Menjalani Kehidupan Layaknya Sufi Versi Imam Al Ghazali

KULIAHALISLAM.COM - Di dalam kehidupan ini begitu banyak lika-liku yang kita alami. Mulai adanya tujuan berkehidupan, lalu adanya sebuah permasalahan dalam menjalani kehidupan, lalu adanya penyelesaian di dalam permasalahan hidup, sesudah itu kita akan mencapai sebuah titik kesuksesan atau kegagalan di dalam mengarungi kehidupan ini.

Semua yang disebutkan di atas adalah sebuah proses kehidupan yang sedang kita jalani. Mulai dari titik nol sampai ke titik nol kembali. Lalu bagaimanakah kita seharusnya hidup ? Apakah kita hanya sekedar hidup saja? Tanpa adanya tujuan atau arah dalam berkehidupan? Ataukah hidup yang hanya bersenang-senang di dalam ketidakmanfaatan?

Maka dari itu menjadi sufi merupakan salah satu jalan bagaimana kita menjalani kehidupan yang begitu penuh makna ini. Lalu apakah sufi itu? Lalu apa saja proses yang akan di alami dalam menjalani kehidupan sebagai orang sufi? Apa saja langkah – langkah dalam berproses menjadi sufi? 

Pengertian Sufi

Sufi merupakan sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang ilmu tasawuf. Sedangkan orang yang masih berproses menjadi ahli tasawuf disebut orang salik. Tasawuf sendiri merupakan gerakan Islam yang mengajarkan ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun lahir dan batin serta memperoleh kebahagiaan yang abadi. 

Menurut Harun Nasution tasawuf merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seseorang dapat sedekat mungkin dengan Allah. Cara atau jalan tersebut terdapat dalam ajaran-ajaran atau konsep-konsep yang dipahami kemudian dipraktikkan. Tasawuf juga diberikan kepada manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhan. 

Ada beberapa langkah untuk menjadi orang sufi. Berikut langkah-langkah menjadi seorang sufi versi Imam Al Ghazali.

Langkah – langkah menjadi Sufi. Menurut Imam Al Ghazali ada 5 langkah dalam menjalani ilmu tasawuf, antara lain :

Tobat

Tobat dapat di artikan sebagai bentuk pengakuan dosa antara hambanya dan sang pencipta. Di sisi lain tobat juga memohon ampunan kepada Sang maha segala-galanya. Dari sinilah manusia harus mengakui kesalahan dan meminta ampunannya supaya jiwanya kembali bersih dan suci. Karena salah satu cara mendekatkan diri kepada sang pencipta adalah dengan menyucikan jiwa terlebih dahulu.

Sabar

Sabar dapat di artikan sebagai proses pengendalian dalam diri untuk beralih dari hal-hal yang negatif menuju hal-hal yang bersifat positif. Contohnya adalah nafsu. Nafsu yang tidak terkontrol akan membuat jiwa ini kembali ternodai. 

Maka perlu adanya sabar dalam berproses untuk mengontrol hawa nafsu dalam diri ini. Dengan cara selalu mengingat Allah dengan berdzikir. Jika jiwa ini ternodai kembali, maka kita perlu melakukan tobat kembali dan harus sabar dalam mengendalikan nafsu yang ada dalam diri ini.

Zuhud

Zuhud dapat di artikan sebagai proses dimana seorang salik mulai meninggalkan unsur kesenangan dari duniawinya. Ia begitu asik dengan Tuhannya. Maka di level ini, seorang salik akan menyibukkan dirinya kepada Allah dengan cara berdzikir yaitu mengingat Allah. 

Ketika berada di tempat manapun, atau waktu kapanpun, ia akan hanya ingat kepada Allah dan selalu berdzikir dengan menyebut nama Allah.

Tawakal

Setelah tobat, sabar, dan, zuhud, maka langkah ke empat adalah tawakal. Tawakal jika di artikan di dalam ilmu tasawuf yaitu penyerahan diri kepada Allah, dimana seorang salik merasakan bahwasannya dirinya sudah tidak ada yang ada hanyalah Allah. 

Makrifat

Ini adalah puncak dari tasawuf. Dimana seorang salik akan mengetahui rahasia Allah, bagi Imam Ghazali, pengetahuan yang diperoleh melalui jalan makrifat hasilnya lebih bermutu daripada yang jalan biasa (kognitif semata). Sebab, makrifat menimbulkan rasa cinta yang kuat (mahabbah) dari diri kepada Sang Maha Pencinta, Allah SWT.

Jadi seperti itulah langkah-langkah bertasawuf versi Imam Al Ghazali. Jika kita tidak bisa hidup sebagai seorang sufi, setidaknya kita bisa hidup dengan cara selalu berusaha untuk menjadi layaknya seorang sufi. 

Dimana diri kita yang selalu bertobat jika melakukan kesalahan, yang selalu sabar dalam berproses menjalani kehidupan, yang tidak begitu tergoda dengan kesenangan duniawi, yang selalu menyerahkan diri kepada Tuhannya, dan pada akhirnya kita bisa menjadi seorang yang bijaksana dalam menyikapi dan menjalani kehidupan ini. 

Dimana kita hidup bukan hanya sekadar hidup. Dimana kita hidup bukan hanya untuk kesenangan semata, namun kita hidup untuk mendekatkan diri kepada siapa yang menciptakan kita dengan pendekatan cinta terhadap Yang Maha memiliki cinta.

Penulis: Muhammad Toha Sobirin (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Jurusan Akidah dan Filsafat Islam)
Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال