Kisah Hari Ini: (8 Februari) Pertempuran Al Mansurah, Kala Dinasti Ayyubiah Hendak diserang Barat dan Timur

KULIAHALISLAM.COM- Kisah hari ini tepatnya pada 8 Februari 1250, dimana merupakan sebuah pertempuran yang berlangsung dari 8 sampai 11 Februari 1250, antara Tentara Salib yang dipimpin oleh Louis IX, Raja Perancis, dan pasukan Ayyubiyah pimpinan Emir Fakhr-ad-Din Yusuf, Faris ad-Din Aktai dan Baibars al-Bunduqdari. Pada pertengahan abad ke-13, Tentara Salib merasa yakin bahwa Mesir sebagai jantung pasukan dan gudang senjata Islam, merupakan hambatan bagi ambisi mereka untuk merebut Yerusalem, dimana sebelumnya telah lepas dari genggaman mereka untuk kedua kalinya pada tahun 1244. Pada tahun 1245, selama Konsili Lyon Pertama, Paus Innosensius IV memberikan dukungan penuhnya bagi Perang Salib Ketujuh yang sedang dipersiapkan oleh Louis IX, Raja Perancis.

Tujuan Perang Salib Ketujuh adalah untuk menghancurkan Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan Suriah, dan merebut kembali Yerusalem. Untuk memuluskan rencana, Tentara Salib meminta Mongol untuk menjadi sekutu mereka melawan kaum Muslim, dimana strategi tentara Salib menyerang dunia Islam dari barat, dan pasukan Mongol menyerang dari sisi timur. Güyük yang kala itu menjadi Khan Agung Mongol, mengatakan kepada utusan Paus bahwa Paus dan raja-raja Eropa harus tunduk kepada Kekaisaran Mongol, bila hendak menjalin aliansi. Aliansi ini sebelumnya merupakan sesuatu yang masuk akal: mengingat Mongol cenderung bersimpati kepada Kekristenan karena keberadaan orang-orang Kristen Nestorian di istana Mongol. Sementara Bangsa Franka (bangsa Eropa Barat dan mereka yang berada di negara-negara Tentara Salib di Syam juga terbuka terhadap gagasan untuk memperoleh bantuan dari Timur, yang salah satunya disebabkan oleh legenda Presbiter Yohanes, raja Timur yang diyakini akan datang untuk membantu Tentara Salib di Tanah Suci.Muslim juga merupakan musuh bersama Franka dan Mongol. Namun, walaupun telah bertukar pesan, hadiah, dan duta selama beberapa dasawarsa, aliansi ini tidak pernah terwujud.

Bayang-bayang kemenangan tentara salib membuat euphoria berlebih dikalangan tentara musuh, Namun Mesir waktu itu mempunyai para ulama besar yang memiliki keikhlasan untuk berjihad di jalan Allah. Mereka antara lain, Syeikh Al Islam Izuddin bin Abdissalam, Majduddin Al Qausyairi, Muhyiddin bin Suraqah, Majuddin Al Akhmimi, Abu Hasan As Syadzili serta para ulama lainnya. Para ulama itu melakukan tugas yang juga tidak jauh dari mara bahaya, dimana mereka datang dari berbagai wilayah di Mesir untuk bergabung bersama mujahidin di Al Manshurah. Syeikh sufi Abu Hasan As Syadzili, meski usianya sudah udzur dan dalam kondisi buta, ia merupakan ulama yang datang pertama kali ke Al Manshurah.

 

Mereka itulah para ulama sufi atau sufi ulama yang bergabung di tenda-tenda pasukan untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada mereka, memberi kabar gembira dengan kemenangan atau kesyahidan. Sedang di malam harinya, para ulama berkumpul dalam satu tenda bermunajat kepada Allah dengan shalat dan doa-doa mereka untuk memperoleh kemenangan.

Kapal-kapal Perang Salib Ketujuh, dipimpin oleh saudara-saudara Raja Louis, Charles d'Anjou dan Robert d'Artois, berlayar dari Aigues-Mortes dan Marseille menuju Siprus selama musim gugur 1248, dan kemudian ke Mesir. Kapal-kapal memasuki perairan Mesir dan pasukan Perang Salib Ketujuh mendarat di Damietta pada Juni 1249. Louis IX mengirim sepucuk surat kepada as-Salih Ayyub.Emir  Fakhr ad-Din Yusuf, komandan garnisun Ayyubiyah di Damietta, mundur ke kamp Sultan di Ashmum-Tanah,menyebabkan kepanikan besar di kalangan penduduk Damietta, yang melarikan diri dari kota, meninggalkan jembatan yang menghubungkan tepi barat Sungai Nil dengan Damietta tetap utuh. Jatuhnya Damietta menyebabkan keadaan darurat umum (disebut al-Nafir al-Am النفير العام) diumumkan, dan penduduk setempat dari Kairo dan dari seluruh Mesir pindah ke zona pertempuran. Selama berminggu-minggu, kaum Muslim menggunakan taktik gerilya melawan kamp-kamp Tentara Salib; banyak Tentara Salib ditangkap dan dikirim ke Kairo. Ketika pasukan Tentara Salib diperkuat dengan kedatangan Alphonse de Poitiers, saudara ketiga Raja Louis IX, di Damietta, Tentara Salib disemangati oleh berita kematian sang Sultan Ayyubiyah, Salahudiin Al Ayubi. Tentara Salib memulai pawai mereka menuju Kairo. Shajar al-Durr, istri dari sultan salahuddin, menyembunyikan berita kekalahan tersebut selama beberapa waktu dan mengirim Faris ad-Din Aktai ke Hasankeyf untuk memerintahkan Turanshah untuk segera pulang. Pada akhirnya sang putra legenda jihad salahuddin al ayubi naik takhta dan memimpin pasukan Mesir di pertempuran selanjutnya, Fariskur; dimana akhirnya tentara salib mengalami kekalahan telak dengan penawanan raja mereka Louis IX.

Referensi:

1)      Salim, Sholah.” Risalah Al Qusyairiyah dan Serangan Pasukan Salib ke Mesir”, 08 Agustus 2016 ,Hidayatullah.com diakses pada 08 Februari 2023.

2)      https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Al_Mansurah

 

Achmad Puariesthaufani

Pemerhati Sejarah & Pergerakan Islam. Lulusan Universitas Mercubuana Jakarta, saat ini sedang menempuh pendidikan Magister Manajemen di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال