Pentingnya Khusuk' Dalam Ibadah Sholat

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Khusyuk dalam shalat adalah buah keimanan dan hasil keyakinan akan keagungan Allah SWT. Shalat khusyuk akan mampu membersihkan karat-karat yang ada di hati. ''Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.''(QS. Al-mu'minun [23]: 1-2).

Khusyuk dalam beribadah, terutama shalat, ditimbulkan adanya keyakinan bahwa Allah melihat segala gerakan hamba-Nya. Seperti ditegaskan oleh Rasulullah SAW, ''Beribadahlah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihat-Nya. Maka, jika engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.'' (HR Muslim).

Menurut Imam Ghazali, untuk menuju shalat khusyuk, paling sedikit harus mengandung enam keadaan jiwa.
Pertama, adanya kehadiran hati, yaitu mengosongkan hati dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Timbulkanlah rasa malu, mengapa hati kita dapat hadir pada saat berhadapan dengan pejabat-pejabat tinggi negara, tapi lalai pada waktu menghadap Allah SWT yang Mahatinggi.

Kedua, adanya pemahaman yang mendalam mengenai makna yang diucapkan. Karena, dengan cara inilah, hati mempunyai pekerjaan sehingga tidak sempat mengingat hal-hal lain.

Ketiga, adanya rasa takzim, yaitu keyakinan tentang keagungan Allah SWT dan keyakinan tentang kehinaan diri. Rasa takzim inilah yang menimbulkan kepasrahan, kerendahan hati, dan kekhusyukan beribadah.

Keempat, adanya rasa takut disertai pengagungan. Semakin kita mengenal sifat-sifat Allah, semakin bertambah pula rasa ini. Kelima, adanya rasa pengharapan, yaitu mengharapkan shalatnya dapat diterima dan diberi balasan di sisi Allah SWT.

Kelima, rasa malu yang disebabkan kelalaian dalam menaati perintah-perintah-Nya.Dari uraian di atas, jelaslah bahwa untuk dapat menuju shalat khusyuk, terlebih dahulu harus menutup penyebab kesibukan hati. Usahakanlah paling sedikit setengah atau sepertiga dari shalat itu dilakukan dengan kesadaran sehingga kita masih tetap dapat memperoleh pahala. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, ''Adakalanya seseorang bershalat, namun tidak diterima darinya setengahnya, seperempatnya, seperlimanya, seperenamnya, ataupun sepersepuluhnya. Sesungguhnya, shalat yang diperhitungkan bagi seseorang hanyalah sekadar yang dikerjakannya dengan sadar.

Agar Khusyu' Dalam Sholat 

Salah satu kewajiban yang harus ditunaikan saat shalat adalah tumakninah dan khusyuk. Tanpa khusyuk, shalat tidak akan menjadi tabungan pahala karena kewajiban yang harus dipenuhi saat shalat bukan sekadar rangkaian takbiratul ihram hingga salam.

Melainkan juga khusyuk, sebagaimana dijelaskan para ahli fikih, melekatkan tumakninah sebagai rukun yang harus dilakukan dalam setiap gerakan shalat (seperti berdiri dengan tumakninah, rukuk dengan tumakninah, sujud dengan tumakninah). Sesungguhnya tidak mudah shalat dengan khusyuk sebagaimana dijelaskan dalam nash alquran dan realitas yang dikeluhkan masyarakat yang sudah menunaikan shalat sekian lama.

Di antara hal yang membantu khusyuk adalah, pertama, berikhtiar maksimal untuk tidak melakukan maksiat (penyimpangan) kepada Allah SWT. Karena itu berpengaruh terhadap kemampuan khusyuk dalam shalat. Setiap dosa besar akan menyisakan perasaan tidak bersih dan tidak semangat shalat.

Kedua, melakukan prakondisi sebelum shalat, sebagai pengondisian ulang agar suasana dan aktivitas sebelum shalat tidak terbawa. Misalnya, saat shalat teringat dengan teman yang menyinggung perasaannya saat meeting.

Hal itu karena tidak ada jeda (tidak ada prakondisi) sebelum shalat atau tidak sukses melakukan pengondisian ulang. Atau saat shalat ingat kunci hilang karena itu yang paling membebani pikirannya atau kejadian itu yang paling dekat dengan shalat. Prakondisi ini dengan adanya jeda beberapa waktu untuk wudhu dengan tumakninah, berdoa sebelum shalat, tawakal dan qana'ah.
  
Ketiga, menghadirkan suasana ketundukan dalam setiap gerakan shalat. Misalnya, saat melakukan takbir "Allahu Akbar" menghadirkan betapa agungnya Allah SWT. Pada saat sujud, hadirkan suasana sebagai hamba Allah SWT yang tidak ada daya di hadapan Allah SWT. Pada saat berdiri, bayangkan suasana di hadapan Allah SWT berkomunikasi dengan Allah SWT.

Keempat, memahami setiap lafaz yang dibacakan dalam shalat, memahami bacaan "subhana rabbiyal azhimi" saat rukuk. Memahami bacaan al-Fatihah saat berdiri, memahami kata per kata "subhana rabbiyal a'la" saat sujud.

Mungkin lebih mudah untuk merenungi saat seseorang memaknai bacaan tersebut sesuai dengaan bahasa dan makna yang dipahami. Misalnya, dengan kata "bismillah" menghadirkan niat karena Allah SWT saat di masjid, saat berdagang, saat menjadi suami atau istri. Mungkin itu lebih mudah daripada membaca terjemahan kata per kata sebagaimana dalam terjemahan Alquran.

Kelima, melafazkan setiap ucapan bacaan shalat minimum ia terdengar oleh telinga sendiri tanpa mengganggu orang yang shalat di samping kiri dan kanannya agar tidak ada ruang kosong dalam pikiran dan hatinya.

Keenam, berdoa kepada Allah SWT agar kita khusyuk dalam shalat, di antaranya doa: "Ya Allah, bantulah aku untuk berzikir dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada-Mu dengan baik",(HR Abu Daud).

Ketujuh, membaca fadhail (keutamaan) khusyuk dalam shalat sehingga hadir bahwa itu rukun dan penting dan bahwa shalat tanpa khusyuk tidak akan diterima.
Wallahu a'lam.

Mengapa Sholat Harus Khusyuk?

Rukun Islam kedua adalah melaksanakan sholat. Melaksanakan sholat dalam hal ini tidak hanya sekadar melaksanakan, perlu adanya khusyuk. Khusyuk adalah kondisi hati yang mengandung rasa takut atau kagum kepada Allah yang akan melahirkan rasa mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan-Nya. Kondisi tersebut terlihat dari gerakan anggota badan yang penuh khidmat dan konsentrasi saat shalat.

Untuk mendapatkan khusyuk, Muslim perlu memerlukan pemahaman tentang arti shalat dan kesadaran tentang keagungan Allah serta kehadiran maut. Pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ), Prof. M. Quraish Shihab mengatakan dalam bukunya, Islam yang Saya Anut, sholat yang benar memerlukan kesadaran dan pengawasan. Oleh karena itu, sholat orang gila atau orang yang mabuk, tidak sah. Orang yang sholat harus menyadari apa yang dia lakukan dan menyadari apa yang dibaca atau ucapkan.

Kendati dalam ketentuan hukum yang berkaitan dengan shalat memang tidak dinyatakan kewajiban khusyuk, namun yang terlarang dalam pandangan hukum Islam adalah melakukan sesuatu yang dinilai sangat menyimpang dari penghormatan dan pengagungan kepada Allah. Misal, melangkah sebanyak tiga kali secara berturut-turut atau terbahak.

Kondisi khusyuk yaitu berkosentrasi menghadap Allah sehingga melupakan selain-Nya. Tentunya, bukan hal mudah karena sikap tersebut semacam tidak wajib. Tapi, Muslim berusaha untuk tetap tenang dan sebisa mungkin berkonsentrasi. Dalam Alquran, shalat digambarkan sebagai ibadah yang dapat mencegah seseorang dari perbuatan buruk dan keji. Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 45:

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Utlu mā ụḥiya ilaika minal-kitābi wa aqimiṣ-ṣalāh, innaṣ-ṣalāta tan-hā 'anil-faḥsyā`i wal-mungkar, walażikrullāhi akbar, wallāhu ya'lamu mā taṣna'ụn. “Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tersebut antara lain bermakna sholat, baik ucapan maupun gerakannya mengandung sekian banyak hal yang mengingatkan manusia kepada Allah. Sholat merupakan pengingat bagi mereka yang menjalankan sholat. Sholat yang melarang manusia melakukan pelanggaran terhadap semua hal yang tidak diridhai Allah.

Banyak hadits yang meriwayatkan tentang bagaimana kedudukan dan pentingnya sholat. Diantaranya bahwa sholat menjadi amal yang pertama kali dihisab sekaligus penentu bagi amal-amal lainnya apakah diterima atau ditolak Allah SWT. 

Pendakwah yang juga pengisi materi dialog dzuhur Masjid Istiqlal Jakarta, KH. Sholahuddin Hamid mengatakan ibadah sholat merupakan titipan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman agar jangan sampai ditinggalkan. Karenanya, ia mengatakan saking pentingnya sholat, Imam Ghazali memberikan bab tersendiri dalam kitab Mukasyafatul Qulub membahas tentang khusyuk dalam sholat. 

Kiai Sholahuddin mengatakan khusyuk dalam sholat berarti tunduk atau hadirnya hati di dalam sholat. Sebagaimana menukil keterangan Imam Al-Ghazali, kiai Sholahuddin mengatakan orang yang hadir hatinya ketika sholat maka akan mempengaruhi panca indra. 

"Seluruh bagian tubuh kita akan terpengaruh dengan kehadiran hati kita di dalam sholat. Maka orang yang hadir hatinya di dalam sholat sudah dapat dipastikan, sholatnya pasti akan mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Karena hatinya hadir. Dia mengingat Allah, dia takut kepada Allah. Maka dia akan taat pada segala perintahNya dan menjauhkan diri dari segala laranganNya," kata Kiai Sholahuddin dalam kajian dialog dzuhur kitab Mukasyafatul Qulub di Masjid Istiqlal pada Senin (6/6).

Lebih lanjut kiai Sholahuddin menjelaskan dalam kitab Mukasyafatul Qulub, Imam Ghazali mengatakan bahwa para ulama berselisih pendapat tentang khusyuk apakah merupakan kewajiban atau rukun sholat, atau khusyuk itu merupakan keutamaan sholat. Dalam kitabnya itu, Imam Ghazali menjelaskan tentang sebagian pandangan ulama yang berpendapat bahwa khusyuk itu adalah wajib dalam sholat. Namun sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa khusyuk itu adalah bagian dari fadhilah sholat seorang Muslim. Apabila seseorang belum khusyuk dalam sholatnya berarti belum mencapai kesempurnaan dalam sholatnya.

Lalu bagaimana caranya bisa khusyuk dalam sholat? Imam Ghazali mengatakan bahwa khusyuk itu adalah perbuatan hati seperti takut dan ngeri, khusyuk juga tidak toleh-toleh ketika sholat. Maka kiai Sholahuddin menjelaskan agar mencapai kekhuysukan dimulai dengan memperbaiki wudhu dan menyegerakan berwudhu ketika telah memasuki waktu sholat. Setelahnya menghadirkan hati, atau tidak lalai ketika sholat. Merasakan kedekatan dengan Allah SWT dan keagunganNya.

Seperti Apa Sholat Yang Khusuk

Seluruh jagad raya dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar dijadikan Allah Swt sebagai sarana untuk berzikir mengingat kepada-Nya. Berdasarkan ayat Alquran, ada sekian banyak hal yang dapat menjadi sarana yang mengantar manusia meningat dan berzikir. Di antaranya adalah sholat.

Pakar Tafsir Alquran, M Quriash Shihab mengatakan, Alquran telah menyebut sholat sebagai sarana dan cara berzikir. Allah Swt berfirman,

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

Artinya: “Sesungguhnya Aku adalah Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah dan Pencipta, serta Pengendali seluruh wujud) selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk berzikir mengingat-Ku.”(QS. Thah [20]: 14).

Dalam bukunya yang berjudul “Wawasan Al-Quran tentang Zikir dan Doa” tertiban Lentera Hati, M Quraish menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan yang disebut di atas, maka siapa pun yang melaksanakan sholat, bukan saja dituntut untuk memahami substansi shalat.

Artinya, dalam hal ini tidak sekadar seperti yang didefinisikan oleh pakar-pakar hukum Islam atau ulama fikih, yakni dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Tetapi, memahami substansi yang ditegaskan Allah Swt dalam Alquran, yakni pengagungan kepada Allah Swt dan kesadaran tentang perlunya membantu siapa pun yang butuh.

Menurut M Quriash, seandainya substansi yang dimaksud hanya sekadar seperti rumusan ulama fikih, maka tentu Allah Swt tidak menegaskan bahwa sholat dapat mencegah manusia terjerumus dalam kemungkaran.

Lebih lanjut, dia menuturkan, substansi yang dikehendaki Allah bermula dari rasa khusyu’, yakni tunduk dan patuh dengan peruh hormat kepada Allah Swt. Karena, menurut dia, semua kegiatan sholat seharusnya menggambarkan ketundukan dan penghormatan yang tidak terbatas kepada-Nya semata.

Sebagian ulama menyatakan bahwa khusyu’ dalam sholat adalah “rasa takut” jangan sampai shalat yang dilakukan tertolak. Rasa takut itu bercampur dengan kesigapan dan kerendahan hati. Ibnu Katsir (w. 1373 M) menulis bahwa khusyu’ dalam shalat baru terlaksana bagi yang mengonsentrasikan jiwanya sambal mengabaikan segala sesuatu selain yang berkaitan dengan shalat.

Sementara, Imam ar-Razi menulis bahwa apabila seorang sedang melaksanakan sholat, maka terbukalah tabir antara dia dengan Tuhan. Tetapi, begitu dia menoleh, tabir itu pun tertutup. Betapapun khusyu’ itu bertingkat-tingkat, tetapi intinya adalah upaya sungguh-gungguh mengadirkan kebesaran Allah Swt dalam benak serta kepatuhan dan penghormatan kepada-Nya.

Dengan demikian, Al-Qur'an menegaskan pentingnya Khusuk' dalam menjaga sholat karena banyak umat Islam yang tidak berkomitmen mendirikan sholat. Meskipun mereka berulang kali mengupayakannya, maka saat itu juga mereka gagal menjaganya karena mereka kehilangan Khusyu'. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Firman Allah SWT, yang artinya; "Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk"(Al-Baqarah: 45).

Maka jelaslah bahwa, pentingnya Khusuk'dalam sholat. Karena itu, Al-Qur'an mengkorelasikan antara sholat dan khusyu'. Selain itu, bahwa dalam ayat di atas, Al-Qur'an juga mengkorelasikan antara bersabar dengan khusyu' dalam sholat. Para ilmuwan benar-benar mendapatkan kemampuan manusia dalam menahan penderitaan dan bersabar serta mampu menghadapi berbagai situasi dan kondisi sulit.


Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال