan sendiri tersendiri tercapai di bawah pimpinan Ismail Al-Azhari, Pemimpin NUP yang membawa Sudah kepada kemerekaan tahun 1956.

Pada bulan Juli 1956 pemerintahan baru terbentuk berdasarkan koalisi antara Umma Party dan People’s Democratic Party (PDP) dengan Abdullah Khalil sebagai Perdana Menteri. Pada periode 1956-1958, rezim parlementer menghadapi masalah utama negara yakni krisis ekonomi. 

Jenderal Ibrahim Abbud kemudian membentuk rezim militer (1958-1964) dan mewarisi masalah ekonomi negara itu. Arabisasi dan Islamisasi di Selatan menimbulkan sengketa antara Sudan wilayah Selatan dan Utara karena pihak Selatan menolak dominasi Islam.

Rezim Parlementer (1964-1969) yang kedua terbentuk di bawah koalisi UP-NUP dan Ismail al-Azhari terbentuk sebagai Presidennya. Persaingan sektarian di selatan merupakan masalah utama di samping masalah ekonomiyang lemah dan kegagalan penyusunan konstitusi. Rezim militer yang kedua tampil kembali dalam periode 1969-1985. Gafar an-Numeiriy menjadi Presiden pertama Republik Sudan.

Pada September 1983, dia mencoba menerapkan kitab hukum pidana Islam yang disusul hukum muamalah pada bulan Maret 1984 dan hukum perpajakan Islam pada September 1984.Periode terbaru sejak pemilihan pada April 1986. Koalisi Umma-Democratic Unionist dibentuk dan Sadiq al-Mahdi, pemimpin Umma Party, menjadi Perdana Menteri. Periode ini merupakan masa pemerintahan demokratis pertama.

Konfik Perang Saudara di Sudan

Belakangan ini terjadi perang saudara di Sudan antara dua Jenderal yaitu Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Mohammed Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal sebagai Hemedti, kepala dari kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). 

Jenderal Abdel Fattah al-Burhan saat ini menjabat sebagai Dewan Kedaulatan Sudan, Lembaga Kolektif Kepala Negara Transisi Sudan yang mulai menjabat tahun 2019 dengan Perdana Menterinya adalah Aballa Hamdok. Kedua jenderal itu dulunya bekerja sama, melakukan kudeta bersama terhadap pemrintahan Omar al Bashir. Al-Bashir mengangkat Al-Burhan sebagai Inspektur Jenderal sebelum ia melakukan kudeta.

Pada 11 April 2019, Jenderal Al-Burhan diangkat sebagai pemimpin sementara Sudan dan ditugaskan memimpin Dewan Kedaulatan Sudan tetapi pada tahun 2021, ia memutuskan membubarkan Dewan Kedaulatan dan mengumumkan Darurat Nasional.Jenderal Burhan memiliki hubungan yang akrab dengan Amerika Serikat dan Israel.

Sementara itu Muhammad Hamdan Dagalo yang dikenal dengan panggilan Hemeti merupakan Jenderal Sudan dan pernah menjabat Wakil Ketua Dewan Militer Transisi (TMC) setelah kudeta Sudan. Ia memimpin Pasukan Pendukung Cepat (RSF) yang tercatat banyak melakukan kejahatan kemanusiaan seperti Pembantaian Adwa 23 November 2004 dan pemerkosaan di Darfur Selatan sejak 2013.

Ia juga melakukan pembantaian warga sipil di Khartum tahun 2019. Ia termasuk orang terkaya di Sudan dengan perusahananya Al-Junaid yang mempunyai bisnis bidang transportasi, besi, baja dan mengendalikan operasi penambangan emas pada tahun 2017.

Ia menjalin hubungan yang kuat dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab setelah ia mengirimkan pasukannya membantu Arab Saudi menyerang pemberontak Syiah Houti di Yaman.Ia memiliki ambisi yang kuat menjadi orang nomor satu paling berkuasa, paling kuat dan berpengaruh di Sudan. Ia dan Jenderal Al Burhan berselisih sejak tahun 2021 ketika Hemeti menolak usulan Sudan kembali ke pemerintahan sipil dan  menolak warga sipil dalam memiliki kekusaan di pemerintahan.

Peperangan antara politisi Sudan, sektarianisme dan perang saudara antara Dua Jenderal Sudan tersebut menambah kesengsaraan rakyat Sudan padahal Sudan termasuk negara yang dianugerahkan Tuhan  berupa kekayaan sumber daya alam berupa emas, minyak bumi, gas alam yang melimpah namun rakyat Sudan dilanda kemiskinan dan kelaparan sebab kekayaan negara mereka hanya dimiliki para politisi yang korup. Negara Sudan bagian selatan menjadi negara tingkat termiskin di dunia pada tahun 2021. Perang saudara hanya membawa malapetaka bagi rakyat.

Dari berbagai sumber

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال