Hikmah Tasawuf dari Seekor Anjing

Oleh: Fatimah Az Zahra, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

KULIAHALISLAM.COM - Seperti yang kita ketahui, banyak dari manusia menganggap anjing sebagai yang layak dijauhi. Dengan alasan bahwa air liurnya dihukumi najis yang tergolong berat dan dianggap bisa membahayakan kalau kita di dekatnya.

Namun, berbeda dengan Imam Hasan Al Basri, beliau melihat sisi positif yang ada pada seekor anjing. Yang awalnya anjing adalah hewan yang najis, ternyata tersimpan banyak hikmah dari hewan tersebut. Imam Hasan Al Basri menyebutkan ada sepuluh sifat anjing yang menurutnya bisa diambil hikmah dalam kehidupan manusia. 

Yang pertama, sedikit tidur malam. Anjing merupakan hewan yang sedikit tidur malam. Hal itu menunjukkan bahwa anjing merupakan hewan yang tangguh dan memiliki jiwa yang kuat.

Begitupun dengan kita manusia, barangsiapa yang sanggup sedikit tidur malam itu simbol bahwa kita berjiwa kuat, dan pastinya termasuk orang yang tangguh. 

Sebagai manusia yang diciptakan lebih sempurna dibanding makhluk lainnya, sudah harusnya manusia memiliki tipe kepribadian yang tangguh, berdaya tahan lebih kuat dan optimis. 

Apalagi dalam menghadapi segala hal yang sekiranya menjadi beban pikiran, karena dengan begitu dapat mengurangi efek negatif yang mungkin bakal didapat. 

Yang kedua, tidak mengeluh oleh panas ataupun dingin. Anjing adalah salah satu hewan yang sangat sabar menemani tuannya, bahkan dalam keadaan panas maupun dingin. 

Itu menunjukkan bahwa dia sangat sabar sekali. Entah mau di salju ataupun di gurun pasir sekalipun, anjing akan tetap menaati perintah tuannya. Dia tidak malas, dan itu menunjukkan betapa sabarnya dia.

Sifat sabar merupakan sifat yang sangat penting dimiliki oleh manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna harus memiliki kemampuan untuk bisa mengendalikan diri guna mencerminkan kekokohan jiwa yang kita miliki. Semakin tinggi kesabaran yang dimiliki, maka semakin kokoh juga kita dalam menghadapi masalah kehidupan yang ada. 

Yang ketiga, tidak menghianati amanah. Hewan yang satu ini, merupakan hewan yang sangat setia dengan tugas-tugas yang diberikan oleh tuannya. Makanya, tidak heran, banyak polisi mempercayakan suatu pekerjaan kepada anjing. 

Hal ini karena polisi mengakui kemampuan anjing dalam membantu mereka melacak jejak, dan dari hal itu anjing tidak pernah bohong, tetap setia dan menurut.

Amanah merupakan suatu kepercayaan yang diberikan kepada seseorang untuk dipelihara dan dijalankan dengan baik. Kita sebagai makhluk yang beradab, sudah seharusnya ketika diberi amanah jangan sampai kita menyepelekan atau malah menyia-nyiakannya. Baik disengaja ataupun tidak, sudah seharusnya sebisa mungkin kita jaga dan antisipasi dari segala potensi yang kiranya dapat mengacaukan. 

Yang keempat, tidak marah dan tidak iri hati. Sifat yang dimiliki seekor anjing ini merupakan salah satu sifat dasar dari seorang mukmin pada dasarnya. Anjing yang selalu menuruti apa yang dimau oleh Tuannya, tidaklah dia iri dan dengki dengan anjing yang lain, betapapun dia diperlakukan tidak adil.

Sifat ini juga berkaitan dengan sifat sabar yang harus ada pada diri manusia. Memiliki sifat sabar bukan hal yang merugikan, malah justru saat terjadi musibah, kita bisa melewatinya dengan lebih ringan dan jiwa yang lapang.

Sabar membuat kita kuat, terus mengeluh karena iri dengki justru menjadikan kita lemah. Menjadi sabar memang bukan hal yang mudah, namun bukan berarti tidak bisa dicapai. 

Yang kelima, tidak rakus. Anjing jikalau lapar maka dia makan. Jika sudah tidak merasa lapar atau dia merasa kenyang, maka dia berhenti makan. Anjing merupakan hewan yang memiliki sifat faqr atau tidak membutuhkan yang lain, kalau memang sudah cukup.

Dalam dunia sufi, kita diarahkan untuk hanya membutuhkan Allah saja. Anjing tidak memiliki sifat tamak akan harta ataupun hal yang lainnya, masa kita kalah dengan anjing? Maka, sudah seharusnya manusia tidaklah tamak terhadap harta atau hal-hal yang lainnya; berkesadaran bahwa sesungguhnya semua yang ada di dunia ini hanya milik Allah. 

Yang keenam, tidak menetap. Di antara ciri-ciri anjing yaitu pengembara yang tidak suka menetap di satu tempat saja.

Maksudnya apa? Banyak kawasan di seluruh dunia ini yang dapat dikunjungi terutama untuk mendapatkan ilmu baru dan meningkatkan kualitas diri kita. Para Sufi suka melakukan perjalanan-perjalanan, mengapa? Karena banyak ilmu yang akan didapat bila mereka melakukan perjalanan. Semakin banyak ilmu didapat, semakin banyak yang bisa diamalkan, semakin menuju pribadi yang lebih baik.

Yang ketujuh, puas dengan semua yang dimiliki. Anjing merupakan hewan yang puas, rela atau ridho terhadap apa yang ia peroleh. Semua yang ia dapatkan atau apapun yang terjadi padanya, anjing selalu rela dengan semua itu.

Keridhoan merupakan sifat yang patut untuk dicontoh bagi seorang mukmin. Ridho Allah kepada seluruh umatnya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. 

Pentingnya sifat Ridho dalam kehidupan manusia, membuat manusia menjadi makhluk Allah yang mudah bersyukur atas apa yang telah dimiliki, yang mana itu memudahkan untuk menggapai apa yanga namanya kebahagiaan. 

Yang kedelapan, yaitu mudah tidur. Mudah tidur dan sedikit tidur merupakan dua hal yang berbeda. Hal ini berbeda, karena maksud dari mudah tidur yaitu proses tidurnya yang tidak lama atau mudah terlelap.

Banyak manusia yang susah tidur sehingga sering begadang. Dengan begitu akhirnya subuhnya kesiangan, kuliah atau kerja suka mengantuk. Jadinya, segala aktivitas yang dilakukan menjadi tidak maksimal. 

Orang yang memiliki sifat mudah tidur merupakan suatu hal yang baik. Hal itu menunjukkan mudahnya kita bertawakal kepada Allah. 

Yang kesembilan, fokus kepada majikannya. Anjing merupakan hewan yang memiliki kesadaran bahwa apabila ia memiliki majikan, maka ia akan fokus hanya terhadap majikannya, tidak peduli apa hal selainnya. 

Dengan begitu pun anjing menjadi akan terus menolong dan patuh atas semua yang diperintahkan majikannya. Dan lagi, anjing tidak pernah menuntut imbalan atas hal yang telah ia korbankan atau lakukan.

Antara manusia dan Tuhannya, sudah sepatutnya seperti anjing dan majikannya itu. Tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada perihal apapun yang lebih utama selain mengenai Allah, sebagai mukmin, sudah seharusnya kita fokus terhadap hal yang mengantarkan pada keridhoan daripada Allah. 

Apa pantas kita tidak menyadari bahwa semua yang ada di bumi ini, baik yang kita miliki atau tidak, semua itu bersumber dari Allah? 

Yang terakhir, yaitu yang kesepuluh, mencari terang dalam kegelapan. Anjing merupakan hewan yang menyukai hal yang terang dibanding yang gelap. Dia cenderung mencari jalan keluar dari kegelapan, jikalau dia berada dalam kegelapan. 

Dan dari sini, kita bisa maknai bahwa kegelapan itu adalah seuatu yang dapat mengantarkan kita ke hal yang tidak baik. Maka, alangkah baiknya kita menyegera keluar dari gelapnya hidup kita menuju cahaya, yang tak lain ialah hikmah dan kebijaksanaan. 

Allah menciptakan semua hal yang ada di bumi ini dengan hikmah yang dapat dipetik dari masing-masingnya. Tak terkecuali anjing, bayangkan, dari seekor anjing saja yang katanya najis yang paling berat, kita bisa mengambil banyak hikmah daripadanya. 

Imam Hasan Al-Bashri mengajarkan kepada kita supaya kita senantiasa menyikapi segala sesuatu secara positif, karena dengan begitu banyak pelajaran yang kita peroleh dan tidak tersia-siakan. Jangan sampai anjing dengan sifat-sifatnya menjadikannya lebih mulia daripada kita sebagai manusia.


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال