Pendalaman Iman, Pengokohan Terhadap Fondasi Hidup Manusia

Pendalaman Iman, Pengokohan Terhadap Fondasi Hidup Manusia

Oleh: Siti Nazwa Syairillah, Mahasiswa Universitas Garut

KULIAHALISLAM.COM - Sebagai seorang muslim, kita diperkenalkan pada trilogi risalah agama atau tiga asas penting yang membangun agama yang kita anut. Adapun yang dimaksud dengan trilogi risalah agama tersebut diantaranya adalah Iman, Islam, dan Ihsan.

Jika dianalogikan, trilogi risalah agama layaknya sebuah bangunan. Iman layaknya fondasi yang menjadi tolok ukur ketahanan sebuah bangunan, sedangkan Islam adalah tiang penyangga yang akan menjadikan bangunan berdiri dengan tegak, dan ihsan adalah atap bangunan yang akan mencegah dari terik panas dan ancaman hujan.

Peran iman sebagai fondasi dalam kehidupan umat muslim perlu menjadi perhatian penting. Sebab dalam mendirikan sebuah bangunan, yang pertama kali dibuat dan diperkokoh adalah fondasinya. Fondasi yang kuat diperlukan dalam menghadapi terjangan becana. Bagitupun keimanan manusia, memiliki urgensi tersendiri untuk diperkokoh agar seorang muslim bisa kuat menghadapi berbagai masalah yang akan ia jalani dalam kehidupan.

Iman merupakan sebuah bentuk kepercayaan yang diyakini kuat dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diimplementasikan dalam perbuatan keseharian. Dalam agama Islam sendiri, ada enam perkara yang wajib hukumnya untuk diimani oleh setiap pemeluknya, diantaranya adalah iman kepada Allah SWT sebagai Khalik dan Rabb manusia, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para utusan Allah, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan qadar.

Enam perkara tersebut biasa kita kenal dengan istilah rukun iman. Keenamnya wajib untuk diimani oleh seluruh umat muslim. Jika salah satunya hilang, maka dianggap tidak sempurnalah fondasi hidup seorang muslim yang kemudian dapat menyebabkan bangunan kehidupannya menjadi tidak kokoh dan mudah untuk diruntuhkan.

Ketika seseorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka orang tersebut dianggap telah masuk ke dalam agama Islam, rahmatan lil`alamin. Dimana, dua kalimat syahadat yang dilafalkan oleh seseorang pun dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa ia telah memegang tiket utama untuk masuk ke surga Allah SWT.

Namun demikian adanya dua kalimat syahadat saja sesungguhnya tidak cukup untuk bisa menuju kepada rahmat Allah SWT. Kita juga perlu memperkuat keyakinan dalam hati sebagai fondasi utama yang akan membuat bangunan kehidupan kita menjadi berdiri dengan begitu kokoh. Selain itu, implementasi dari iman ( keyakinan dalam hati) dan juga Islam (syahadat)  perlu dipertegas kehadirannya dengan melaksanakan amal shaleh dan menunjukkan sikap takwa.

Jika kita bisa menunjukkan korelasi yang baik dari trilogi risalah agama yang kita anut, maka akan kokohlah bangunan kehidupan kita sebagai seorang muslim.  Hal tersebut sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majjah dan Imam At-Thabrani dari sahabat Ali bin Abi Thalib dengan sanad dhaif yang berbunyi,

قال النبي صلى الله عليه وسلم: الإيمانُ مَعْرِفَةٌ بالقَلْبِ، وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ، وعَمَلٌ بالأَرْكَان.


Artinya:

Nabi SAW bersabda, “Iman adalah meyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan  perbuatan .” (H.R. Ibnu Majjah dan At-Thabrani)

Dalam hadis tersebut, hal pertama yang disebutkan adalah meyakini dengan hati. Dimana bentuk keyakinan yang dimaksud merupakan keimanan. Hal tersebut mendatangkan penegasan bahwa peran iman beserta keenam rukunnya memang tak bisa dianggap sebelah mata oleh seorang  muslim.

Hal kedua yang di paparkan dalam hadis tersebut, “diucapkan dengan lisan”, yakni melalui kalimat  “La Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah” setiap muslim bersaksi dengan lisannya bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Jika seseorang telah beriman kepada Allah maka dia akan menjaga lisannya, mengatakan segala hal baik yang mendatangkan pahala, berdzikir dan berdo’a kepada Allah, membaca Al-Qur’an dan bershalawat.

Kemudian yang ketiga, “diamalkan dengan perbuatan”. Seorang muslim yang beriman tidak mungkin meninggalkan amalan yang membuatnya lebih bertakwa kepada Allah. Ia juga akan memiliki rasa muraqabah (senantiasa diawasi) oleh Allah SWT, yang kemudian akan menumbuhkan keinginan untuk senantiasa bersikap muqarabah (mendekatkan diri ) kepada Allah SWT .

Demikian pentingnya kita selaku umat muslim dalam memerhatikan kekokohan iman yang ada di dalam hati. Sebab dengan fondasi yang kuat, bangunan kehidupan kita pun akan menjadi semakin kuat.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال