Malik bin Anas Sang Pemimpin Dua Tanah Mulia

KULIAHALISLAM.COM - Malik bin Anas, atau kerap dikenal sebagai Imam Malik, beliaulah sang pemimpin dua tanah mulia, pakar ilmu fikih dan hadis, serta yang memprakarsai berdirinya Mazhab Maliki. Dari beliau pulalah Imam Syafi'i belajar hingga mampu berstatus sebagai mujtahid mutlak.

Riwayat Hidup

Nasab (garis keturunan). Bernama lengkap Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir al-Ashabi al-Yamani.

Ayah & ibunya. Ayahnya Anas merupakan salah seorang perawi yang terhitung banyak, dalam meriwayatkan hadis Rasulullah SAW, maka tak heran jika putranya kelak memiliki karya yang begitu terkenal perihal hadis yaitu "al-Muwatha". Sedangkan ibunya adalah 'Aliyah binti Syarik bin Abdirrahman bin Syarik al-Azdiyah.


Kakek & buyutnya. Kakeknya, Malik memiliki kunyah (nama yang didahului kata abu, ummu, ibnu) Abu Anas, ia tergolong pemuka dari golongan tabi'in (golongan setelah masa sahabat RA), beliau meriwayatkan hadis dari beberapa sahabat nabi Muhammad SAW diantaranya Umar, Thalhah, Aisyah, Abu Hurairah, dan Hasan bin Tsabit, beliau termasuk salah seorang yang ikut mengurus, dan mengkebumikan jasad sahabat Utsman RA. 

Bahkan beliau adalah salah seorang yang ikut andil dalam proses kodifikasi Al-Qur'an pada zaman khalifah Utsman RA. Sedangkan ayah dari kakeknya (buyut) adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang selalu ikut berpartisipasi dalam setiap peperangan selain perang Badar.

Anaknya. Beliau memiliki satu anak perempuan yang sangat cerdas, dan mewarisi banyak ilmu dari sang ayah, dikisahkan bahwa anak perempuannya selalu menyimak dari luar pintu, maka ketika sang qari (pembaca) ada kesalahan baca, ia akan mengetuknya, lalu sang imam membetulkanya. Beliau juga memiliki satu anak laki-laki bernama Yahya yang meriwayatkan hadis dari kitab "al-Muwatha" karangan ayahnya.

Pamanya. Beliau memiliki 3 paman, dimana semuanya adalah perawi hadis terkenal, yaitu Nafi' Abu suhail, Uwais, dan Rabi', menurut pendapat lain beliau juga memiliki paman bernma Nadhar, dan Yasar.

Kelahiran. Mengenai tahun kelahirannya, terdapat banyak versi yang berbeda-beda, tetapi pendapat yang paling populer mengatakan bahwa beliau dilahirkan pada tahun 93 H. Beliau termasuk salah seorang ulama yang sudah tampak keagunganya sejak masih dalam kandungan, pasalnya ibunya mengandung selama kurang lebih 3 tahun, pendapat lain mengatakan 2 tahun.

Imam Malik dilahirkan di kota Marwa yaitu suatu tempat yang berjarak kurang lebih 8 barid/ ±22 km dari kota Madinah.

Kepribadian. Disamping beliau merupakan pribadi yang berperangai baik, juga berparas bagus seperti pujian Abi 'Ashim "aku tidak pernah melihat seorang pakar hadits se-ganteng Imam Malik"

Juga pengakuan dari banyak kalangan ulama lain "beliau berpostur tinggi, tegap, bercita-cita tinggi, berjenggot, dan berambut putih agak kekuningan, dan mata beliau bagus". 

Beliau sangat menyukai pakaian berwarna putih, beliau berpenampilan bersih, rapi seperti kata beliau "sudah seyogyanya bagi seorang qari' memakai pakaian berwarna putih", beliau juga senantiasa mengenakan imamah serta thailasan diatasnya, juga menyukai wewangian layaknya misik, karena beliau berprinsip "aku senang melihat seorang yang telah diberi nikmat oleh Allah, lalu dia menampakkan hasil dari nikmat tersebut, terlebih jika mereka adalah ahli ilmu."

Dalam cerita lain bahkan disebutkan ada seorang yang memuji Imam Malik "pada saat aku sowan (bertamu) kepada imam Malik, aku melihat dirinya bak seorang raja."

Tempat tinggal. Beliau berdomisili di kota Madinah, dan tinggal dirumah mendiang sahabat Abdillah ibn Mas'ud RA. Pintu rumahnya beliau tuliskan lafaz ما شاء الله , beliau beralasan bahwa surga adalah rumah, seperti pada surat Al Kahfi ayat :39;

وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ إِن تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنكَ مَالًا وَوَلَدًا 

"Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu (rumah) tidak mengucapkan ”Masya Allah, la quwwata illa billah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu." 

Pengembaraan dalam Menuntut Ilmu  

Seperti layaknya para ulama pada umumnya, Imam Malik juga memiliki rasa antusiasme tinggi dalam menyelami lautan ilmu, hal ini bisa kita lihat pada salah satu perkataan Syekh az-Zubair "aku pernah melihat Malik (kecil) di majlis ilmu rabi'ah, dan dia memakai syinfun (sejenis anting)", hal ini membuktikan bahwa betapa beliau sangat antusias, dan fokus saat belajar sedari kecil.

Ketertarikan beliau akan ilmu ini, lantaran sang ibu ikut andil langsung dalam proses pembelajarannya, atas dasar rekomendasi dari sang ibu, beliau belajar ilmu adab (etika) kepada Syekh ar-Rabi'ah, seraya memberikan wejangan "pergilah ke Rabi'ah !!, pelajarilah adabnya terlebih dahulu !!!, sebelum engkau mempelajari ilmunya."

Diceritakan bahwa karena rasa antusiasme tinggi beliau dalam menuntut ilmu, beliau rela menghabiskan hampir seluruh hartanya sampai menjual kayu yang menjadi atap rumahnya. 

Kecerdasan

Pada saat Imam Abu Hanifah ditanyai tentang seorang pemuda asal Madinah, lalu beliau menjawab "Madinah adalah kota yang dipenuhi akan ilmu, andai saja ada seorang yang hendak mengumpulkan seluruh ilmu itu, maka orang itu adalah pemuda yang berkulit putih kemerah-merahan (Imam Malik)."

Syekh Hamid ibn Aswad mengatakan "Bagiku ia adalah seorang imam, sepeninggalan Umar. "

Syekh Qadhi at-Tusturi berkata "belum pernah aku melihat seorang yang berhasil menguasai ilmu-ilmu kota Madinah, kecuali Malik."

Imam Malik tidak hanya piawai dalam disiplin ilmu hadis dan fikih saja, seperti yang banyak diketahui, tetapi beliau adalah sosok ulama mutafannin yang menguasai banyak macam disiplin ilmu semisal teologi (kalam), astronomi, matematika, adab, dan gramatika. Disamping itu, beliau juga seorang pakar ilmu tafsir, tajwid, dan qira'ah.

Kesaksian & Pengakuan Para Ulama 

Ada sebuah ungkapan "Ilmu itu hanya berputar diantara tiga orang , Malik, Abu Laits, dan Ibnu 'Uyainah". Berikut ini adalah kesaksian para ulama yang pernah semasa, atas kecerdasan, dan kepribadian luhur dari imam Malik :

Ibnu 'Uyainah

"Kita tidak berada disisi imam Malik, akan tetapi kita hanya dibelakangnya saja"

Bentuk kerendahan hati dari Ibnu 'Uyainah yang merasa tidak mampu menyamai derajat Imam Malik.

"Sesungguhnya kota Madinah akan rubuh, seiring kepergian imam Malik"

"Imam Malik adalah pimpinan kota Madinah"

"Imam Malik adalah pimpinan umat Islam"

"Malikun, imamun (Malik adalah seorang imam)"

"Malik adalah pelita, Malik adalah hujjah bagi zamannya", Dan perkataan Ibnu 'Uyainah pasca wafatnya imam malik "Bumi tidak lagi meninggalkan seorang layaknya imam Malik"

Imam Syafi'i

"Andai datang kepadamu kabar mengenai kepribadian Malik, niscaya engkau akan merasa berat atasnya(dalam menirunya) "

"Jikalau para ulama disebut, maka Malik adalah bintang, tidak ada orang yang berhasil menyamai derajat keilmuanya, kerena ketakwaan, daya ingat, dan kepribadiannya"

"Barang siapa yang menghendaki hadits shahih maka imam Malik lah orangnya"

"Imam Malik adalah guru saya, darinya aku memperoleh ilmu, aku adalah pelayan(budak) miliknya" 

Muhammad bin Abdil Hikam

"Imam Syafi'i ketika ditanya mengenai suatu masalah, beliau tak jarang menjawab "ini adalah pendapat guruku (imam Malik)".

"Andaikata tidak ada imam Malik, dan Ibnu 'Uyainah, niscaya Hijaz akan kehilangan ilmunya" 

"Jika saja imam Malik berpendapat tanpa ada orang sebelum dirinya yang sependapat, niscaya pendapatnya adalah hujjah"

Ibnu Mubarak

"Jika saya disuruh memilih siapa yang hendak saya jadikan pemimpin para imam, niscaya aku akan memilih imam Malik"

Ibnu Muhdi 

"Malik adalah orang yang paling cerdas hafalanya di eranya, dia tidak pernah salah perihal hadits"

"Tidak ada diatas muka bumi orang yang lebih terpercaya akan hadits Rasulullah Saw dari imam Malik"

Yahya bin Sa'id al-Qatthan 

"Beliau adalah pimpinan ahli hadits"

Majlis Ilmu Sang Imam 

Majlis ta'lim beliau adalah majlis ta'lim yang bersuasana tenang, dan khidmat, tanpa perdebatan non-ilmiyah, juga tanpa teriakan seperti beberapa majlis ta'lim lainya.

Tidak diragukan lagi, majlis beliau selalu saja dipenuhi oleh mereka-mereka yang haus akan ilmu, beliau sangat memuliakan para relasi, sanak, dan orang-orang terdekatnya dengan memprioritaskan posisi mereka didepan, tentunya mereka pun tak meninggalkan sopan & santun.

Hingga seolah kepala mereka dihinggapi oleh seekor burung, beliau adalah seorang guru yang sangat bijak, dalam majelis ta'limnya tidak ada pilah-pilih antara jamaah berdasarkan perbedaan kasta, dimana yang kaya didepan, yang kurang mampu dibelakang, beliau pernah mengatakan "Ini adalah majlis ta'lim, siapa yang datang lebih awal, maka dialah yang lebih berhak atas tempat itu".

Sistem pembelajaran yang beliau terapkan pun cukup unik, beliau lebih memilih untuk tidak membacakan kitab/materi pelajaran secara mandiri seperti guru pada umumnya, akan tetapi beliau mengutus seorang murid seniornya untuk membacannya dihapadan para pelajar, dengan pengawasan beliau, dimana menurut cerita yang masyhur murid tersebut bernama Habib, orang yang sama yang diperintah oleh Imam Malik, untuk merevisi tulisan sebagian kitab karangannya.

Sesuai dengan cerita yang disampaikan oleh Imam Mus'ab "Dahulu, Habiblah yang bertugas membacakan kitab, sedangkan aku berada disamping kanannya, dan saudaraku berada disisi kirinya, pada setiap pertemuan Habib akan membacakan ±2 lembar ".

Beliau adalah sosok ulama yang tegas dalam berprinsip, berwibawa dan sangat memuliakan ilmu, diceritakan pada saat beliau pergi untuk beribadah haji, beliau bertemu dengan Amirul Mukminin al-Mahdi yang memang sedang mencarinya agar bersedia datang kerumahnya, untuk menyimak kedua anaknya yaitu Musa, dan Harun

Lantas beliau berkata "Ilmu itu lebih berhak untuk diagungkan, dan didatangi", lalu oleh al-Mahdi diiyakan, kemudian al-Mahdi memerintahkan kedua anaknya untuk mendatangi sang imam, sesampainya di sana, keduanya berkata "Bacakanlah untuk kami, hadist-hadits mu !! ", tetapi Imam Malik malah menyuruh keduanya agar membacakan hadits, dan berkata "Di kota ini, seorang muridlah yang membacakan kepada sang guru, jika salah sang guru akan membenarkan."

Lantas keduanya pulang, dan mengadu kepada bapaknya, sehingga al-Mahdi pun mendatangi Imam Malik "Kemarin engkau tidak mau datang ke rumahku, dan kau malah menyuruh kedua putraku untuk mendatangimu, dan sekarang setelah kedua putraku mendatangimu, lantas kenapa engaku malah tidak mau membacakan hadits untuk mereka ??" 

"Wahai pemimpin kaum muslim, aku pernah mendengar Ibnu Syihab berkata "Aku memperoleh semua ilmu ini dari para ulama di Raudhah, mereka adalah Sa'id ibn Musayyab, Abu Salamah, Urwah, Qasim, Salim, Kharijah, Sulaiman, Nafi', lalu Ibnu Hurmuz, Abu Zinad, Rabi'ah al-Ansori, dan Ibnu Syihab meriwayatkan dari mereka.", "Pada saat belajar, merekalah yang membacakan untuk gurunya, bukan mereka yang dibacakan oleh gurunya". Jawab imam Malik.

Akhirnya al-Mahdi pun memerintahkan kepada kedua putranya "Kalian berdua, datanglah kesana, dan bacalah sesuai perintahnya, karena mereka semua (Sa'id ibn Musayyab, dll) adalah panutan."

Terdapat sebuah cerita lain bahwa beliau pernah berkata tegas kepada harun Ar-Rasyid, yang pada waktu itu menjabat sebagai khalifah "Sesungguhnya Allah telah mengangkat, dan menjadikanmu hingga seperti saat ini, berkat ilmu, maka jangan sampai engkau menjadi orang yang pertama kali merendahkan ilmu, sehingga Allah juga akan merendahkan derajatmu."

Referensi :

•Imamu Daaril Hijrah Malik bin Anas//Sayid Muhammad ibnu 'Alawi al-Maliki al-Hasani//Dar. Al-Kutub Al-Ilmiyah

Penulis: Afiful Mi

Editor: Adis Setiawan


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال