Bagaimana Keadilan Tuhan ?

Oleh: Muthawally Al Zaiban, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

KULIAHALISLAM.COM - Berbicara tentang dunia, Allah menciptakan dunia dengan keadilan didalamnya. Lihatlah, bagaimana Allah menciptakan sesuatu berpasangan. Ia menciptakan laki-laki dan perempuan, hitam dan putih, terang dan gelap. Matahari dan bulan. Juga kebaikan dan keburukan.

Jika berbicara tentang pasangan ini, bukankah kita melihat kecenderungan yang berbeda pada satu pasangan yang Allah ciptakan. Yakni kebaikan dan keburukan yang tentu akan menimbulkan kontroversi pada manusia. Apakah ini bagian dari keadilan Tuhan? Mari kita penjelasan di bawah ini.

Secara umum, kebaikan adalah segala sesuatu yang bersifat menguntungkan, menyenangkan kepada siapa saja yang menerimanya. Sedangkan keburukan adalah segala sesuatu yang bersifat merugikan, menyedihkan terhadap siapapun yang menerimanya. 

Manusia adalah makhluk yang diberikan keistimewaan untuk memilih jalan hidupnya sendiri dengan persepsi mereka masing-masing, sehingga apa yang tampak di mata manusia itu adalah apa yang tercipta dari pemikiran mereka sendiri.

Dalam Alqur’an surah At tin ayat 4;

 لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِىۡۤ اَحۡسَنِ تَقۡوِيۡمٍ

Sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya, QS At-tin ayat 4.

Allah menciptakan manusia dengan ragam bentuk dan takdir yang berbeda, dan Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. Kenyataannya ada sebagian orang yang diciptakan dengan bentuk lahir yang cacat, dan takdir kehidupan yang miskin.

Sementara disisi lain, Allah menciptakan orang-orang yang lahir dengan fisik yang sempurna, dan takdir hidup yang kaya raya hingga mereka disebut sebagai orang yang beruntung sejak lahir, sementara yang miskin dan cacat di sebut sebagai orang yang tak dianggap.


Bagaimana Sesungguhnya Keadilan Tuhan Ini?

Dalam kajian tasawuf modern, Agus Musthofa yang merupakan penulis ternama yang produktif di era ini menjelaskan bahwa kebaikan dan keburukan adalah sebuah persepsi. Pemaknaan kebaikan dan keburukan itu berasal dari manusia itu sendiri.

Dalam kaidah tasawuf modern, hal ini disebut sebagai cara sikap seorang muslim hidup. Maksudnya adalah bagaimana seorang muslim yang hidup di dunia ini dapat melihat, merasakan dan memahami setiap konsep yang diciptakan Tuhan sebagai bentuk keagungan Tuhan itu sendiri.

Seumpama ketika seseorang melihat keburukan yang menimpanya atau ketidakberuntungan yang menghampirinya pada keinginannya sendiri, yang dia sadar bahwa dia tidak tau sedikitpun tentang masa depan padahal begitu banyak keburukan yang menunggunya di depan sana yang ia anggap baik.

Misal kisahnya Nabi Musa yang berguru pada Nabi Khaidir, Nabi Musa diperintahkan untuk tidak bertanya ketika Ia melakukan sesuatu, tapi Nabi Musa tidak tahan dengan apa yang dilakukan Nabi Khaidir seperti merusak kapal nelayan. Dan membunuh anak kecil yang sedang bermain dan hal aneh lainnya.

Hingga Nabi Musa terus bertanya yang membuat Nabi Khidir berkata “Sudah kukatakan kau tidak akan mampu berguru padaku“. Lalu beliau menjelaskan semuanya hingga Nabi Musa merenung. Bahwa ada keburukan didepan sana yang jauh lebih buruk dari hanya sekedar persepsi keburukan dimata Nabi Musa tadi.

Artinya bahwa manusia ini memiliki persepsi terhadap apa yang menimpanya tanpa tau makna disebaliknya. Mereka ditimpa kemiskinan, lalu mengeluh padahal itu adalah ujian Tuhan untuk menguji hati mereka dan memberi jalan dan pandangan bahwa kekayaan dapat mengantarkanmu pada kesesatan.

Demikian pula bahwa manusia yang di anugerahi kekayaan, lalu mereka hanyut dalam kesenangan padahal itu adalah ujian yang berat untuk hati mereka dan jalan yang bersifat gelap dan redup karena dihiasi dengan kesenangan dunia. 

Mereka yang terlahir cacat mungkin dianggap keburukan bagi sebagian orang, tapi kenyataan yang ada bahwa ketika mereka sudah merasa kenikmatan didalamnya maka bagi mereka itu adalah kebaikan yang nyata.

Maka dari itu orang-orang sufi memandang kehidupan dunia ini sangatlah kecil, karena mereka telah merasakan bahwa kehidupan sederhana itu jauh lebih baik dari pada kekayaan. Padahal dipandangan orang lain bisa jadi mereka itu orang yang merugi tidak menikmati dunia.

Jadi Allah itu Tuhan maha adil. Justru dengan menciptakan pasangan di dunia ini menjadikan keseimbangan dunia yang proporsional. Kebaikan dan keburukan itu tergantung pada persepsi manusia memaknainya. Semoga kita diberikan oleh Allah Swt perasaan yang peka agar dapat memahami semua ujian dengan rasa syukur. 

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال