Islam Kemanusiaan Mewujud Kedamaian

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)
                                            
Oleh: Fitratul Akbar

KULIAHALISLAM.COM - Tak dipungkiri, dewasa ini kita melihat dan mengamati bahkan mungkin terlibat dalam pertikaian antar umat Islam. Satu dengan yang lainnya saling menyalahkan, bahkan sampai terjadi pertumpahan darah. Di Pakistan, antara Suni dan Syiah tak henti saling menyakiti hingga membunuh. Di Iran dan beberapa negara lain hal ini juga dapat kita temukan. Sungguh pemandangan yang memperihatinkan dan membuat kita semua untuk introspeksi diri.

Sudah sejak zaman nabi Muhammad perbedaan perbedaan antarumat Islam itu hadir. Sepanjang perbedaan itu tidak keluar dari prinsip mendasar Islam, maka dialog harus diutamakan. Membangun saling pengertian dan memahamkan satu dengan lainnya adalah upaya bijak yang diajarkan agama.

Pertikaian umat Islam dengan umat lain terjadi karena kekurangan pemahaman agama kita sendiri dan agama lain. Selain itu, sebab muncul pertikaian umat bergama adalah karena kebodohan kita akan ajaran agama sendiri. Sudah jelas tertera di dalam Al-Qur'an, demikian pula dicontohkan oleh nabi Muhammad Saw sepanjang hidupnya, bagaimana penghargaan sesama manusia adalah hal yang utama.

Ta'aruf, saling kenal mengenal, dalam pelaksanaan nya bisa melalui ilmu dan budaya, sehingga Islam bisa diterima oleh umat lain. Lihatlah para penyebar Islam dulu, para wali, para kiai, dan tokoh-tokoh agama lain di Indonesia ini, sejak awal Islam hingga dewasa ini. Cara-cara yang santun, damai, toleransi dan pendekatan ilmu budaya pun mudah diterima secara luwes oleh masyarakat lokal.

Rahamatan Lil Alamin mengandung arti bahwa Islam hadir membawa kesejukan. Keberadaan nya, di mana pun, memberi solusi bagi kerukunan dan ketenangan masyarakat. Bukannya sebaliknya, memberi kesan tidak nyaman dan tidak aman. Pemahaman tentang Islam yang membawa Rahmat ini sudah seharusnya dilakukan sejak anak anak masih kecil. 

Bicara karakter Islam yang sesungguhnya, jika menilik kepada Al-Qur'an, maka kita bisa mengutip salah satu ayat yang bisa menjadi dasar. Ayat itu tersebut di dam surah Al-Baqarah ayat 143, yang berbunyi: Artinya, "dan demikian pula kami telah menjadikan kamu umat Islam, umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu. Dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblat mu sekerang melainkan agar kami mengetahui supaya juta siapa yang mengikuti rasul dan siapa yang membelot. Dan, sungguh pemindahan kiblat itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah maha pengasih lagi maha penyayang kepada manusia".

Didalam ayat ini disebutkan umat Islam adalah ummatan washatan, yang jika menilik terjemahan Al-Qur'an yang dikeluarkan oleh departemen agama, maka diartikan sebagai umat pertengahan atau umat tengah tengah. Artinya, umatan washatan adalah umat jalan tengah, yang tidak esktrim kanan dan ekstrim kiri.

Jika ikatan Islam adalah moderat, maka istilah ini hanya sebagai istilah baru yang sesungguhnya sekeras dengan istilah ummatan washatan. Sebab kata moderat, dipahami sebagai berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah. Moderat inilah sejatinya umat Islam sejak dibawa oleh nabi Muhammad Saw hingga hari ini. Islam moderat sebagai mainstream pemahaman yang terpatri pada umat Islam.

Meskipun dalam perjalanan nya ada warna warni yang berbeda, tapi hal itu tidaklah mewakili Islam yang sesungguhnya. Warna atau karakter yang berbeda itu muncul disebabkan oleh pertentangan: konflik politik, konflik sosial, konflik pemahaman agama. Dari berbagai peristiwa sejarah itulah, lahir berbagai paham dan aliran yang berbeda dengan pemahaman Islam moderat.

Karena itu, untuk membangun kehidupan yang harmonis antar umat Islam bahkan dengan umat umat yang lain, Islam menjadi rahmatan Lil Alamin, maka ada dua panduan yang memberi jalan bagi kita.

Pertama, nabi Muhammad Saw mengatakan, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak". Jadi Islam menjadi Rahmatan Lil Alamin jika umat Islam itu mempunyai akhlak mulia, moralitas yang baik. Kedua, nabi Muhammad Saw juga mengatakan, "Khoirul an nas anfuhum Li an nas", sebaik baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Semakin banyak manfaat yang diberikan oleh seorang muslim, maka semakin kelihatan rahmatnya bagi alam semesta. Setiap muslim harus diajarkan supaya dia bermanfaat bagi yang lain.

Islam dikenal sebagai Din Ar Rahmah wa as Salamah, agama yang penuh kasih sayang dan perdamaian. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT, Artinya, "dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi Rahmat bagi semesta alam".

Misi kerasulan nabi Muhammad Saw adalah membawa Rahmat bagi alam semesta. Dengan demikian, apapun bentuk kekerasan nya ,semua bertentangan secara diametral dengan karakter nabi Muhammad Saw. Ia merupakan pelanggaran Hukum yang memiliki konsekuensi dalam perundang-undangan.

Dalam Islam, sesuai dengan namanya, datang membawa salam artinya kedamaian, ketenangan, kesejukan dan tidak membawa gerakan maupun pemikiran yang ekstrem. Dengan Islam tuhan ini menebar rasa damai di kalangan umat manusia.

Islam Moderat: antara eksistensi dan toleransi

Sebenarnya istilah moderat atau istilah lain, misalnya inklusif tidak tumbuh dari istilah Islam. Ini hanyalah sebutan pihak luar untuk mengidentifikasi karakteristik Islam. Jika dikatakan Islam moderat, itu adalah maksudnya Islam yang natural dan proporsional. Natural disini artinya keaslian Islam, sedangkan proposional ditujukan dalam rangka tata hubungan Islam dengan lingkungan yang berbeda.

Karena itu, moderasi adalah keseimbangan antara eksistensi dan toleransi. Jadi eksistensi Islam itu harus ditegakkan, tidak boleh dirugikan karena toleransi. Tapi toleransi itu pun harus diberi proporsional pada eksistensi itu sendiri. Toleransi yang merugikan eksistensi maka akan menjadi toleransi kebablasan, sementara eksistensi tanpa toleransi maka akan menjurus pada ekstrimisme.

Eksistensi Islam atau Islam yang natural, yang sudah ditetapkan secara azali oleh Allah adalah emiliki karakter toleran, sehingga ia menjadi rahmatan Lil Alamin, bukan hanya rahmatan Lil muslimin. Hanya saja memang implementasi nya di lapangan tidaklah mudah.

Rahmatan Lil Alamin

Jika kita mengkaji dari definisinya, maka Rahmat sesungguhnya adalah masih sayang Allah. Manifestasi dari hal ini adalah sifat Allah yang Rahman dan rahim. Rahman berarti ammah kulla syain, bagi segala sesuatu. Maksudnya sifat kasih sayang Allah meliputi segala makhluk, tanpa kecuali. Karena Rahman Allah-lah yang menentukan adanya kehidupan ini. Tangan Rahman Allah, maka sirnalah kehidupan. Sedangkan rahim Allah adalah kasih sayang Allah hanya pada yang beriman dan taat kepada-nya. Karena itu rahim bersifat khusus dan terbatas bagi umat beriman. Berbicara mengenai konsep Islam rahmatan Lil Alamin yang berkembang di Indonesia, maka imam dan kemanusiaan sebagai dasar pijakannya. Sebab sebagaimana cita cita ia. Sebagai agama Rahmat yang membangun harkat dan martabat manusia, maka kemanusia tidak terlepas dari titik fokus pembicaraan.

Dan makna inilah Rahmatan Lil Alamin dalam kenyataannya bisa dipilah menjadi dua. Pertama, rahmatan Lil Alamin akan berlaku jika umat Islam sudah benar dan proporsional dalam menjalankan ajaran Islam. Seorang muslim yangvtelah mempraktikkan secara sungguh-sungguh nilai, maka otomatis akan memberi manfaat, mengayomi umat yang lain.Kedua, Rahmat itu juga berlaku bagi siapapun yang mengamalkan nilai-nilai Islam. Misalnya, dingera Taiwan, bahwa ketika mereka jujur, maka akan mendapat Rahmat dalam kejujurannya itu.

Dengan modal modal ini, mudah mudahan Islam yang moderat dan adil dapat mengikis habis karakter karakter Islam yang ekstrem dan radikal. Indonesia tetaplah menjadi payung umat Islam, sehingga memberi pula hak agama lain untuk hidup bersama fi negeri ini. Sebab Islam tetap menyebarkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin.

Ajaran Islam mengandung dan mengajarkan kebaikan atau kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Artinya, Islam membawa kebaikan bagi segenap makhluk hidup yang ada di bumi. Ian mengajarkan seorang muslim berbuat baik kepada siapa saja, tak terbatas hanya sesama muslim. Sekalipun orang itu musuh dan orang jahat, Islam tetap mengajarkan untuk berbuat baik kepadanya. Selain manusia, seorang muslim juga diwajibkan untuk berbuat baik kepada makhluk yang lain, apakah itu binatang, tumbuhan, dan lainnya. Bahkan di jalan saja seorang muslim diajarkan bagaimana beretika dan berakhlak mulia.

Ukhuwah Diniyah, manifestasi ajaran Islam

Islam juga mengajarkan tidak boleh berbuat kerusakan, baik di darat dan di laut. Menyanyangi orang lain seperti halnya menyanyangi diri sendiri. Didalam hadits dikatakan, "tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian, sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri"(HR Bukhari Muslim).

Yang dimaksud "saudara" di dalam hadist ini adalah: Pertama, ukhuwwah nasabiyah, yaitu saudara yang berhubungan darah atau saudara dalam satu keluarga. Kedua, ukhuwwah Diniyyah, artinya saudara seagama, sesama Islam. Ketiga, ukhuwwah watabiyyah, saudara setanah air, saudara sebangsa. Keempat, Ukhuwwah alamiyah, artinya persaudaraan secara global seluruh dunia.

Oleh karena itu, kalau saja hubungan antara usia ini didasari oleh prinsip prinsip Islam seperti kasih sayang dan cinta sesama bangsa, maka konsekuensinya adalah kita seluruh dunia ini menjadi kal jasad Al wahid, tubuh yang satu. Ini mengandaikan bahwa jika salah satu bagian tubuh yang sakit, maka seluruhnya akan ikut merasakan. Demikian pula sebagai sesama umat Islam juga merasa sebagai satu tubuh. Di mana satu dengan yang lain saling menguatkan, saling membantu, dan saling mengingatkan.

Seperi kita ketahui, nabi kita yang diutus Allah menyampaikan firman-nya kepada hamba hambanya, adalah contoh manusia yang paling manusia. Manusia yang mengerti manusia dan memanusiakan manusia. Rasulullah Saw seperti biasa dengan mudah kita kenal melalui Sirah dan sejarah kehidupan nya, adalah pribadi yang sangat lembut, ramah dan menarik. Diam dan bicaranya menyejukkan dan menyenangkan. Beliau tidak pernah bertindak atau berbicara kasar.

Hampir semua orang Islam mengetahui bahwa Rasulullah Saw diutus untuk menyempurnakan Budi pekerti. Karena itu, Rasulullah Saw sendiri Budi pekertinya sangat luhur (QS, 68:4). Mencontohkan dan mengajarkan keluhuran Budi. Sehingga semua orang tertarik. Ini sekaligus merupakan pelaksanaan perintah Allah untuk berdakwah. Berdakwah adalah menarik orang, bukan membuat orang lari,(QS, 3:159). Seandainya umat islam mau meniru sifat mulia Rasul mereka itu dan mengikuti jejanya, pastilah banyak persoalan persoalan keumatan khususnya dalam pergaulan hidup mereka sendiri, dapat dengan mudah teratasi.

Islam Pesan Perdamaian

Islam sebagai pesan perdamaian perlu terus menerus dikumandangkan di seluruh dunia melalui sebagai sarana modern: media cetak, elektronik, mimbar dan sebagainya. Jika pihak yang memilih kekerasan sebagai bagian dari agama yang dipahami secara salah itu telah menyebarkan gagasannya secara sangat massif, maka tidak ada pilihan lain bagi pengusung bendera perdamaian kecuali secara aktif mengimbanginya dengan massif pula, tetapi melalui cara cara beradab dan santun. Keadaban dan kesantunan adalah simbol dari masyarakat yang stabil secara kronologis. Sebaliknya, kebiadaban dan budaya kekerasan adalah lambang dari komunitas yang goyah, reaktif, karena tidak percaya diri. Umat Islam harus berupaya secara maksimal untuk tampil sebagai komunitas yang dapat dijadikan tenda besar tempat orang berlindung. Tetapi semuanya ini hanyalah mungkin terwujud, jika kita unggul dalam ilmu pengetahuan dan anggun dalam moral.

Dalam perjalanan waktu kita percaya bahwa kekuatan pesan perdamaian akan memenangkan pergumulan itu, karena kultur kekerasan tidak punya tempat sedikitpun dalam ajaran Islam. Sesuatu yang tidak punya tempat berpijak secara teologis, tentu akan sirna ditelan musim. Dalam Al-Qur'an ada ungkapan Al-zabad (buih) yang mewakili kebaikan yang tak akan tahan lama, lalu sirna ,berhadapan dengan Al-ma (air) sebagai simbol kebenaran, yang abadi di bumi. Oleh sebab itu, pengusung Panji perdamaian harus meyakinj ayat ini dengan sepenuh hati agar tetap tegar dalam menjalankan misi kemanusiaan nya tanpa henti, tanpa ragu, dan tanpa lelah. Islam sungguh memerlukan banyak pasukan perdamaian ini, karena para nabi diutus ke muka bumi adalah salah satu nya untuk memperbaiki jaman jahiliyyah yang barbar menuju jaman perdamaian yang penuh keadaban.

Cita cita Islam adalah membangun harkat dan martabat manusia, sejala dengan tujuan Allah yang telah menciptakan manusia sebagai Khalifah di muka bumi ini. Pengalaman nya telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat sahabat nya. Tetapi dalam mewujudkan cita cita Islam atau prinsip prinsip dasar Islam, tidak seperti yang digambarkan secara normatif, dan dalam pelaksanaan nya memang terkadang tidak sesuai dengan tuntutan yang telah digambarkan, karena harus berhadapan dengan realitas yang ada di tengah-tengah masyarakat. Prinsip prinsip dasar Islam harus berhadapan dengan kepentingan kepentingan manusiawi seperti halnya politik, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya.

Secara substantif, sebenarnya tindak kekerasan tidak pernah dibenarkan oleh prinsip prinsip dasar Islam, karena Islam adalah agama rahmatan Lil Alamin. Agama yang mengajarkan nilai-nilai toleransi, sebagaimana yang telah dicantumkan dalam beberapa ayat suci Alquran.

Untuk tetap menjaga kerukunan diantara sesama dan menjaga dasar dasar prinsip Ian yang mengedepankan ajaran toleransi, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah mencegah penyeragaman, mencegah pemaksaan berkembangnya salah satu golongan, baik yang bersifat rasional maupun yang irasional. Sebab, dengan mencegah pemaksaan penyeragaman tersebut kita dapat belajar memahami, mensinergikan sekaligus menikmati setiap perbedaan yang ada. Dengan demikian setiap perbedaan pandangan akan menghasilkan suatu hal yang konstruktif dan produktif.

Dengan demikian, umat Islam Indonesia untuk senantiasa mendalami, memahami dan merefleksi nilai-nilai luhur agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat agar supaya mampu memberikan rasa kedamaian, keharmonisan, dan kemajuan ditengah masyarakat muslim, dan agama lainnya.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال