Zuhud, Sederhana atau Minimalis?

KULIAHALISLAM.COM - Kebahagiaan merupakan tujuan hidup setiap orang, tidak terkecuali diri kita. Bahkan sebagian besar dari kita sering memaksakan perilakunya untuk mencapai kebahagiaan pribadi dengan merugikan orang lain. Berikut merupakan sebuah seni dalam menjalani kehidupan.

Zuhud

Imam Al Qusyairi menyatakan bahwa zuhud itu meninggalkan kenikmatan dunia dan tidak mempedulikan orang yang menikmatinya serta tidak merasa bangga terhadap kenikmatan dunia apalagi mengeluh karena kehilangan dunia. Imam Al Junaid mengartikan zuhud sebagai kosongnya hati (jiwa) dan tangan dari rasa memiliki dan dari hal-hal yang mengikutinya (kerakusan), Hafiun, 2017.

Macam-macam zuhud. Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang merupakan salah satu tokoh sufi terkemuka membagi zuhud menjadi dua macam, yaitu zuhud haqiqi (mengeluarkan dunia dari hatinya), dan zuhud shury (mengeluarkan dunia dari hadapannya, tetapi hatinya tetap menginginkan dunia). 

Dalam hal ini orang yang zuhud hakiki bukan selalu menolak rezeki, namun menjadikannya sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan zuhud shury bukan menjadi inti ajaran zuhud, karena hatinya masih menginginkan kenikmatan dunia sehingga hal ini akan menjadi penghalang dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Cara pandang orang zuhud terhadap dunia. Orang-orang yang pada tingkatan zuhud hakiki, memandang dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Selain itu, mereka memandang kenikmatan dunia dapat melalaikannya sehingga menghambat kedekatan dengan Tuhannya.

Ciri-ciri orang zuhud. Imam Al Ghazali mengatakan bahwa terdapat tiga ciri yang tergambar dari seseorang yang zuhud terhadap dunia, pertama dia tidak merasa gembira terhadap apa yang dia milikinya dan tidak pula sedih ketika sesuatu tidak dimilikinya. Kedua, tidak resah apabila dipuji dan tidak pula bangga apabila dipuji. Ketiga, hatinya semata-mata hanya tertanam sebuah rasa takut, rindu, dan cinta kepada Allah SWT, Hafiun, 2017.

Golongan orang-orang yang zuhud. Abdullah bin Alwi Al Hadad membagi golongan orang yang zuhud, pertama mereka yang lari dari dunia meski disajikan pada mereka dengan cuma-cuma. 

Kedua, mereka yang tidak berlari dari dunia dan menerimanya serta membagikan pada orang yang berhak membutuhkan. Ketiga, mereka yang mencari dunia sekadar untuk memnuhi kbutuhan hidupnya. Mereka inilah yang memiliki sikap syukur, rida, qana’ah dan sabar terhadap nikmat yang diberikan-Nya.

Zuhud di era modern. Zuhud di era modern digunakan sebagai salah satu pendekatan untuk mencapai keahagiaan atau ketenangan. Karena pada dasarnya, masyarakat modern justru memiliki banyak kegelisahan. 

Pertama, gelisah kerena takut akan kehilangan apa yang mereka miliki. Kedua, ketakutan yang muncul terhadap masa depan yang tidak disukai akan dihadapi. Ketiga, kecewa karena tidak mampu memenuhi harapan dan kepuasan spiritual serta keempat, gelisah karena melakukan banyak pelanggaran dan dosa.

Sederhana

Sederhana merupakan sebuah perilaku yang dilakukan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Perilaku tersebut merujuk pada apa yang dibutuhkan, bukan apa yang sekedar diinginkan sehingga terhindar dari perilaku berlebihan atau foya-foya.

Berikut merupakan cara memiliki kebiasaan hidup yang sederhana:

Memiliki mindset, membeli barang sesuai kebutuhan. Kepemilikan atas barang yang berlebihan juga menambah tanggung jawab dalam merawat dan menjaganya. Mindset ini perlu ditanamkan agar memiliki barang sesuai kebutuhan dan berdasarkan fungsinya.

Membiasakan diri dengan menabung. Ketika kita sudah mulai terbiasa untuk membeli barang berdasarkan fungsinya, tentu akan diperlukan pengalokasian dana dan menabung adalah cara yang tepat agar tidak terjebak dalam kebiasaan hidup yang boros.

Membiasakan berbagi. Selain menabung, kebiasaan berbagi bukan saja melatih kesadaran tentang tingkat cukup akan tetapi juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk dapat menikmati apa yang bisa kita rasakan.

Menggunakan benda/alat secara bijaksana. Seorang yang sederhana akan cenderung membeli barang yang sesuai denga napa yang mereka butuhkan. Selain itu, mereka juga akan terbiasa menggunakan benda yang masih bisa digunakan ketimbang membeli yang baru.

Menyesuaikan keinginan dan kemampuan. Dengan kesadaran ini, seseorang yang sederhana akan cenderung menyesuaikan keinginan terhadap kemampuan yang dimiliki. 

Membedakan keinginan dan kebutuhan. Seseorang yang berperilaku hidup sederhana mampu membedakan mana yang merupakan sebuah keinginan dan mana yang menjadi sebuah kebutuhan.

Salah satu contoh perilaku hidup sederhana dalam kehidupan sehari hari seperti berbicara seperlunya, rendah hati dan apa adanya, kemudian berpenampilan rapi dan tidak mencolok, serta sesuai dengan norma yang berlaku. Selain itu, memakan makanan dan minuman yang bergizi tidak harus mahal dan tentu harus sesuai dengan kemampuan perut dongs.

Minimalis

Gaya hidup minimalis sendiri terlahir atas perlawanan budaya hidup modern yang cenderung konsumtif. Seseorang yang minimalis akan menitikberatkan terhadap apa yang mereka butuhkan, sehingga sarana prasarana yang digunakan bisa seefisien mungkin dengan mengurangi kuantitas.

Dalam memanfaatkan barang, islam juga mengajarkan bagaimana hidup minimalis dengan prinsip memakan makanan yang halal dan baik dan tidak melampaui batas. Dalam hal ini bahkan Allah tidak menyukai orang-orang yang bersikap berlebihan, karena menitikberatkan pada keinginan bukan kebutuhan. Selain itu, juga tidak mengkonsumsi makanan yang kotor dan menjauhi riba.

Berikut ini merupakan prinsip hidup seorang yang minimalis:

Menggunakan barang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini akan membuat seseorang cenderung melihat manfaat setiap barang apa yang akan mereka miliki.

Menjadi diri sendiri. Orang yang memiliki gaya hidup minimalis akan menjadi dirinya sendiri, sehingga mereka akan cenderung tidak terbawa strategi marketing yang digunakan terhadap suatu produk. Apa yang dimiliki seseorang yang berlaku hidup minimalis akan mencerminkan dirinya, karena dia pasti akan melihat kualitas ketimbang kuantitas.

Semakin banyak barang semakin stress. Stress juga akan timbul pada diri seseorang ketika dia memiliki barang yang cukup banyak. Hal ini berkaitan dengan menjaga dan merawat barang yang dimiliki, ada tanggung jawab terhadap barang yang perlu ditunaikan.

Menyukai tanpa memiliki. Orang yang memiliki gaya hidup minimalis akan cenderung sadar bahwa mencintai tidak sama dengan harus memiliki. 

Merasa cukup. Seorang yang hidup minimalisa akan cenderung merasa cukup denga napa yang dia miliki.

Sederhana. Seseorang yang hidup minimalis akan cenderung sederhana, tidak berlebih-lebihan dalam berbagai hal.

Tidak perlu risau kita yang mana, karena baik zuhud, sederhana, dan minimalis sama-sama mengajarkan hal yang positif. Akan tetapi bedanya, dalam zuhud perilaku positif tersebut memanfaatkan apa yang dimilikinya dalam rangka mendekatkan diri pada Allah Swt. Wallahua’lam

Referensi:

  1. Hafiun, Muhammad. (2017). Zuhud dalam Ajaran Tasawuf. Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam, 14(1), 77-93.
  2. Kemendikbud. (2016). Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Menanamkan Hidup Sederhana. Jakarta: Kemendikbud.
  3. Nahak, Afendi. (2020). 10 Dasar Pemikiran Hidup Minimalis dari Buku ‘Seni Hidup Minimalis’. Diakses, Januari 2023. https://www.idntimes.com/life/inspiration/afendi-nahak/10-dasar-pemikiran-hidup-minimalisme-dari-buku-seni-hidup-minimalis-c1c2?page=all

Penulis: Rohman Priyanto (Mahasiswa Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga)
Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال