Tulis Novel Berjudul Ayat-Ayat Setan, Salman Rushdie Ditikam Di Amerika Serikat

KULIAHALISLAM.COM - Sosok Salman Rushdie sempat jadi buah bibir pada era 80-90-an. Dia menulis Novel berjudul Ayat-ayat Setan atau Satanic Verses. Pemimpin kharismatik Syiah Iran Ayatullah Khomeini memberikan fatwa mati kepada Salman. Fatwa ini dicabut oleh Pemerintah Iran setelah kematian Khomeini pada tahun 1999. 

Salman adalah seorang Amerika kelahiran India. Pada mulanya dia beragama Islam. Namun dia memutuskan untuk menjadi ateis. Tak heran jika pemikirannya cenderung kritis terhadap ajaran agama, khususnya Islam. 
Nasib malang menimpa Salman. Dia ditikam saat sedang menyampaikan kuliah di Amerika Serikat. Saat tulisan ini terbit, kondisinya sedang kritis. 

Salman Rushdie (flickr.com)

Inspirasi Novel Ayat-ayat Setan

Novel Ayat-ayat Setan karya Salman Rushdie terinspirasi dari potongan Sirah Nabawiyah yakni peristiwa Gharaniq. Gharaniq adalah suatu peristiwa yang dialami Rasulullah Saw. ketika membaca Q.S. An-Najm pada ayat ke-19 hingga 20. yang artinya: “Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Latta, Uzza dan Manah, yang ketiga (yang) kemudian (sebagai anak perempuan Allah)

Kemudian setan menyelipkan kalimat Gharaniq yang berbunyi:

…”تلك الغرانيق العلى وأن شفاعتهن لترجى”

Itulah (berhala-berhala) Gharaniq yang mulia dan syafaat mereka sungguh diharapkan”.

      Hal ini lantas menjadi buah bibir kaum kafir quraisy dengan berkata, “Dia (Muhammad) tidak pernah menyebut sesembahan kita dengan baik-baik sebelum ini”. Adapun pada riwayat lain, “Sesungguhnya Muhammad telah kembali kepada agamanya semula, yaitu agama kaumnya”.

        Hingga pada akhirnya, Allah menurunkan Q.S. al Hajj (52) untuk meluruskan kisah ini, yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, lalu Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Novel Ayat-Ayat Setan Disinyalir Hina Nabi Muhammad SAW

Sebagaimana novel pada umumnya, Salman menyuguhkan sebuah kisah fiksi. Namun kisah yang dituliskan dalam ayat-ayat setan, disinyalir bermuatan sindiran dan kritik kepada Nabi Muhammad. Salman menggambarkan sosok Muhammad dengan tokoh bernama Mahound. 

Dilansir dari berbagai sumber, Dalam kilas balik kehidupan Mahound yang berseting di Jahiliyah yang berupa mimpi atau penglihatan dari Gibreel, dikisahkan bahwa sang "Messenger" (perantara) dihadapkan pada pilihan sulit untuk berkompromi dengan adat politeisme. Pada saat ia ingin memperkenalkan sistem monoteisme yang diwahyukan kepadanya, hal tersebut ditentang oleh masyarakat setempat. Pada puncaknya ia harus memilih antara mengakui ketiga dewi utama Jahiliyah (Allat - bentuk wanita dari AllahUzza, dan Manah) sebagai setara dengan Allah dan seluruh penduduk Jahiliyah akan menyembah Allahnya Mahound, atau ia dapat bersikeras untuk menolak dewi-dewi tersebut dan akan dimusuhi/diasingkan. 

Setelah ia mengundurkan diri untuk mencari wahyu, pertama-tama ia kembali dengan menyatakan bahwa ia mendapatkan wahyu dari Gabriel bahwa ketiga dewi tersebut akan diakui setara dengan Allah; namun kemudian setelah ia naik gunung lagi, ia kembali dengan menyatakan bahwa wahyu sebelumnya adalah dari setan dan harus dimusnahkan dari semua catatan tertulis yang telah dibuat, sebagai akibatnya ia dan pengikutnya melarikan diri dari Jahiliyah. Dua sequence pendek lainnya yang menceritakan tentang Mahound mengisahkan tentang tokoh bernama Ayesha, yang diceritakan merupakan anak perempuan muda yang menjadi istri Mahound, dan awal mula sistem poligami dalam kepercayaan yang disebarkan oleh Mahound. 

Sequence ketiga mengisahkan tentang seorang pengikut Mahound, yaitu juru tulisnya dari Turki, yang mencatat semua syair (karena wahyu yang disampaikan kepada Mahound dibacakan seperti puisi sesuai dengan tradisi oral masyarakat saat itu) yang diutarakan oleh Mahound; juru tulis tersebut menjadi benci dengan Mahound karena ia beberapa kali menyelamatkan Mahound dan pengikutnya namun tidak pernah diakui jasanya, kemudian bibit ketidakpercayaannya membuatnya menguji apakah benar wahyu Mahound berasal dari malaikat. 

Diceritakan ia mengubah beberapa kata-kata kecil pada saat ia mencatat apa yang dikatakan Mahound tanpa sepengetahuan Mahound. Hasilnya ternyata Mahound yang mendengar ulang apa yang dituliskan tidak menyadari perubahan yang terjadi. Sang juru tulis akhirnya berkesimpulan bahwa wahyu tersebut tidak lain adalah hasil rekaan Mahound sendiri.

Reaksi Terhadap Salman Rushdie

Di komunitas Muslim, novel ini menghasilkan kontroversi yang luar biasa. Buku ini tidak boleh beredar di India, dan banyak dibakar pada demonstrasi di Britania Raya. Novel ini juga menyulutkan kerusuhan di Pakistan pada tahun 1989.



Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال