Akar Gerakan Salafiyah dalam Masyarakat Muslim

Gerakan Salafiyah merupakan gerakan yang berusaha menghidupkan kembali ajaran kaum Salaf, bertujuan agar umat Islam kembali pada Al-Qur’an dan Hadis serta meninggalkan pendapat Ulama Mazhab yang tidak berdasar dan segala Bid’ah yang tersisip didalamnya. Gereakan ini dicetuskan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah. Salafiyah adalah kata yang berasal dari kata “salafa, yaslufu dan salafan yang berpandan dengan kata taqaddama dan mada yang dapat diartikan berlalu, sudah lewat atau terdahulu.


As-Salaf berarti al-mutaqaddimuna fi as-sair yakni orang yang terdahulu, berlalu dan sudah lewat dalam tindakannya. Dalam kepustakaan Islam sering disebut perkataan as-salaf as-salih yang berarti orang yang saleh yang terdahulu atau sudah lewat. 

Para ahli menyebutkan bahwa orang yang dimaksud as-salaf as-salih ialah orang yang hidup sejak zaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sampai abad ketiga hijriah. Mereka terdiri dari para Sahabat Nabi, Tabiin, Tabi’at-tabiin dan Atba at-Tabiin. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasalam bersabda : “ Sebaik-baiknya abad adalah abadku, kemudian abad berikutnya dan abad berikutnya”.


Abad yang pertama adalah masa sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam seperti Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Imam Ali bin Abu Thalib dan sahabat Nabi yang lainnya. Abad yang kedua adalah masa Tabiin dan Tabi’at at-tabiin seperti Ibnu Mussayab, Imam Hasan al-Bashri, Lais, Abu Hanifah dan Imam Malik dan masa yang ketiga adalah masa Atba’ at-tabi’in seperti Imam Syafi’I, Imam Hanbali, Imam Bukhari, Imam Muslim dan pengarang kitab Hadis Enam (al-Kutub as-Sittah).

Walaupun perkataan Salaf itu sendiri digunakan dalam beberapa ayat Al-Qur’an namun penggunaan kata Salaf sulit ditemukan sejarah terjadinya secara  cepat. Memang para tokoh Ulama yang menganjurkan agar umat Islam meniru ajaran Salaf secara terang-terangan menyebutkan ajaran Salaf. Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dalam tulisannya sering menyebutkan kata Salaf.

Ibnu Taimiyah menganjurkan umat Islam agar mengikuti dan menerapkan ajaran Salaf dalam kehidupan agamanya karena pola hidup ajaran Salaf adalah pola hidup yang sudah terbentuk oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Parameter kehidupan mereka adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berbagai bidang kehidupan sehingga merekalah yang menjadi panutan ideal Muslim.

Kaum Salaf memiliki beberapa sifat antara lain tidak mencari pertentangan dan pertengkaran yang berkaitan dengan Qada dan Qadar, menghindarkan diri dari perdebatan yang tidak berujung seperti masalah akidah, warak dan zahid, setia kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan benci terhhadap Bid’ah.

Setelah selesai masa Salaf, muncul masa Khalaf yang berarti masa mengganti atau kemudian. Ulama pada masa ini disebut Ulama Khalaf. Perbedaan antara Salaf dan Khalaf sering tampak pada masalah-masalah akidah dan penafsiran Al-Qur’an. Untuk kedua masa ini dalam bidang fiqih, para Ulama menggunakan sitilah Mutaqaddimin (terdahulu) dan Mutakhirrin (kemudian). Masa Khalaf ini berakhir pada abad 4 Hijriah.

Setelah itu muncul masa Taklid (meniru). Pada masa ini terjadi kemunduran umat Muslim. Mujtahid mutlak sebagaimana yang pernah terjadi pada masa sebelumnya tidak pernah terjadi lagi. Yang banyak terjadi adalah Mujtahid Mazhab. Masa Taklid disebut masa kemunduran karena umat Islam sangat mundur dalam berbagai bidang baik bidang keagamaan, politiuk,sosial,ekonomi maupun moral.

Setelah Baghdad jatuh ke pasukan Mongol, Daulah Islam jatuh bangun, para penguasa tidak berdaya, kezaliman merajelela dan para Ulama tidak berijtihad secara murni lagi. Semantara itu banyak Muslim yang menyembah kuburan Nabi dan Ulama serta tokoh Tarekat Sufi untuk mengharapkan berkah para Nabi dan para Wali. Mereka sudah meninggalkan Al-Qur’an dan Sunnah. Masyarakat Muslim pada waktu itu melakukan perbuatan syrik dan bid’ah, khurafat dan takhyul.

Dalam situasi sperti itu munculah Ulama yang ingin membangun kembali alam pikiran kaum Muslimin dengan menyerukan mereka kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagimana yang ditempuh kaum Salaf. 

Ibnu Taimiyah sebagai penggeraknya mendesak kaum Muslimin agar kembali pada ajaran Islam. Ibnu Taimiyah menginginkan agar ajaran Islam itu tidak dipertahankan sebagaimana adanya di dalam masyarakat tetapi harus diwujudkan sebagaimana seharusnya seperti yang dikendaki Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Itulah ajaran yang dipraktikan kaum Salaf.

Gerakan Salaf sering juga disebut gerakan pembaharuan Islam (Tajdid) atau gerakan Islah (perbaikan) dan gerakan reformis Islam. Ibnu Taimiyah disebut sebagai Bapak Tajdid, Bapak Islah, Bapak reformasi atau Bapak pembaharuan dalam Islam. Ibnu Taimiyah dianggap sebagai Muhyi Asar as-Salaf (Orang yang menghidupkan kembali ajaran Salaf). Tajdid sebenarnya merupakan watak ajaran Islam. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berasabda : “Allah akan membangkitkan bagi umat ini pada tiap-tiap permulaan seratus tahun, seseorang yang memperbaharui agamanya”.

Doktrrin yang paling menonjol dalam gerakan ini adalah pintu Ijtihad terbuka sepanjang masa, Taklid buta diharamkan, diperlukan kehati-hatian dalam berfatwa dan berijtihad, perdebatan teologis (kalamiah) dihindarkan, ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis yang samar-samar artinya (mutasyabihat) tidak ditafsirkan dan tidak ditakwilkan. 

Adapun tokoh yang termasuk menyerukan hal ini adalah Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Sayyid Ahmad Khan dari anak benua India. Di Indonesia, gerakan ini dibawa oleh Haji Miskin dari Minangkabau, Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS) dan Persatuan Umat Islam (PUI).

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال