Pemikiran Karl Marx Tentang Struktur Masyarakat Dialektika Infrastruktur dan Suprastruktur

Abstrak

KULIAHALISLAM.COM - Pemikiran Karl Marx tentang dialektika suprastruktur dan infrastruktur dalam tatanan struktur masyarakat. Data di analisis peneliti dengan metode content analysis. Hasil penelitian menyatakan bahwa menurut Karl Mark struktur masyarakat terbagi dalam dua bagian besar yakni infrastruktur (basis) dan Suprastruktur (bangunan atas). 

Lapisan bawah (infrastruktur/basis) ditentukan oleh dua hal, yaitu tenaga-tenaga produktif (produktivkrafte) dan hubungan-hubungan produksi (produktion sverbalt-nisse). Komponen yang menyusun tenaga-tenaga produktif terdiri atas alat-alat kerja, kemampuan dan pengalaman masyarakat dalam pekerjaan (tenaga kerja), dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. 

Sedangkan suprastruktur terdiri atas 2 macam, yaitu tatanan institusional dan tatanan kesadaran kolektif atau bangunan atas ideologis. Tatanan institusional adalah segala macam lembaga yang mengatur kehidupan bersama masyarakat di luar bidang produksi,yang di dalamnya memuat organisasi pasar, sistem pendidikan, sistem kesehatan masyarakat, hukum dan negara. 

Sedangkan tatanan kesadaran kolektif merupakan sebuah tatanan yang memuat sistem kepercayaan, norma-norma dan nilai yang memberikan kerangka pengertian makna dan orientasi spiritual. Isi dari tatanan kesadaran kolektif ini terdiri atas pandangan dunia, agama, filsafat, moralitas masyarakat, nilai-nilai budaya dan seni.

Kata Kunci: Inftrastruktur, Supastruktur, Pasar, Dialektika, Filsafat Barat

A. Pendahuluan 

Pada tahun 1818 di kota Trier di perbatasan barat Jerman, di tengah pergulatan antara kaum kapitalis dan pekerja dalam memperjuangkan kepentingan masing-masing, lahirlah seorang tokoh besar yang bernama Karl Heinrich Marx. 

Karl Marx yang dilahirkan dalam keluarga Yahudi, melihat langsung bagaimana kaum buruh dieksploitasi sedemikian rupa oleh kaum kapitalis. Sehingga ini merupakan motivator awal bagi Karl Marx untuk memulai kekritisannya terhadap sistem kapitalisme. 

Kritikan Karl Marx terhadap proses produksi dan distribusi harta dalam kapitalisme pada dasarnya berisikan tentang 2 hal, yaitu ajaran tentang nilai lebih (Surplus Veleu) dan dinamika perkembangan kapitalisme yang didasarkan pada hukum kontradiksi internal kapitalis. Ajaran tentang nilai lebih (Surplus Veleu) Karl Marx sebenarnya berangkat dari teori nilai dari David Ricardo. Menurut Ricardo, bahwa :

Nilai barang (komoditas) bukan ditentukan semata-mata kadar usaha yang secara langsung dikorbankan untuk menghasilkan barang tersebut. Tetapi juga pada usaha yang telah dikorbankan sebelumnya untuk menghasilkan alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan yang dipergunakan dalam proses produksi. 

Dari teori David Ricardo inilah Karl Marx melahirkan konsepsinya tentang surplus veleu (nilai lebih). Teori Marx ini mengatakan bahwa nilai komoditas bergantung pada jumlah buruh atau tenaga yang dibutuhkan dalam menghasilkan komoditas. Dengan lain kata, semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menghasilkan barang tersebut, semakin tinggi pula nilai komoditas tersebut.

Bagi Karl Marx, esensi dari sistem kapitalisme adalah pelipat gandaan kapital (uang). Dengan uang para kapitalis membeli tenaga kerja dan mesin produksi untuk menghasilkan komoditas. Setelah komoditas dihasilkan para kapitalis menjualnya lagi untuk mendapatkan uang yang lebih banyak lagi. 

Sirkulasi pertukaran barang dan perubahan uang menjadi komoditas dan berubah lagi menjadi uang, di kenal dengan pola M – C – M. Nilai lebih yang diambil oleh kaum kapitalis dari kaum buruh pada dasarnya adalah sebuah tindakan pencurian terhadap hak-hak kaum buruh yang di sebut Karl Marx sebagai tindakan eksploitasi.

Di bawah produksi kapitalisme, kaum buruh bukan hanya tereksploitasi melainkan juga teralienasi. Karl Marx membagi keterasingan yang di alami buruh menjadi 2 macam, yaitu keterasingan dari dirinya sendiri dan keterasingan dari orang lain atau sesamanya. Keterasingan dari dirinya sendiri (buruh) selanjutnya di bagi menjadi 3 macam keterasingan, yaitu alienasi dari aktivitas kerjanya, alienasi dari hasil kerjanya dan alienasi dari dirinya sendiri. 

Ketika eksploitasi yang di alami buruh semakin tinggi, maka kesadaran kelas akan muncul. Emansipasi atas kelas-kelas yang ada hanya dapat dicapai melalui perjuangan kelas dengan jalan revolusi. Perjuangan kelas, adalah sesuatu yang tidak terelakkan. 

Kepentingan kelas yang ada saling bertentangan. Kaum kapitalis, agar dapat tetap eksis dalam pasar bebas maka harus melakukan rasionalisasi cara produksi yang berujung pada pengurangan upah buruh. Sedangkan kaum buruh berkepentingan untuk mendapatkan upah yang layak dan syarat kerja yang bagus. 

Kritik Karl Marx yang kedua, adalah berkaitan dengan dinamika perkembangan kapitalisme yang didasarkan pada hukum kontradiksi internal kapitalis. Menurut Karl Marx, dinamika yang terjadi dalam kapitalisme adalah dinamika menuju kehancuran sistem itu sendiri. 

Perbaikan-perbaikan yang bertujuan untuk mengurangi kontradiksi yang ada, tidak akan mampu memecahkan kontradiksi itu. Hal ini disebabkan kontradiksikontradiksi itu adalah esensi dari sistem kapitalisme.

Dalam konsepsi “Materialisme Historis” kehancuran sistem kapitalisme adalah bagian yang tidak terelakkan. Evolusi sosial menuju tahapan masyarakat yang lebih tinggi adalah keniscayaan sejarah. 

Sebagaimana kapitalisme muncul dari evolusi sistem perbudakan dan feodalisme. Tahapan masyarakat yang lebih tinggi dari kapitalisme adalah sosialisme yang jatuh pada masyarakat komunisme sebagai tahap evolusi yang terakhir. 

Dinamika kapitalisme tersebut dijelaskan Karl Marx melalui konsepsinya tentang hukum gerak ekonomi yang berisikan tentang teori konsentrasi dan akumulasi modal, teori pemelaratan dan teori krisis ekonomi kapitalisme.

Dalam Das Kapital, Marx mengatakan : 

Dengan jumlah kapitalis besar yang terus berkurang tumbuhlah masa kemlaratan, tekanan, perbudakan, kepalsuan, penghisapan dan kemarahan kelas buruh yang terus bertambah besar dan dididik oleh mekanisme proses produksi kapitalis itu sendiri. Monopoli modal menjadi belenggu cara produksi yang berkembang bersama dengannya. Sentralisasi alat-alat produksi dan pensosialan (vergesell shaftung) pekerjaan mencapai titik di mana mereka tidak dapat didamaikan lagi oleh selubung kapitalisme. Mereka diledakkan, tibalah saat kehancuran hak milik pribadi. Para perampas dirampas.

B. Biografi Karl Heinrich Marx

Karl Marx mempunyai nama lengkap Karl Heinrich Marx. Ia dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1818 M di kota Trier–Prusia sebelah perbatasan barat Jerman. Ia dilahirkan ditengah-tengah keluarga Yahudi. 

Ayahnya Heinrich Marx adalah seorang pengacara Yahudi, karena adanya tekanan dari pemerintah Prusia, maka, seluruh keluarga Marx pindah agama, masuk agama Kristen Protestan, walaupun masyarakat di kota Trier banyak yang memeluk Kristen Katolik. Hal ini, tidak terlepas dari keinginan sang ayah, Heinrich Marx untuk bekerja sebagai seorang notaris. 

Kepindahan Marx beserta keluarganya dari agama Yahudi ke agama Kristen Protestan, sebenarnya tidak dilakukan secara bersama. Ibunya, yang bernama Henrietta Pressborch baru masuk delapan tahun kemudian setelah ayahnya. Tidak jauh berbeda dengan ayahnya, motif kepindahan ibunya juga disebabkan adanya keuntungan sosial, pada saat itu. 

Karl Marx anak lelaki tertua dari sembilan bersaudara, baru dibaptis kemudian sebagai seorang Kristen, tepatnya pada tahun 1874. Kepindahan agama keluarganya, dialami Marx pada saat berusia 6 tahun.

Sewaktu kecil, Marx biasa dipanggil dengan gelar si Maroko, yaitu panggilan yang dinisbahkan pada bangsa yang mendiami Afrika Barat Laut. Perawakannya gemuk, berkulit hitam, mata cekung dan memancarkan sorotan yang tajam. Marx terlihat pendek diantara teman-teman sebayanya pada saat berusia 15 tahun.

Karl Marx menamatkan sekolah menengah awal (Gymnasium) pada saat berumur 17 tahun,. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah atas. Kegeniusan Marx benar-benar sudah terlihat sejak kecil.

Pada saat duduk di sekolah menengah atas ia menulis esai yang berjudul The Union of The Fathful With Christ yang membicarakan Alienasi, rasa takut ditolak oleh Tuhan. Marx sangat tertarik dengan carita tentang surga yang damai dalam kitab Gensis dan merasa takut dengan cerita mengerikan Apocalypse dalam Revelation of St. John.

Setelah lulus sekolah menengah, atas keinginan ayahnya, Karl Marx melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Bonn. Ayahnya berharap semoga Marx dapat melanjutkan karirnya sebagai seorang notaris. 

Di Universitas Bonn. Karl Marx hanya selama satu tahun. Marx tidak kerasan di Universitas Bonn, kemudian ia pindah ke Universitas Berlin. Di sana ia mengkhususkan diri pada studi filsafat dan sejarah. 

Sebelum Marx pindah ke Unversitas Berlin, Marx melamar Jenny Von Wetsphalen, yang telah lama menjadi kekasihnya. Ayah Jenny, Baron Lodwing Von Westphelen adalah seorang penasehat di kota Trier. Marx menikahi Jenny pada tahun 1843. 

Jenny sangat setia kepada Marx dan ide-ide revolusionernya. Sepanjang hidup mereka, Jenny dan Karl Marx hidup tak terpisahkan, meskipun hidup miskin, menderita penyakit dan kegagalan. Cinta Jenny kepada Marx adalah cinta yang abadi. Dari pernikahannya dengan Jenny, Karl Marx dianugrahi 6 orang anak. Meskipun dari 6 orang tersebut, hanya 2 orang yang dapat bertahan hidup. 

Di Universitas Berlin, Marx bergabung dengan kelompok studi yang menggeluti ajaran filsafat Hegel. Kelompok studi tersebut bernama Hegelian Muda (Young Hegelian). Disinilah awal dari keradikalan dan kekritisan fikiran-fikirannya. 

Dengan penekanan pada rasionalitas dan kebebasan, ajaran filsafat Hegel tersebut sangat cocok untuk mengkritik sistem politik yang otoriter. Sehingga karena keradikalannya kaum Hegelian Muda ini menjadi lawan dari golongan kaum Hegelian Sayap Kanan yang pro dengan pemerintah Prusia.

Pada tahun 1841, Marx mendapatkan gelar Doktor dari Universitas Jena dengan disertasi “The Diffrence Between The Natural Philosophy of Democritos and Natural Philosophy of Epicurus” (Perbedaan antara filsafat alam Demokratis dan filsafat alam Epicurus) tepatnya pada tanggal 15 April 1841. 

Keinginannya untuk menjadi dosen di Universitas Bonn menjadi kandas dikarenakan sifat radikalnya dan sulit untuk kompromi dengan status quo. Akhirnya, Marx terjun ke dunia wartawan, di sebuah koran oposisi yang berhaluan liberal-progresif di Kohin yang bernama Rheinissche Zeitung. 

Tidak jauh beda dengan nasib keinginannya menjadi dosen, koran yang dipimpinnya itupun terkena sorotan yang tajam dari pemerintah Prusia. Keradikalannya lagi-lagi menjadi penyebab pembredelan koran Rheinissche Zeitung. 

Melihat tidak ada nasib di Prusia, akhirnya Karl Marx dan istrinya pindah ke Paris (Prancis). Di sinilah Marx berkenalan dengan tokoh-tokoh sosialis Prancis seperti Proudhan dan Bakunin. Ini merupakan benih awal dari gagasannya tentang sosialisme dan komunisme. 

Selain bertemu dengan tokoh sosialis Prancis, Marx juga berkenalan dengan F. Engels, anak pengusaha pabrik pemintalan kapas yang juga seorang Jerman kelahiran Bermen. Ini merupakan awal persahabatan abadi antara Karl Marx dengan F. Engels. 

Dengan Engels, Karl Marx menelurkan gagasan-gagasan revolusionernya. Banyak karya-karya Marx yang mendapatkan bantuan dari F. Engels. Diantaranya adalah pengaruh karya F. Engels yang mengarahkan Marx kepada ekonomi-politik yang berjudul “The Condition of The Working Class in Engels in 1844”. 

Selain itu, gagasan tentang liga komunis (Communist League) yang menjadi cikal bakal gerakan buruh internasional yang pertama (International Working Men’s Association) juga tidak bisa dipisahkan dari sumbangsih F. Engels. 

Kehidupan Marx di Paris tidak berlangsung lama. Lagi-lagi karena keradikalannya, Marx dan keluarganya harus meninggalkan Paris (Perancis) menuju ke Brussel yang menjadi awal pengasingannya yang permanen. Di Belgia, Marx dan Engels di tugaskan oleh liga keadilan yang menjadi liga komunis di London untuk menulis pamflet yang terkenal dengan The Communist Manifesto. 

Pengusiran demi pengusiran tidak henti-hentinya dialami Karl Marx. Di Brussel (Jerman), karena propaganda dari tulisan-tulisannya, Jerman mengalami revolusi buruh. Akhirnya pada bulan Agustus 1849 Karl Marx pindah ke London (Inggris) bersama istri dan ketiga anaknya. 

Ini merupakan kepindahan Marx yang terakhir. Marx hidup di London, selama 30 tahun. Di sinilah Marx melahirkan karya monumentalnya “Das Capital” sebagai hasil pengamatan dan penelitiannya terhadap kaum kapitalis Inggris yang pada saat itu di kenal dengan kematangan produksi kapitalnya. 

Di London, tepatnya di distrik soho Marx menjalani kehidupan yang serba kekurangan. Marx hidup dalam kemiskinan, ketiga anaknya mati kekurangan gizi dan sakit. Tidak jarang Marx menggadaikan perabotan rumahnya, seperti perak, taplak bahkan jasnya sendiri untuk menghidupi keluarganya. 

Istrinya Jenny meniggal dunia karena kanker pada tahun 1881 M. Anaknya yang juga bernama Jenny meninggal dua tahun kemudian karena sakit yang sama. Marx meninggal pada tanggal 14 Maret 1883 M dalam keadaan duduk di tempat kursi kerjanya. 

Marx dimakamkan di Higgate Cemetery di London disisi Jenny. Engels berpidato dalam pemakamanya. F. Engels berkata : 

Was the best hated and most calumniated man of his time (orang yang paling di benci, tetapi paling di kasihi dari segala orang pada zamannya) 

Sebuah monumen setinggi dua belas kaki dengan patung kepala Karl Marx didirikan pada tahun 1950-an oleh partai komunis untuk mengenang jasa-jasanya. Dalam patung tersebut dituliskan sebuah frase yang terkenal “Wahai kaum buruh sedunia, bersatulah.”

Dibuat dari emas dan ditempelkan di monument. Pada kaki monument ditulis kata-kata Marx Filsuf Hanya Menafsirkan dunia tetapi tujuan sesungguhnya adalah mengubah dunia. 

Tokoh yang sangat berpengaruh dalam konsepsi-konsepsinya adalah G.W. Hegel dan L.A. Feuerbach. Dari Hegel. Marx mendapatkan konsepsi dialektika sebagai kerangka pemahamannya tentang sejarah masyarakat. Dalam sebuah surat kepada Kugelmann tahun 1868 Marx menyatakan :

Hegel’s dialectic is the basic of dialectic, but only after is has been stripeed of its mystical form, and it is phecisely this which distinguishes my method (Dialektika Hegel adalah dasar dari segala dialektika, tetapi apabila dialektika itu setelah dibersihkan dari bentuk mistiknya dan proses inilah yang membedakan dengan metode saya).

Marx memandang bahwa sistem filsafat Hegel salah posisi. Maksudnya, prinsip Hegel yang memandang ide sebagai yang primer sedangkan benda sebagai yang skunder adalah terbalik. 

Menurut Marx, ide adalah yang skunder, sedangkan benda adalah yang primer. Marx menjungkirbalikkan metode dialektika yang dipakai Hegel, dari dialektika-idealis menjadi dialektika-materialis. 

Tokoh berikutnya yang berpengaruh pada diri Karl Marx adalah L.A. Feurbach yang sama-sama merupakan anggota Hegelian Kiri. Dari Feurbech, Marx mendapatkan konsepsi tentang matrialisme. 

Akan tetapi antara matrialisme Marx dengan Feurbech terdapat perbedaan. Bagi Marx, materialisme Feuerbach adalah materialisme yang vulgar. Dalam kritiknya “Theses on Freurbach”, Marx mengatakan : 

The highest point attained by contemplation materialism, that is, materialism which does not understand sensuosness as practical activity is the contemplation of sigle individualis in civil society (Puncak tertinggi yang dicapai oleh matrialisme kontemplatif, yaitu matrialisme yang tidak memahami keindrawian sebagai aktivitas praktis adalah kontemplasi orang seorang dalam masyarakat sipil). 

Pengaruh tokoh-tokoh ini, lebih lanjut akan dibahas pada pokok-pokok pemikiran Karl Heinrich Marx tentang distribusi pendapatan yang meliputi konstruksi basis dan bangunan atas; hak milik dan akibatnya, pola produksi yang memuat kritik terhadap produksi kapitalis dan produksi dalam sosialis dan yang terakhir tentang konsepsi distribusi pendapatan.

C. Struktur Masyarakat

Sebagaimana yang disinggung diatas, bahwa Karl Marx melihat dan memahami masyarakat dalam kerangka struktur. Di mana, dalam konsepsinya Marx membagi masyarakat dalam 2 struktur besar, yaitu infrastruktur (basis) dan suprastruktur (bangunan atas).

D. Infrastruktur (Basis)

Dalam pandangan Karl Marx, basis merupakan motor penggerak dalam sejarah manusia. Dinamika yang terjadi dalam basis pada akhirnya menunjukkan perubahan masyarakat lama menuju masyarakat baru yang notabene tingkatannya lebih tinggi. Motor penggerak dalam basis itu sendiri adalah produksi materil yang terjadi dalam masyarakat.

Menurut Karl Marx, lapisan bawah (infrastruktur/basis) ditentukan oleh dua hal, yaitu tenaga-tenaga produktif (produktivkrafte) dan hubungan-hubungan produksi (produktion sverbalt-nisse). 

Tenaga-tenaga produktif adalah kekuatan-kekuatan yang dipakai oleh masyarakat untuk mengerjakan dan mengubah alam. Komponen yang menyusun tenaga-tenaga produktif terdiri atas alat-alat kerja, kemampuan dan pengalaman masyarakat dalam pekerjaan (tenaga kerja), dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. 

Adapun, hubungan-hubungan produksi merupakan hubungan kerjasama atau pembagian kerja antara manusia yang terlibat dalam proses produksi. Dalam hal ini, manusia yang terlibat dalam proses produksi adalah sebagaimana struktur pengorganisasian sosial produksi yang terdiri atas kaum pemilik modal dan kaum pekerja. 

Hubungan-hubungan produksi selalu mengambil bentuk hubungan hak milik dalam masyarakat dan hubungan sosial sesuai apa yang telah diatur masyarakat tentang kondisi dan kekuatan produksi serta menyalurkan hasil produksi kepada anggota masyarakat.

Faktor yang menentukan hubungan-hubungan produksi, dalam hal ini relasi kelas yang terlibat dalam proses produksi sangat bergantung pada tingkat perkembangan tenaga-tenaga produktif dalam setiap fase masyarakat. Semakin tinggi tingkat perkembangan tenaga-tenaga produktif, semakin tinggi pula perubahan yang terjadi dalam masyarakat. 

Dengan kata lain, dinamika yang terjadi dalam basis (hubungan produksi dan tenaga produktif) menentukan perkembangan struktur kelas dalam masyarakat. Dari struktur masyarakat lama menuju struktur masyarakat baru yang meningkat dalam lompatan-lompatan yang revolusioner.

Deskripsi perkembangan masyarakat tersebut, digambarkan Karl Marx dalam 5 tahap perkembangan masyarakat, yaitu masyarakat komunal primitif, perbudakan (slavery), feodalisme, kapitalisme dan sosialisme menuju masyarakat komunisme. Perkembangan-perkembangan tersebut, kesemuanya disebabkan oleh perkembangan tenaga-tenaga produktif. 

Pertama, masyarakat komunal primitif, yaitu masyarakat yang proses produksinya masih menggunakan alat-alat yang sangat sederhana. Pada tingkatan ini alat-alat produksi dimiliki secara bersama (komunal). Masyarakat ini belum mengenal hak milik pribadi, sehingga nilai surplus belum ada pada masa ini. 

Pola produksi pada saat itu masih terbatas pada kebutuhan konsumsi pribadi. Manurut para ahli, bahwa ciri masyarakat primitif adalah terbatasnya produksi barang-barang pada kebutuhan individu dan tiadanya sistem politik yang terpisah dalam komunitas.

Kedua, ketika masyarakat komunal menemukan alat-alat yang dapat memperbesar produksi maka periode zaman batu berakhir digantikan zaman besi dan tembaga. Dengan adanya lompatan hasil produksi yang disebabkan oleh temuan alat-alat produksi, maka lahirlah masyarakat baru, yaitu perbudakan (slavery). 

Masyarakat ini muncul dari relation of production antara pemilik alat-alat produksi dengan kaum pekerja yang hanya mengandalkan tenaganya. Pada tahap inilah, masyarakat mulai terbelah menjadi kelas-kelas, yaitu pemilik alat produksi dan budak. Upah yang diterima kaum budak hanya sampai pada batas mempertahankan hidupnya saja. Marx menilai bahwa :

Nilai upah kerja budak saat itu sudah di bawah standar murah dan di saat yang sama pemilik alat-alat produksi tidak mau memperbaiki alat-alat produksi yang dimilikinya. Namun pada saat itu pula budak makin lama makin sadar kedudukannya di dalam hubungan produksi. Ketidakpuasan ini menjadi awal perselisihan dua kelompok masyarakat, budak dan pemilik alat produksi.

Ketiga, feodalisme. Runtuhnya masyarakat perbudakan, melahirkan bentuk masyarakat baru yaitu feodalisme. Alat-alat produksi tersentral pada golongan bangsawan saja, terutama kaum tuan tanah. 

Sedangkan buruh tani yang berasal dari budak dimerdekakan. Relation of Production semacam ini melahirkan corak produksi baru. Di mana kaum buruh tani lebih mendapatkan bagian yang layak dari kerjanya. Dari corak masyarakat ini malahirkan kelas baru yaitu tuan tanah dan buruh tani. 

Keempat, masyarakat kapitalisme. Dengan adanya perbedaan kepentingan pada masyarakat feodalisme, yaitu kelas tuan tanah yang bertujuan untuk mendapatkan untung yang lebih besar, maka pengembangan wilayah pangsa pasar adalah keharusan. Dengan melakukan pendirian pabrikpabrik kaum feodal ini mencari keuntungan. 

Akibatnya muncul perdagangan yang mencari pasar dan melemparkan hasil produksi yang selalu bertambah. Pada puncaknya kepentingan ini menjadi tidak terbendung lagi. Maka muncullah kelas kaya baru,yaitu borjuis yang menjelma pada sistem kapitalisme. 

Karakteristik yang menonjol dalam sistem ini adalah kebebasan individu yang didasarkan pada hak milik atas alat-alat produksi. Dari relasi produksi ini muncul kelas baru yaitu kelas bojuis dan proletar.

Kelima, sosialisme. Bentuk masyarakat yang dipahami oleh Marx sebagai masyarakat terakhir dari hasil evolusi sejarah. Pada masyarakat ini tidak ada hak milik, kelas dan pembagian kerja. Semuanya dikelola secara kolektif (bersama). Sosialisme merupakan tahapan masyarakat transisional menuju masyarakat komunis, yaitu masyarakat tanpa negara dan kelas. 

Dalam sosialisme, negara masih ada, hanya saja fungsinya sudah jauh berkurang dan melemah yaitu hanya sebagai alat mempertahankan hasil revolusi dari serangan balik kaum borjuis. Negara dalam hal ini adalah dalam bentuk kediktatoran proletariat yang bertugas untuk memangkas sisa-sisa kelas borjuis yang ada.

Dari uraian diatas, tampaklah bahwa ciri khas dari basis adalah pertentangan yang terjadi antara kelas-kelas atas dengan kelas-kelas bawah. Selain itu tingkat perkembangan alat-alat kerja tidak tergantung pada kewenangan manusia. Melainkan mengikuti logika internal-insting manusia untuk mempertahankan diri. Dengan kata lain perkembangan alat-alat produksi adalah keniscayaan tersendiri. 

Konsepsi Karl Marx tentang dinamika perkembangan masyarakat yang dikenal dengan istilah Materialisme Historis (sebuah tafsiran sejarah dari aspek ekonomi) pada dasarnya merupakan Penjungkir balikan atas metode dialektik G.W. Hegel. Hegel memandang bahwa benda adalah sekunder, sedangkan pikiran adalah primer. Oleh sebab itu, bagi Hegel pengendali atas perubahan dalam masyarakat adalah ide manusia, bukan proses produksi material. 

Dengan melakukan penjungkir balikan atas metode dialektik Hegel, Marx memandangnya sebagai proses penyempurnaan atas konsepsi filsafat sejarah G.W. Hegel. Bagi Marx, semua perubahan sosial yang signifikan adalah perubahan mode produksi material dalam ekonomi yang berisikan relasi hubungan produksi dengan tenaga produktif yang merupakan komponen penyangga basis material dalam masyarakat.

E. Suprastruktur (Bangunan Atas)

Dalam pandangan Marx, suprastruktur (bangunan atas) merupakan kristalisasi dari proses produksi material dalam basis. Konstruksi bangunan atas sangat ditentukan oleh proses perkembangan dan cara produksi material masyarakat. Dalam istilah Marx ,Bangunan Atas dikenal dengan istilah bangunan bidang budaya, yang di dalamnya ide atau pemikiran manusia tentang agama, politik, hukum, filsafat, seni dan etika. 

Di dalam pengantar Critique of Political Economic (1859) Marx menyatakan : 

Totalitas hubungan-hubungan produksi struktur ekonomi masyarakat-fondasi sesungguhnya yang membangun suprastruktur legal dan politis, dan menghubungkan bentuk-bentuk terbatas kesadaran sosial. Masa produksi dalam kehidupan materialistis menentukan karakter umum proses kehidupan sosial, politis dan spiritual.

Konsepsi bangunan atas (suprastruktur) tersebut, sekaligus merupakan pembuktian Karl Marx atas konsepsi Hegel yang menyatakan kehidupan budaya masyarakat ditentukan oleh ide-ide manusia adalah keliru. Kehidupan basislah yang menentukan konstruksi bangunan atas. Dalam ungkapan yang terkenal Marx mengatakan : 

Keadaan sosiallah yang menentukan kesadaran manusia. Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan sosial.

Komponen yang menyanggah kehidupan bangunan atas (suprastruktur) menurut Karl Marx, terdiri atas 2 macam, yaitu tatanan institusional dan tatanan kesadaran kolektif atau bangunan atas ideologis. 

Tatanan institusional adalah segala macam lembaga yang mengatur kehidupan bersama masyarakat di luar bidang produksi, yang di dalamnya memuat organisasi pasar, sistem pendidikan, sistem kesehatan masyarakat, hukum dan negara. 

Sedangkan tatanan kesadaran kolektif merupakan sebuah tatanan yang memuat sistem kepercayaan, norma-norma dan nilai yang memberikan kerangka pengertian, makna dan orientasi spiritual. Isi dari tatanan kesadaran kolektif ini terdiri atas pandangan dunia, agama, filsafat, moralitas masyarakat, nilai-nilai budaya dan seni. 

Masuknya ideologi atau sistem kepercayaan masyarakat yang di dalamnya termasuk agama dalam bangunan atas adalah tidak terlepas dari hasil penelitian dan pengamatan Karl Marx, atas pola keberagamaan masyarakat pada saat itu. 

Agama yang seharusnya membebaskan ternyata menjadi legitimasi kaum penguasa yang represif untuk melanggengkan kepentingannya. Agama telah meninabobokkan masyarakat dengan janji-janji penyelematan atas kelaparan dan penderitaan masa. 

Pandangan Karl Marx tentang agama, yang dipandang sebagai bagian dari gejala sosial dan merupakan cerminan atas basis berujung pada kritiknya yang memandang Agama adalah candu masyarakat. 

Marx mengatakan : 

Agama adalah kesadaran diri dan perasaan pribadi manusia, di saat ia belum menemukan dirinya atau di saat ia telah kehilangan dirinya. Tetapi manusia itu bukanlah sejenis makhluk abstrak yang berdiam di luar dunia. Manusia adalah dunia manusia, negara, masyarakat negara, masyarakat itu menghasilkan agama yang merupakan suatu kesadaran terhadap dunia yang tidak masuk akal agama adalah teori umum tentang dunia, ensiklopedi compendium ia adalah realisasi fantasi makhluk manusia, sebab ia tidak memiliki realitas yang sungguh jadi kesengsaraan religius di satu pihak adalah penyatuan dari kesengsaraan nyata. Dan di lain pihak sebagai suatu protes terhadap kesengsaraan yang nyata itu. Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tidak berkalbu, seperti halnya ia merupakan roh dari suatu kebudayaan yang mengenal roh. Agama adalah candu bagi rakyat.

Pandangan Karl Marx tentang agama, sebenarnya tidak bisa terlepas dari adanya pengaruh L.A. Feuerbach yang mengusulkan penggantian ideologi dengan antropologi. Bagi L.A. Feuerbech “bukanlah Tuhan yang menciptakan manusia, melainkan manusialah yang menciptakan Tuhan.”

Oleh sebab itu, penghapusan agama sebagai kebahagiaan palsu masyarakat adalah kebahagiaan nyata bagi masyarakat. Agama hanyalah tidak lebih dari sebuah ilusi-ilusi saja. 

Adapun pandangan Karl Marx tentang negara yang dipahami perwujudan atas kelas-kelas yang berkuasa atas kekuatan-kekuatan produksi adalah disebabkan negara dalam sejarahnya menjadi alat bagi kelas berkuasa untuk melanggengkan kepentingan ekonominya. 

Konsolidasi politik dan militer senantiasa berkorespondensi dengan pemusatan kekuatan ekonomi. Dengan kata lain, ekonomilah yang menjadi alasan atas terjadinya konsolidasikonsolidasi tersebut. Rasion Detre (alasan keberadaan) negara adalah represif dan perang untuk merebut dan mempertahankan kepemilikan hasil lebih di tangan segelintir orang.

Dengan demikian, nampaklah bahwa relasi antara basis dengan bangunan atas adalah relasi hak milik yang selalu mengambil bentuk pertentangan antara kelas atas dengan kelas bawah. Pertentangan-pertentangan tersebut, merupakan karakteristik dari basis (infrastruktur) masyarakat. Dalam The Germony Ideology Marx berkata : 

Ide-ide kelas yang berkuasa berada di setiap tujuan jangka panjang sang penguasa. Seperti kelas yang berkuasa atas kekuatan material masyarakat, yang di saat bersamaan berkuasa atas kekuatan intelektual. Kelas yang memiliki alatalat produksi material pada hakekatnya telah mengambil alih alat-alat produksi mental ide-ide berkuasa hanyalah ekspresi ideal hubungan material yang dominan. 

Dengan kata lain, Marx memandang bahwa struktur kekuasaan politik dan spiritual merupakan cerminan stuktur kekuasaan kelas-kelas atas terhadap kelas-kelas bawah dalam bidang ekonomi. Pandangan Marx tentang struktur masyarakat di atas, nampak dalam bagan sebagai berikut:

F. Kesimpulan

Struktur Masyarakat dalam pandangan Karl Marx terbagi menjadi dua bagian yakni infrastruktur dan suprastruktur. Infrastruktur/basis ditentukan oleh dua hal, yaitu tenagatenaga produktif (produktivkrafte) dan hubungan-hubungan produksi (produktion sverbalt-nisse). 

Tenaga-tenaga produktif adalah kekuatan-kekuatan yang dipakai oleh masyarakat untuk mengerjakan dan mengubah alam. Komponen yang menyusun tenaga-tenaga produktif terdiri atas alat-alat kerja, kemampuan dan pengalaman masyarakat dalam pekerjaan (tenaga kerja), dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. 

Sedangkan Suprastruktur terdiri atas 2 macam, yaitu tatanan institusional dan tatanan kesadaran kolektif atau bangunan atas ideologis. Tatanan institusional adalah segala macam lembaga yang mengatur kehidupan bersama masyarakat di luar bidang produksi,yang di dalamnya memuat organisasi pasar, sistem pendidikan, sistem kesehatan masyarakat, hukum dan negara. 

Sedangkan tatanan kesadaran kolektif merupakan sebuah tatanan yang memuat sistem kepercayaan, norma-norma dan nilai yang memberikan kerangka pengertian, makna dan orientasi spiritual. Isi dari tatanan kesadaran kolektif ini terdiri atas pandangan dunia, agama, filsafat, moralitas masyarakat, nilai-nilai budaya dan seni.

Penulis: Taufik Muslim (Mahasiswa Prodi Aqidah Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)
Editor: Adis Setiawan

G. Daftar Pustaka

  1. “Kritik Ekonomi Islam Terhadap Mekanisme Distribusi Pendapatan dalam Sistem Ekonomi Kapitalis.” Jurnal Studi Keislaman, 2015.
  2. “Kritik Ekonomi Islam Terhadap Pemikiram Karl Marx Tentang Sistem Kepemilikan Dalam Sistem Sosial Masyarakat.” JES (Jurnal Ekonomi Syariah), 2017. https://doi.org/10.30736/jes.v1i2.13.
  3. Pressman, Steven. Fifty Major Economists, 1999. https://doi.org/10.4324/9780203286081.
  4. Taqyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Pemikir Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 2002)
  5. Ken Budha Kusumandaru, Karl Mar,x Revolusi dan Sosialisme : Sanggahan Terhadap Frans Magnis Suseno, (Yogyakarta:Insist Presss, 2003)
  6. Andi Muawiyah Ramli, Peta Pemikiran Karl Marx :Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis , Yogyakarta: Lkis,2000
  7. Lavine, Konflik Kelas Dan Orang-Orang Yang Terasing, Alih Bahasa Adi Iswanto, Yogyakarta:Jendela,2003
  8. Ken Budha Kusumandaru, Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme: Sanggahan Terhadap Franz Magnis Suseno, Yogyakarta:Insist Presss, 2003
  9. Erich Fromm, Konsep Manusia Menurut Karl Marx, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 
  10. Zainudin Maliki, Narasi Agung:Tiga Teori Sosial Hegemonik, Surabaya: Lpam, 2003

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال