Meneladani Sikap Istiqomah dan Mujahadah dari Ibnu Sina

KULIAHALISLAM.COM - Dalam Islam, kita sebagai Muslim hendaknya melakukan segala perbuatan baik yang menjadi bekal untuk menuju kepada Allah SWT. Perbuatan-perbuatan tersebut juga harus dilakukan dengan usaha dan konsistensi sepenuhnya, karena mengingat manusia sendiri selalu diliputi rasa kemalasan dalam dirinya (sunnatullah). Sifat malas yang dimiliki manusia dapat mempengaruhi konsistensi dirinya untuk berbuat kebaikan di jalan Allah SWT. 

Sifat malas dari setiap manusia harus dilawan karena sifat malas termasuk perilaku yang dibenci oleh Allah SWT dan termasuk golongan orang-orang munafik. Allah telah menjelaskan tentang hal tersebut pada salah satu ayat Al-Qur’an yaitu QS. An Nisa ayat 142 :

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Untuk mencegah kemalasan tersebut, dibutuhkan upaya untuk melatih konsistensi dan ajeg dalam pendirian (Istiqomah) dan bersungguh-sungguh (Mujahadah). Sikap muhajadah ini merupakan sikap yang dapat menjembatani manusia untuk selalu konsisten pada perilaku kebaikan menuju Allah SWT. Perilaku tersebut dapat kita teladani dari perjalanan hidup salah satu tokoh Islam yaitu Ibnu Sina.


Ibnu Sina memiliki nama lengkap Abu Ali Al Husayn Ibn Abdullah Ibnu Sina atau oleh para tokoh orientalis disebut sebagai Avicenna. Ibnu Sina merupakan tokoh ilmuwan sekaligus filsuf besar yang hidup pada zaman keemasan Islam. Ibnu Sina banyak menyumbangkan keilmuan tidak hanya sebatas pada dunia Islam saja, tetapi juga pada skala makro peradaban masyarakat di dunia, khususnya yang paling besar pada bidang kedokteran.

Dalam bidang kedokteran, beberapa sumbangan Ibnu Sina adalah penemuan alat termometer, membahas beberapa penyakit seperti kanker dan tumor yang ditulis pada al-Qanun fi at-Tibb, pengobatan dengan lintah, penemuan sifat etanol pembunuh mikroorganisme ditemukannya dari khamr, menemukan peredaran darah dan anatominya, serta pembahasan tentang psikofisologi dan neuropsikiatri yang mendahului psikolog besar yaitu Carl Jung dan Sigmund Freud.

Upaya-upaya di atas merupakan bukti dari kesuksesan Ibnu Sina dalam bidang ilmu pengetahuan sains. Kesuksesan dan kebesaran pemikiran Ibnu Sina merupakan buah dari upaya mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu yang menjadi kunci dari upaya Ibnu Sina adalah sikap istiqomah yang dilakukannya. Semua hal yang dilakukan olehnya adalah rasa cinta yang besar pada Allah SWT yang dilakukan dengan cara cinta pada ilmu pengetahuan.

Ibnu Sina memiliki kebiasaan untuk berguru kepada siapa saja, dia tidak memandang apakah guru tersebut sepaham atau tidak dengan lingkungannya, dia akan tetap mempelajarinya. Pengetahuan yang diberikan dari para gurunya, tidak serta-merta diterima untuk langsung dipakai, tetapi Ibnu Sina juga menyeleksi dengan pemahamannya. Perilaku tersebut juga sama halnya dengan apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa jangan melihat siapa yang berbicara tapi lihatlah apa yang dibicarakan.

Istiqomahnya dalam ilmu pengetahuan juga tercermin pada keadaan saat dia menemukan kendala atau jalan buntu pada penelitiannya. Ibnu Sina tidak menyerah begitu saja, justru dia selalu melakukan sholat sunnah 2 rokaat saat berada dalam kondisi tersebut. Setelah melakukan sunnah, Ibnu Sina selalu menemukan inspirasi baru untuk melanjutkan penelitiannya. 

Selanjutnya juga terdapat suatu peristiwa yang dapat menggambarkan bentuk sikap istiqomah dan kesungguhan diri Ibnu Sina, yaitu saat dia dipenjara karena faktor politik. Di dalam penjara, Ibnu Sina tetap menjalankan aktivitas keilmuannya yaitu dengan menulis. Salah satu karyanya yang terkenal di dalam penjara berjudul Asy-Syifa yang berisi tentang kritik terhadap politik. 

Ibnu Sina juga pernah menyembuhkan pangeran Al-Mansur dari penyakit yang dialaminya. Sebagai imbalan, Al-Mansur memberikan beberapa tawaran seperti istri, istana atau uang. Tetapi Ibnu Sina menolaknya dan lebih memilih diberi kebebasan untuk pergi ke perpustakaan Abassiyah kapanpun dia mau. Dari kisah tersebut, tidak diragukan lagi bahwa Ibnu Sina sangat cinta dan teguh pendiriannya pada bidang ilmu pengetahuan.

Dari perjalanan hidup Ibnu Sina tersebut, dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa sebenarnya sikap istiqomah dan mujahadah memberikan banyak manfaat, baik di dunia maupun akhirat. Ibnu Sina mengajarkan kepada kita untuk tidak mudah menyerah dan terjun pada pemenuhan hasrat serta hawa nafsu semata. Dengan kita bersungguh-sungguh dalam berbuat kebaikan serta melakukannya dengan istiqomah, kita akan selalu merasa tenang dan berada di jalan Allah SWT. 

Penulis: Naufal Robbiqis (Mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال