Metode Penerapan Tasawuf di Dalam Pendidikan Modern

Abstrak

KULIAHALISLAM.COM - Tasawuf tidak bisa diamalkan sendirian tanpa syariah seperti halnya syariah tidak bisa diamalkan tanpa landasan akidah. Dalam hal ini Penulis menekankan bahwa dimensi tasawuf sangat dipentingkan dalam kesempurnaan pengamalan ajaran Islam, yang diimplementasikan melalui muamalah pendidikan.

Bertasawuf artinya menghidupkan hubungan rasa antara manusia dengan Tuhan. Berbeda dengan kesadaran intelektual tentang adanya Tuhan yang belum tentu mendatangkan ketenangan jiwa, kesadaran rasa berhubungan dengan Tuhan dan menempatkan seseorang berada dalam harmoni sistem sunatullah. 

Bagi orang yang sudah sampai pada stasion rida atau mahabbah, apalagi ma’rifat, maka ia tak akan terganggu oleh perubahan zaman hidupnya, karena pusat perhatiannya tidak lagi kepada yang berubah, tetapi kepada yang tetap tak berubah yaitu Allah SWT. 

Kesadaran rasa berhubungan dengan Tuhan dapat memupuk fitrah keberagamaan yang hanif dan mempertajam bashirah sehingga seseorang merasa perlu untuk mendekatkan dirinya (taqarrub) kepada Allah SWT.

Manusia secara lahiriah membutuhkan segala sesuatunya mudah didapat, transportasi yang mudah, komunikasi tanpa masalah, tetapi dalam hal kebutuhan pendidikan masih banyak orang tua yang salah menempatkan. 

Dalam kondisi seperti ini banyak orang tua yang lebih menitikberatkan kepada hal yang bersifat duniawiah. Kenyataan membuktikan, bahwa pada umumnya orang tua akan bangga apabila dalam pelajaran bersifat umum mendapat nilai tertinggi. 

Sementara untuk nilai pendidikan agama masih banyak yang kurang peduli. Padahal pendidikan agama jauh lebih penting dalam membentuk karakter, moral dan akhlak anak. sementara pada era modern sekarang, pendidikan agama merupakan landasan yang sangat fundamental dalam mencapai keberhasilan tujuan pendidikan secara umum baik dari nilai etika maupun estetika dan akhlak.

Keywords : Tasawuf, pendidikan, modern.

Pendahuluan

Di era modern sekarang ini, banyak orang tua yang lebih bangga bila anak- anaknya mengikuti les khusus untuk mata pelajaran umum daripada les pendidikan agama (membaca Alqur’an dan sebagainya). 

Realita mencerminkan bahwa setiap anak lebih bahagia apabila nilai pelajaran umum lebih baik daripada nilai agama, hal serupa dapat dibuktikan dalam hal kurangnya minat dan motivasi belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran agama diberbagai lembaga pendidikan yang notabenenya umum, seperti (SMP, SMA, SMK dan yang sederajat) kebanyakan dari mereka kurang antusias.

Melihat kondisi di atas, maka penulis melihat bahwa tasawuf penting untuk diajarkan dalam pendidikan yang serba modern sekarang ini. Kharisudin Aqib menyatakan bahwa secara istilah tasawuf sebagai ilmu adalah suatu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk antara manusia dengan Tuhannya. 

Sedangkan Junaidi Al Baghdad menyatakan bahwa tasawuf adalah suatu keniscayaan bahwa dalam kondisi apapun kita harus senantiasa mengingat Allah.

Berbeda denga Ma’ruf Al Karokhi yang menyatakan bahwa tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan dari segala sesuatu yang ada pada tangan makhluk. 

Ibnu Khaldun mengatakan bahwa tasawuf adalah semacam ilmu syari’ah yang timbul kemudian di dalam agama, asalnya adalah bertekun beribadah dan memutuskan pertaliannya dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata.

Menolak hiasan-hiasan dunia serta membenci perkara-perkara yang selalu memperdaya orang banyak, kenikmatan harta benda serta kemegahan duniawi dan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam halwat dan ibadah.

Abdul Karim Amrullah mengatakan bahwa tasawuf adalah membersihkan jiwa dari pengaruh benda atau alam supaya dia mudah menuju kepada Tuhan. 

Sedangkan Labib Mz dan Moh. Al-Azis menyatakan tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, menghias diri dengan sifat-sifat terpuji, tidak mementingkan urusan dunia, merasa cukup atas pemberian Allah atas dirinya disertai tawakal dan mahabbah kepada Allah. 

Ditegaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa tasawuf adalah ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah.

Penulis menggaris bawahi bahwa tasawuf merupakan pengetahuan hubungan manusia dengan Tuhannya, keadaan beserta Allah, mencari hakikat dengan meninggalkan segala yang ada pada tangan makhluk, semacam ilmu syariat menghadap Allah, membersihkan jiwa menuju Allah, mendekatkan diri kepada Allah dan terakhir adalah ajaran mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah dan dengan demikian dapat diungkapkan secara sederhana.

Bahwa tasawuf itu ialah suatu sistem latihan dengan kesungguhan (riyadlah mujahadah) untuk membersihkan, mempertinggi dan memperdalam kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, sehingga dengan itu segala konsentrasi seseorang hanya tertuju kepada-Nya. Oleh karena itu, maka al-Suhrawardi mengatakan bahwa semua tindakan (al-akhwal) yang mulia adalah tasawuf.

Bersarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian tasawuf adalah ajaran atau ilmu pengetahuan untuk mencari hakikat dan membersihkan jiwa, serta berserah dan medekatkan diri kepada Allah, guna mendapatkan ketentraman jiwa dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Tujuan Tasawuf

Labib Mz dan Moh. Al Aziz menjelaskan bahwa tujuan tasawuf adalah untuk mencapai ma’rifatullah (mengenai Allah) dengan sebenar- benarnya dan tersingkapnya dinding (hijab) yang membatasi diri dengan Allah. Dalam mendekatkan diri kepada Allah selalu disertai semangat ibadah dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup dan ma’rifat billah.

Dari pernyataan tersebut di atas, dapat diartikan bahwa dengan tasawuf manusia berusaha untuk meminimalisasi bahkan kalau bisa menghilangkan jarak antara dirinya dengan Sang Maha Pencipta dengan cara memperbanyak ibadah siang dan malam hari tiada henti, getaran hati dan segala gerak-gerik, tindak tanduk, berpikir dan berucap selalu tertuju kepada Allah untuk mencapai tujuannya.

Ma’rifat billah adalah melihat Tuhan dengan hati secara jelas dan nyata, dengan segala kenikmatan dan kebesaran-Nya, tetapi tidak dengan kaifiyat (menggambarkan Tuhan seperti manusia atau benda atau yang lain dengan ketentuan bentuk dan rupa) untuk mendapatkan jawaban kaefa (bagaimana zat Tuhan itu).

Abu Bakar al Maliki menjelaskan bahwa ma’rifat kepada Allah adalah merupakan cahaya yang dipancarkan Allah di hati hamba-Nya, sehingga dengan cahaya tersebut hamba Allah tadi bisa melihat rahasia- rahasia kerajaan Allah di bumi dan di langit dan hamba tersebut bisa mengamat-amati sifat kekuasaan dan kekuatan Tuhan.

Adapun kedekatan Tuhan dengan manusia tidak dapat diukur dengan apapun. Mengutip dari pernyataan Abu Bakar Asshidiq dalam sebuah hadist menyatakan bahwa;

Kita bisa melihat Tuhan dengan sesuatu yang diperlihatkan kepada kita, karena Tuhan tidak bisa dilihat dengan panca indera, tidak bisa diukur dengan suatu ukuran dan yang dekat dengan kejauhan-Nya dan yang jauh dengan kedekatan-Nya. Tuhan itu di atas segala sesuatu dan tidak boleh dikatakan seperti sesuatu yang lain.

Adapun kesempurnaan hidup (insan kamil) adalah manusia yang sudah mengenal dirinya sendiri, keberadaannya dan memiliki sifat-sifat utama. Ibnu Arobi mengatakan bahwa insan kamil adalah manusia yang sempurna karena selalu mendekatkan dirinya kepada Tuhan, sehingga menyatukan adanya sifat- sifat Tuhan pada dirinya. 

Sejalan dengan pendapat tersebut Ibnu Arobi menyatakan bahwa insan kamil adalah miniature dari kenyataan Al Haq. Berbeda dengan Moh. Iqbal yang berpendapat bahwa adanya peleburan diri (miniature dari kenyataan Al Haq) dalam diri manusia tersebut, tidak mungkin terjadi karena Tuhan Maha Sempurna. 

Hal ini sejalan dengan pendapat Jalaludin Rumi yang menyatakan bahwa insan kamil adalah seorang yang sadar tentang keakuannya yang bersifat abadi.

Penerapan Ajaran Tasawuf dalam Pendidikan Modern

Kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi dalam segala bentuk dan media, baik media cetak maupun media elektronik menyebabkan manusia mudah mendapatkan informasi dalam segala bidang. 

Hal ini jelas berpengaruh terhadap kehidupan manusia disegala bidang pula termasuk moral dan relifi baik yang bersifat positif maupun yang negatif.

Tasawuf yang merupakan ajaran moral atau akhlak yang mulai tentunya tidak terlepas dari pengaruh modernisasi. Adapun pengaruh modernisasi bersifat positif dan negatif, dimana hal tersebut menjadikan peluang ataupun hambatan.

Pendidikan modern adalah pendidikan yang dilaksanakan dengan cara modern dan menggunakan alat-alat yang modern pula. Dijaman yang modern seperti sekarang ini komputer dan internet bukan sesuatu yang baru lagi dalam pendidikan dan pengajaran bahkan menguasainya menjadi sebuah kewajiban. 

Sudah banyak sekolah yang menggunakan fasilitas komputer ataupun internet dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Adapun pengaruh modernisasi menjadikan hambatan tersendiri bagi implementasi ajaran tasawuf. Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut:

Kita mengetahui bahwa anak-anak dan remaja yang sedang tumbuh dan berkembang mempunyai kegemaran dan sifat yang mudah dan suka meniru, selalu ingin tahu, ingin mencoba dan sebagainya. 

Sedangkan kita tahu pula bahwa pada saat ini, tayangan di TV baik nasional, lokal maupun swasta hampir setiap saat menayangkan sikap, tingkah laku dan cara berpakaian artis yang tidak mencerminkan moral yang utama seperti berpakaian minim dan membuka aurat yang justru dikatakan bagian dari seni.

Handphone kini sudah banyak dilengkapi dengan alat yang canggih, sehingga dengan alat tersebut pengguna yang notabene remaja secara privasi dapat bermain game, mendengarkan TV, radio ataupun mengakses situs-situs pelajaran bahkan situs-situs yang berbau prono. 

Hal ini tanpa disadari merupakan strategi-strategi para kapitalis modern dalam menurunkan mental dan moral bagi generasi muda. Banyaknya majalah yang memuat berita dan gambar-gambar yang semestinya bukan konsumsi anak-anak dan remaja juga merupakan hambatan tersendiri bagi pengajaran tasawuf pada pendidikan modern sekarang ini.

Adapun peluang modernisasi bagi pengajaran tasawuf adalah sebagai berikut:

Siaran TV dan radio yang bermutu dapat menunjang aplikasi ajaran tasawuf.

Handphone dapat digunakan untuk media berdakwah, dengan memasukkan media dan pesan moral yang bernuansa Islami, belajar mengaji, ilmu tadjwid dan tafsir Alquran. Diantaranya dengan memasukkan program digital Alquran.

Majalah-majalah keagamaan dapat dijadikan sebagai sarana berdakwah seperti Assunah, Mimbar dan sebagainya.

Penutup

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kemajuan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi merupakan hambatan bagi penerapan tasawuf. Pada sekolah modern apabila para siswa yang pada umumnya masih anak-anak dan remaja harus dibentengi dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat.

Sehingga dari pernyataan di atas, penulis mengingatkan kepada para pendidik dan orang tua bahwa pendidikan Islam mencapai tujuan yang tertinggi dan terakhir, yakni terbentuknya kepribadian muslim, maka akan terlebih dahulu melalui tujuan-tujuan sementara, yaitu seperti kecakapn jasmaniah, pengetahuan membaca-menulis, pengetahuan dan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan dan agama, kedewasaan jasmani dan rohani dan sebagainya, yang merupakan satu garis linear. 

Mewujudkan kholifatullah fil ardhl (manusia sempurna dan berkepribadian muslim). Tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk kholifatullah fil ardhl. 

Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam adalah mengusahakan terbentuknya pribadi kholifatullah fil ardhl melalui berbagai aktifitas pendidikan yang bisa mengembangkan bagian dari aspek-aspek pribadi manusia. Tujuan khusus diusahakan dalam rangka untuk mencapai tujuan akhir. Ketiga tujuan tersebut merupakan rangkaian proses yang tidak bisa dipisahkan.

Tujuan pendidikan Islam yang dipaparkan di atas hanyalah sebatas gambaran global. Sementara standar untuk mengetahui dan mengevaluasi keberhasilan tujuan pendidikan Islam tersebut sangatlah relatif abstrak, karena ukuran yang dipahami bukan menggunakan angka-angka (logika).

Dalam kondisi era modern yang dinamis dan penuh intrik, diharapkan juga agar orang tua jeli dalam mengawasi putra putrinya, sering mengamati bacaaan mereka baik buku maupun majalah, juga sering mengadakan pemeriksaan handphone yang mereka gunakan agar terhindar dari pengaruh negatif yang ditimbulkan dari media komunikasi dan informasi tersebut. 

Adapun saran kepada pemerintah agar selalu mengadakan sosialisasi internet sehat ataupun pengawasan terhadap Undang-Undang ITE dan Undang-Undang pornografi serta Pornoaksi. Sehingga dapat mengantisipasi sedini mungkin terhadap gejala dan efek negatif yang diakibatkan dari hadirnya teknologi dan budaya modern.

Daftar Pustaka

  1. Aboebakar Aceh, Pendidikan Sufi Sebuah Upaya Mendidik Akhlak Manusia, CV. Ramahani, Solo, 1991
  2. Ahmad D Marimba, Pengantar Filasafat Pendidikan Islam, (Bandung:PT.Al Ma’arif, 1989, cet.VII
  3. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002
  4. Aqid, Kharisudin, Aktualisasi Tasawuf dalam Pendidikan Modern, Ponorogo: Brosur Kuliah, 2009.
  5. Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1995
  6. Imam Bawani, dkk, Cendekiawan Muslim dalam Prespektif Pendidikan Islam, Surabaya: Bina Ilmu, 1991.
  7. Mz, Labib, Tasawuf dan Jalan Hidup Para Kyai, Surabaya: Bintang UsahaJaya, 2000.
  8. Tim Penyusun Kamus Depdikbud, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2011.
  9. Umar Muhammad Al Toumy Al Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam,
  10. (Surabaya:Bulan Bintang, 1979
  11. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Surya Cipta Aksara, Surabaya, 1989

Penulis: Gusti Alip Nursuhud (07040120073)
Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال