Hukum dan Syarat Mencari Ilmu

Tholabul ilmi faridhotun ala kulli muslim” adalah salah satu diantara banyak hadis yang berkaitan dalam hal mencari ilmu. Hadis tersebut menegaskan bahwa mencari ilmu bagi setiap orang yang beragama Islam adalah wajib. Hal ini dikarenakan sebab terbesar banyak orang yang jatuh dalam kemaksiatan adalah ketidaktahuan mereka.

KH Bahauddin Nur Salim atau yang akrab disapa Gus Baha dalam salah satu ceramahnya mengatakan bahwa kebodohan adalah puncak dari dosa, bodoh itu dosa. Beberapa orang sampai meninggalkan salat karena ketidaktahuan mereka akan manfaat mengerjakan salat dan ancaman meninggalkannya. Bahkan orang yang tidak masuk Islam bisa dikarenakan katidaktahuan mereka akan ajaran Islam sendiri.

Diriwayatkan dalam Kitab Ta’lim Muta’alim bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata “ana abdu man ‘allamani walau harfan” yang artinya kurang lebih aku adalah budak dari orang yang mendidikku walau hanya satu huruf. Hal tersebut mengaskan bahwa beliau sangat semangat dalam mencari ilmu, bahkan rela disamakan dengan budak walaupun hanya untuk belajar satu huruf. 

Lantas ilmu apa yang wajib dicari oleh orang Islam? Apakah semua cabang ilmu? Atau hanya satu ilmu? Ada satu pepatah Arab yang sangat terkenal yang menjelaskannya. Pepatah tersebut adalah “utlubul ilma walau bi shin” yang artinya carilah ilmu sampai ke negeri China. 

Mengapa harus China? Bukankah pusat Keislaman harusnya di Arab? Hal ini dikarenkan China adalah adalah negara yang terkenal dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologinya.

Sehingga bisa dianggap kalau kita bukan hanya wajib mencari ilmu yang berkaitan dengan hukum syariat saja, akan tetapi juga ilmu pengetahuan umum seperi sains, geografi dan lain-lain.

Walaupun tetap saja kita harus mendahulukan ilmu agama, khususnya hal-hal yang dilakukan sehari-hari seperti wudu, salat dan sebagainya. Baru ilmu yang dilakukan sesuai profesinya seperti pedagang harus mengetahui ilmu berdagang sesuai tata cara Islam.

Orang yang mencari ilmu juga hendaknya melakukan syarat-syarat. Hal tersebut dilakukan supaya para pencari ilmu bisa sukses atau kalau dalam tradisi pesantren diharapkan mendapatkan ilmu yang barokah mbarokahi, manfaat manfaati. Syarat tersebut sudah dituliskan dalam kitab yang sangat familiar dikalangan masyarakat desa yaitu kitab alala. 

Disebutkan ada enam syarat yang harus dilakukan pencari ilmu supaya sukses. Pertama adalah dhuka’in, yang diartikan limpat atau cerdas. Cerdas disini bukan berarti harus kuat hafalannya, harus ber IQ tinggi. Akan tetapi cerdas dalam cara belajar dan cerdas dalam membagi waktu. Ada juga yang mengartikannya cinta terhadap ilmu, sehingga akan bersungguh-sungguh dalam menjalankannya.

Syarat kedua adalah khirsin atau semangat. Orang yang mencari ilmu diharapkan semangat dalam proses belajarnya sehingga akan mendapatkan ilmu sesuai dengan usahanya. Semakin semangat dan sungguh dalam mencari ilmu, maka akan mendapatkan sesuai dengan usahanya. Seperti yang sering dikatakan bahwa proses tidak mengkhianati hasil. 

Syarat ketiga adalah sabar, karena orang yang akan meningkat dalam hal kebaikan pasti akan diberi cobaan oleh Allah SWT. Sabar disini juga bisa diartikan apakah pencari ilmu bisa bersyukur, sabar dengan kemajuan tekhnologi yang ada saat ini. 

Karena zaman dahulu pencari ilmu akan dituntut sabar atas banyaknya kekurangan, sedangkan sekarang akan dituntut syukur dengan banyaknya kemajuan. Apakah pencari ilmu bisa memanfaatan kemajuan yang ada, atau malah terjerumus dalam hal keburukan.

Syarat keempat adalah bulghoh atau pegangan. Terkadang pegangan disini diartikan sebagai uang saku, akan tetapi ada yang lebih penting daripada sekedar uang. Hal itu adalah ideologi atau prinsip. Seorang pencari ilmu harus memiliki prinsip yang kuat agar niat mencari ilmu tidak menjerumus pada keburukan.

Syarat kelima adalah bimbingan dari guru. Peran guru menjadi sangat penting sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing untuk muridnya agar tetap dalam jalan kebaikan. Seorang guru juga harus bisa menjadi teladan bagi muridnya agar para murid tidak menyepelekan ilmu dan tidak salah dalam mengamalkan ilmu.

Syarat keenam adalah waktu yang lama. Seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa mencari ilmu tidak dibatasi usia. Dalam proses belajar dengan guru juga harus dalam waktu yang lama sehingga ilmu yang didapatkan benar-benar matang. Terdapat cerita bahwa Nabi Musa yang seorang nabi yang terkenal dalam proses belajar kepada Nabi Khidir memakan waktu sepuluh tahun. 

Itulah keenam syarat yang harus dilakukan para pencari ilmu supaya sukses dalam belajarnya. Sedangkan keutamaan mencari ilmu sendiri sangat banyak, seperti akan dimudahkan jalannya menuju surga dan akan selalu didoakan kebaikan oleh seluruh makhluk hidup.

Intinya seseorang yang selalu mencari ilmu, pasti akan dimuliakan oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat. Sehingga alangkah baiknya bagi setiap muslim untuk selalu bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu.

Penulis: Muhammad Khafidh Maulana (Mahasiswa UIN Sunan Ampel Fakultas Ushuluddin; Menyukai Sejarah, Film dan Anime)

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال